Partai Baru Al Hikmah Wathani, Perkuat Demokrasi Irak
(last modified Tue, 25 Jul 2017 08:16:35 GMT )
Jul 25, 2017 15:16 Asia/Jakarta

Ammar Hakim, Ketua Koalisi Nasional Syiah Irak keluar dari Majelis Tinggi Islam Irak dan mendirikan partai baru bernama Al Hikmah Al Wathani.

Ammar Hakim, Senin (24/7) malam dalam sebuah siaran televisi mengatakan, gerakan politik Hikmah Irak mendesak terbebasnya Irak dan warganya dari kategorisasi berdasarkan suku dan dikotomi kekuasaan. Gerakan ini melangkah di jalan persatuan dan solidaritas semua suku dan etnis Irak. Menurut Ammar Hakim, gerakan politik Hikmah Irak akan bekerja sama dengan Majelis Tinggi Islam dalam rangka mewujudkan perdamaian dan mencapai kepentingan nasional Irak.

Ammar Hakim menduduki puncak pimpinan Majelis Tinggi Islam Irak pada tahun 2009 setelah ayahnya Sayid Abdulaziz Al Hakim meninggal dunia. Setelah itu ia terpilih sebagai Ketua Koalisi Nasional Syiah Irak pada tahun 2016. Koalisi ini merupakan gerakan politik terbesar di Irak dan memainkan peran penting dalam pembentukan pemerintahan negara ini.

Langkah Ammar Hakim dengan mendirikan partai baru, Al Hikmah Al Wathani dapat diamati dari niatnya untuk memperkuat fondasi demokrasi yang baru berdiri di Irak dan melanjutkan kehidupan politik negara itu. Jumlah partai politik dengan berbagai aliran dan pandangan, juga tegaknya persatuan serta solidaritas politik, merupakan prasyarat keberhasilan kompromistis di antara pemerintahan berkuasa di negara-negara demokratis.

Sebuah negara seperti Irak yang melangkah di jalur demokrasi pasca tumbangnya diktator rezim Saddam Hussein, sangat perlu untuk memperkuat fondasi pemerintahan demokrasinya. Oleh karena itu, langkah Ammar Hakim membentuk partai baru, adalah langkah yang benar dan terukur sehingga kepentingan tertinggi Irak dapat terwujud di bawah naungan persatuan suku dan berbagai kelompok masyarakat.

Berdirinya gerakan-gerakan politik di Irak tidak hanya diartikan sebagai maraknya perbedaan selera pribadi, akan tetapi munculnya berbagai pandangan politik berbeda dan perbedaan jenis ini tidak dapat dipahami dalam kerangka dikotomis. Penegasan Ammar Hakim terkait kerja sama gerakan politik Hikmah Irak dengan Majelis Tinggi Islam menunjukkan adanya kedewasaan politik, dan pemanfaatan optimal semua kapasitas Irak ia sebut sebagai landasan gerakan ini.

Persaingan yang dilandasi persahabatan akan semakin memperkuat dan menyempurnakan fondasi sistem politik Irak. Sehubungan dengan hal ini, Mohsen Hakim, salah seorang analis politik sekaligus anggota senior Majelis Tinggi Islam Irak, Senin (24/7) kepada ISNA mengatakan, perbedaan pendapat yang muncul di Majelis Tinggi Islam Irak bukan masalah pribadi, tapi lebih merupakan perbedaan pandangan. Di sisi lain, ikatan persaudaraan di Majelis Tinggi Islam Irak tetap terjaga. Mohsen Hakim menuturkan, ada perbedaan pandangan di Majelis Tinggi Islam Irak terkait pemanfaatan lebih besar tenaga muda.

Ammar Hakim mengumumkan berdirinya partai politik baru dan mengatakan, alasan utama keluarnya ia dari Majelis Tinggi Islam Irak adalah pendirian partai baru Al Hikmah Al Wathani sehingga kapasitas kaum muda Irak dapat dimanfaatkan dengan lebih baik di partai ini dan dalam pelayanan kepada negara.

Pengalaman membuktikan dengan memanfaatkan kaum muda dalam pasukan sukarelawan rakyat, Al Hashd Al Shaabi, Irak berhasil keluar dari krisis terorisme dan puncak partisipasi para pemuda Irak adalah pembebasan kota Mosul dari pendudukan kelompok teroris Daesh.

Pemanfaatan kapasitas kaum muda di era pasca Daesh dinilai akan menjadikan arena politik, ekonomi dan yang lebih penting, keamanan, lebih baik. Pengalaman membuktikan, ketika kaum muda berpartisipasi aktif, maka dapat dipastikan negara akan mengalami pertumbuhan dan kemajuan yang signifikan. (HS) 

Tags