Mencermati Sebab dan Tujuan Rezim Zionis Mengancam akan Menyerang Irak
Setelah melakukan genosida di Gaza dan kejahatan perang terhadap Lebanon, serta serangan berulang kali ke Suriah, rezim Zionis baru-baru ini mengancam akan melakukan serangan militer terhadap Irak.
Menteri Luar Negeri Rezim Zionis, Gideon Sa'ar mengumumkan bahwa dia telah memberikan surat kepada ketua Dewan Keamanan PBB, di mana dia meminta untuk segera mengambil tindakan terkait aktivitas kelompok Irak yang menggunakan wilayah negaranya untuk menyerang wilayah-wilayah yang didudukinya.
Selain mengajukan pengaduan ke Dewan Keamanan sebagai protes terhadap operasi kelompok perlawanan Irak terhadap Israel untuk mendukung Lebanon dan Jalur Gaza, rezim Zionis mengancam Irak dengan serangan militer.
Klaim rezim Zionis terhadap kelompok perlawanan adalah bahwa kelompok tersebut telah melanggar kedaulatannya dengan berulang kali menyerang rezim tersebut.
Dalam hal ini, kelompok Kata'ib Hizbullah, Asa'ib Ahl Al-Haq, Al-Nujaba, Kata'ib Sayid Al-Shuhada, Ansar Allah Al-Awfiya dan Organisasi Badr adalah kelompok perlawanan Islam Irak yang disebutkan Israel dalam surat yang dikirimkan ke Dewan Keamanan PBB sekaligus targetnya di Irak.
Kelompok-kelompok ini telah berulang kali melakukan serangan terhadap Wilayah Pendudukan di bawah bayang-bayang strategi “Persatuan Wilayah” dan untuk mendukung masyarakat Gaza.
Sabhan Mulla Jiyad, penasihat politik Perdana Menteri Irak mengatakan, Israel ingin menggunakan slogan "Persatuan Wilayah" untuk menyerang Irak, dan pengaduan yang diajukan ke Dewan Keamanan juga bertujuan untuk mencari alasan dan membenarkan hal kemungkinan agresi.
Tujuan rezim Zionis mengancam Irak dengan serangan militer adalah untuk mencegah kelompok perlawanan melanjutkan serangannya terhadap Wilayah Pendudukan.
Namun, para pemimpin perlawanan menekankan bahwa serangan militer pun tidak akan menghentikan serangan terhadap Wilayah Pendudukan karena kelompok-kelompok ini menganggap mempertahankan dan membela Gaza sebagai tugas moral mereka.
Berkaitan dengan hal tersebut, salah satu pemimpin gerakan Irak Al-Nujba mengatakan, Perlawanan Irak tidak akan melepaskan tugas moral dan nasionalnya dalam mendukung Lebanon dan Palestina serta menyerang rezim Zionis dengan sekuat tenaga.
Sungguh menggelikan jika Israel mengeluh, sementara dia melakukan kejahatan paling mengerikan terhadap kemanusiaan setiap hari.
Tujuan lain rezim Zionis dari kemungkinan aksi militer terhadap kelompok perlawanan Irak adalah untuk melemahkan Poros Perlawanan sebagai kebijakan makro rezim ini.
Tujuan ini sekarang dicapai di Lebanon, Palestina dan Suriah.
Ali Sahib, kepala lembaga pemikir Al-Maqruz Al-Klimi di Bagdad mengatakan dalam konteks ini, Israel sedang mencari alasan untuk membom Irak, membiarkan perang tetap terbuka dan tidak mengambil pilihan perdamaian.
Tidak memilih opsi perdamaian sejalan dengan tujuan utama rezim Zionis untuk melemahkan Poros Perlawanan.
Namun, isu pentingnya adalah kemungkinan aksi militer rezim Zionis terhadap Irak dapat menimbulkan konsekuensi penting bagi Amerika.
Terdapat pangkalan militer penting AS di Irak dan kelompok perlawanan dengan mudah dapat menjangkau dan menyerang pangkalan tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, ketakutan Washington terhadap reaksi balasan kelompok perlawanan Islam Irak terhadap pangkalan Amerika di Irak dan perbatasan Suriah menyebabkan Washington ragu untuk memberikan lampu hijau terhadap serangan rezim Zionis di Irak.
Pada saat yang sama, dukungan Amerika terhadap kemungkinan aksi militer rezim Zionis terhadap Irak dapat menjadi dasar bagi opini publik Irak untuk bangkit melawan Amerika dan meningkatkan tuntutan pengusiran tentara Amerika dari negara tersebut.(sl)