Kejahatan Kedubes Israel dan Kemarahan Rakyat Yordania
Pembantaian dua warga Yordania oleh aparat keamanan kedubes rezim Zionis Israel di Yordania menuai reaksi keras dari anggota parlemen negara ini.
Sejumlah anggota parlemen Yordania Selasa (25/7) meninggalkan sidang parlemen sebagai bentuk protes atas kejahatan terbaru kedutaan besar Israel di Amman. Hari Ahad (23/7), salah satu staf keamanan kedubes Israel di Amman seraya mengklaim diserang Mohammed Zakaria al-Jawawdeh, sehingga ia menembaknya hingga mati. Tak hanya itu, penjaga keamanan kedubes Israel ini juga menembak mati seorang dokter Yordania.
Ribuan warga Yordania hari Selasa selama prosesi pemakaman salah satu korban, menuntut penutupan kedubes Israel di Amman dan deportasi dubes rezim ilegal Tel Aviv dari negara mereka.
Kejahatan yang dilakukan kedubes Israel di Yordania dengan membantai warga negara ini mengindikasikan bahwa Tel Aviv tidak segan-segan melakukan kejahatan apa pun terhadap warga di kawasan. Sikap bersahabat dan lunak terhadap Israel hanya membuat rezim ilegal ini semakin congkak dalam melanjutkan kejahatannya.
Menyimak konsekuensi dari interaksi antara Yordania dan Israel, semakin terungkap ancaman dari hubungan yang dijalin antara rezim ini dengan pemerintah oportunis Arab mengarah pada warga negara tersebut.
Ibrahim Abrash, pengamat isu-isu Arab terkait tensi yang ada di hubungan Israel danYordania sejak insiden penembakan di kedubes Israel di Amman mengatakan, "Berdasarkan undang-undang diplomatik internasional, pembunuhan di kedubes, memberikan wewenang kepada negara tuan rumah untuk terlibat dalam kasus tersebtu, khususnya jika kejahatan tersebut mengambil korban dari warga negara tuan rumah."
Mustafa al-Sawaf, penulis dan analis politik terkait hal ini mengatakan, "Mengingat adanya kepentingan bersama antara Amman dan Tel Aviv, pemerintah Yordania tidak akan melakukan tindakan politik berlebihan dan hal ini mendorong Yordania tidak akan melakukan langkah apa pun terkait pembantaian tersebut."
Opini publik Yordania menilai langkah dan janji pemerintah Amman menindak Israel sekedar manuver pemerintah mempermainkan opini publik dan melepaskan diri dari mengambil keputusan anti Tel Aviv. Patut dicatat Yordania adalah pelopor dalam berdamai dengan rezim Zionis, bahkan Amman menjadi negara Arab kedua setelah Mesir yang secara resmi menjalin hubungan politik dan ekonomi dengan Israel.
Padahal perjanjian damai antara Otorita Ramallah dan sejumlah pemerintah Arab seperti Yordania dan Mesir dengan Israel tidak pernah mendapat apresiasi dan dukungan dari rakyat serta tidak memiliki posisi di opini publik.
Oleh karena itu, sejak awal penandatanganan kesepakatan damai antara Israel dan Yordania "Wadi Araba" di tahun 1994, rakyat negara ini berulang kali menyuarakan protesnya dan menuntut pembatalan perjanjian tersebut. (MF)