Tidak Ada Yang Namanya Merugikan Dan Menyulitkan Orang Lain Dalam Islam
-
Tetangga
Samrah bin Jundab memiliki sebuah pohon kurma di sebuah kebun dan di kebun itu ada rumahnya salah seorang Anshar dan di sana tinggal bersama keluarganya.
Samrah terkadang datang menjenguk pohon dan memetik buahnya. Tentunya berdasarkan aturan Islam dia boleh masuk ke dalam kebun itu untuk mengurusi pohon kurmanya.
Namun setiap kali dia ingin menjenguk pohon kurmanya, dia datang begitu saja tanpa permisi dan minta izin kepada keluarga yang tinggal di rumah itu. apalagi dia tidak menjaga pandangan matanya.
Pemilik rumah meminta, setiap kali datang, hendaknya jangan datang begitu saja tanpa memberitahukan kedatangannya sebelumnya. Namun dia tidak menerima usulan itu. Akhirnya pemilik rumah terpaksa mengadukan kepada Rasulullah Saw dan mengatakan bahwa lelaki ini datang begitu saja tanpa memberitahukan sebelumnya. Mohon tegur dia agar tidak masuk begitu saja sehingga keluarga saya tahu sebelumnya dan menjaga dirinya dari pandangan lelaki ini.
Rasulullah Saw memanggil Samrah dan berkata kepadanya, “Si fulan mengeluhkan dirimu dan mengatakan bahwa engkau masuk ke dalam pekarangannya tanpa memberitahukan sebelumnya dan keluarganya tidak suka terlihat. Setelah ini mintalah izin dan beritahukan kedatanganmu dan jangan masuk tanpa izin.” Namun Samrah tidak mau menerima teguran ini.
Rasulullah Saw berkata, “Juallah pohonmu.”
Samrah tidak mau. Rasulullah Saw menaikkan harganya. Namun Samrah tetap tidak mau. Rasulullah menaikkan lagi harganya. Namun dia tetap tidak mau.
Rasulullah Saw berkata, bila engkau mau melakukannya, maka engkau akan memiliki sebuah pohon di surga. Namun tetap saja dia tidak mau. Tidak saja tidak mau menjual pohon kurmanya, tapi dia juga tidak mau meminta izin sebelum masuk ke dalam kebun.
Pada saat itu Rasulullah Saw berkata, Engkau adalah lelaki yang merugikan dan menyulitkan. Dalam Islam tidak ada yang namanya merugikan dan menyulitkan.
Kemudian Rasulullah Saw menghadap kepada lelaki Anshar dan berkata, “Pergi dan cabutlak pohon kurma itu dan lemparkan di depan Samrah.”
Lelaki itu pergi dan melakukannya. Kemudian Rasulullah Saw berkata kepada Samrah, “Sekarang pergilah dan tanamlah pohonmu di mana saja engkau suka!”
Tetangga Buruk Rasulullah Saw
Hakam bin Abil’ash adalah tetangganya Rasulullah Saw di masa jahiliah. Setelah muncul agama Islam, dia lebih parah dalam mengganggu Rasulullah daripada tetangga-tetangga lainnya. Setelah penaklukan Mekah, dia datang ke Madinah dan mengejek agama Islam. Dia membuntuti Rasulullah Saw dari belakang menggerakkan mulut dan hidungnya mengejek Rasulullah. Ketika Rasulullah Saw berdiri mengerjakan salat dia juga berdiri di belakangnya dan menggerakkan jari-jarinya mengejek Rasulullah.
Suatu hari Rasulullah Saw berjalan dan dia membuntutinya sebagaimana sebelumnya menggerakkan tangan dan kepalanya mengejek Rasulullah dan orang-orang munafik yang bersamanya tertawa.
Tiba-tiba Rasulullah Saw menengok ke belakang dan berkata, “Kadzalika Faltakun Ya Hakam!” Yakni hai Hakam jadilah sebagaimana apa adanya engkau! Hakam terus menerus bergerak dan menjadi gila.
Suatu hari ketika Rasulullah Saw berada di rumah salah satu istrinya, dia mengincar beliau. Karena Rasulullah mengenalnya, beliau keluar dengan membawa tombak kecil dan berkata, “Siapakah yang akan menjawab katak terlaknat ini dariku? Kemudian beliau berkata, “Demi Allah! Dia dan keluarganya tidak boleh berada dalam satu tempat denganku.” Kemudian mereka semua diasingkan ke Thaif.”
Akibat Melalaikan Tetangga
Ketika Nabi Ya’qub as kehilangan putra yang satunya lagi; Benyamin [yang tidak kembali bersama saudara-saudaranya dan tinggal bersama Yusuf]. Nabi Ya’qub berpikir bahwa dia juga tidak akan kembali seperti Yusuf dan berkata:
“Ya Allah! Tidakkah Engkau mau mengasihiku dimana aku telah kehilangan kedua penghilatan dan kedua anakku?!”
Turun wahyu kepadanya, “Tenanglah! Kalaupun mereka Aku matikan, akan Aku hidupkan kembali dan Aku kumpulkan kembali bersamamu. Tapi apakah engkau ingat ketika engkau menyembelih kambing dan membuat sate dan memakannya, tetanggamu dalam kondisi berpuasa dan engkau tidak memberinya?!”
Dalam hadis lainnya disebutkan bahwa setelah itu Nabi Ya’qub memanggil tetangganya; barang siapa yang ingin makan siang, datanglah ke rumahnya Ya’qub demikian juga untuk makan malam. (Emi Nur Hayati)
Sumber: Hak Tetangga