Dukungan Tegas PM Irak kepada al-Hashd al-Shaabi
(last modified Tue, 24 Oct 2017 09:30:40 GMT )
Okt 24, 2017 16:30 Asia/Jakarta

Perdana Menteri Irak, Haider al-Abadi bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Rex Tillerson di Baghdad, ibukota Irak pada Senin malam, 23 Oktober 2017. Dalam pertemuan ini, al-Abadi dengan tegas mendukung pasukan relawan Irak, al-Hashd al-Shaabi.

Penegasan dukungan kepada al-Hashd al-Shaabi merupakan reaksi terhadap pernyataan terbaru Tillerson terkait dengan pasukan relawan Irak ini. Al-Abadi mengatakan, al-Hashd al-Shaabi merupakan harapan bagi Irak dan kawasan.

Menlu AS dalam pertemuan dengan Adel al-Jubeir, Menlu Arab Saudi di Riyadh pada hari Minggu, 22 Oktober 2017 mengeluarkan pernyataan bias. Ia mengklaim bahwa milisi Syiah yang telah berperang menumpas kelompok teroris Daesh (ISIS) di Irak harus kembali ke negara mereka, sebab pekerjaan mereka telah berakhir.

Klaim tersebut dilontarkan Tillerson ketika al-Hashd al-Shaabi terbentuk dari berbagai kelompok di Irak atas permintaan Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Sistani, Marja' Besar Syiah Irak menyusul jatuhnya kota Mosul ke tangan Daesh pada 10 Juni 2014. Parlemen Irak dengan suara bulat pada tanggal 26 November 2016 juga menyetujui al-Hashd al-Shaabi sebagai bagian resmi Angkatan Bersenjata Irak.

Pengaruh dan efektifitas pasukan al-Hashd al-Shaabi dalam menumpas Daesh sehingga mempercepat kemusnahan kelompok teroris takfiri ini di Irak telah menimbulkan gelombang kekhawatiran bagi para pejabat AS. Oleh sebab itu, AS menganggap pasukan relawan Irak itu sebagai penghalang bagi terealisasinya dominasi di negara Arab ini. Maka tidak heran jika selama beberapa bulan terakhir ini, berbagai klaim dan tuduhan palsu dari AS dan sekutunya terhadap pasukan al-Hashd al-Shaabi meningkat.

Pada tahun 2014, kelompok teroris takfiri Daesh yang memperoleh dukungan finansial dan militer dari AS dan sekutunya, terutama dari Arab Saudi, menyerang Irak dan menduduki wilayah yang luas dari daerah-dearah di utara dan barat negara ini. Teroris Daesh juga telah melakukan banyak kejahatan mengerikan di Irak.

Menyusul kesuksesan luas rakyat Irak dalam menghadapi terorisme dan pukulan berat terhadap Daesh oleh al-Hashd al-Shaabi, kelompok teroris takfiri ini di ambang kemusnahan dan kehancuran penuh. Keberhasilan ini diraih ketika apa yang disebut sebagai Koalisi Internasional Anti-Daesh pimpinan AS dalam praktiknya tidak membantu rakyat Irak dalam menumpas kelompok teroris tersebut.

Koalisi anti-Daesh pimpinan AS pada dasarnya adalah sia-sia, bahkan koalisi ini justru melakukan intervensi sewenang-wenang di Irak dan memberikan dukungan tersembunyi dan terang-terangan kepada para teroris Daesh. Dukungan inilah yang menjadi kendala untuk menumpas Daesh dan mengakhiri keberadaan mereka di kawasan.

Menyusul situasi tersebut, opini publik di Irak menuntut pembubaran Koalisi Anti-Daesh pimpinan AS. Melihat hal itu, timbul kekhawatiran dalam diri para pejabat Washington, sehingga mereka berusaha untuk mengalihkan perhatian opini publik Irak dari terbongkarnya wajah palsu AS dalam memerangi terorisme. AS juga berusaha untuk menutupi ketidakefektifan koalisi Amerika dalam menumpas Daesh dan mengalihkan perhatian rakyat Irak dari tuntutan mereka agar pasukan AS ditarik dari negara ini.

Namun kali ini, AS juga gagal untuk mencapai tujuan tersebut, bahkan pernyataan anti-al-Hashd al-Shaabi yang dilontarkan oleh Tillerson justru menuai gelombang reaksi yang sangat luas di Irak. Sebab, pernyataan tersebut merupakan intervensi dalam urusan internal Irak. Penegaskan dukungan para pejabat dan berbagai lembaga pemerintah dan sipil Irak termasuk dukungan al-Abadi kepada al-Hashd al-Shaabi akan semakin menunjukkan posisi khusus pasukan relawan Irak ini. (RA)

Tags