Transformasi Timur Tengah, 31 Maret 2019
Transformasi Timur Tengah pekan lalu diwarnai oleh sejumlah isu penting di antaranya: serangan terbaru rezim Zionis ke Gaza dan sepak terjang terbaru tentara rezim Zionis yang menangkap 13 orang Palestina.
Isu lainnya mengenai pernyataan tegas Raja Yordania yang menegaskan bahwa Baitul Maqdis sebagai garis merah, Liga Arab mengajukan syarat pemulihan keanggotaan Suriah, dan pernyataan Al-Houthi yang menyebut AS sebagai perusak gencatan senjata di Yaman.
Serangan Terbaru Rezim Zionis ke Gaza
Jet tempur militer rezim Zionis Israel melancarkan serangan udara ke sejumlah posisi di Jalur Gaza, termasuk di Rafah dan Khan Yunis, Rabu dini hari, 27 Maret 2019. Sebelumnya, rezim Zionis memperluas serangan udara di Jalur Gaza pada Senin malam, setelah menarget fasilitas keamanan Hamas di Gaza.
Menurut saksi mata, jet tempur rezim Zionis menghancurkan sebuah bangunan yang dikelola Hamas termasuk sebuah perusahaan asuransi di pusat kota Gaza. Rezim Zionis juga melancarkan serangan udara yang menarget kantor Ketua Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh, di kota Jalur Gaza pada Senin malam.
Kantor Haniyeh yang terletak di distrik al-Rimal barat kota Gaza dilaporkan luluh lantak. Markas utama keamanan Hamas di lingkungan Remal di barat kota Gaza juga dihancurkan oleh drone rezim Zionis dan pesawat tempur.Di sisi lain, jet tempur Israel membombardir sebuah rumah di timur Gaza, namun belum ada laporan mengenai jatuhnya korban dalam serangan ini.
Berdasarkan laporan pejabat keamanan di Gaza dan saksi mata, drone dan pesawat tempur Zionis telah melakukan lebih dari 15 serangan udara ke arah pos, fasilitas, kompleks dan bangunan milik Hamas dan kelompok pejuang Palestina lainnya di Gaza pada Senin malam.
Sebelumnya pada Senin, pejuang Palestina menembakkan roket ke arah Tel Aviv untuk membalas serangan udara Israel dalam beberapa hari terakhir yang menyebabkan sejumlah warga Palestina gugur syahid dan terluka.Serangan balasan ini telah menyebabkan tujuh warga Zionis terluka. Pasca insiden ini, militer rezim Zionis mengerahkan dua brigade infantri ke sepanjang perbatasan dengan Gaza dan mengerahkan pasukan cadangan baru dari unit pertahanan udara.
Tentara Rezim Zionis Tangkap 13 Warga Palestina
Tentara rezim Zionis Israel menangkap 13 warga Palestina di beberapa daerah di Tepi Barat, Palestina. Mereka ditangkap atas tuduhan "terlibat dalam kegiatan terorisme" dan telah dibawa ke kantor polisi untuk diinterogasi.
Rezim Zionis menyerang berbagai daerah Palestina dan menangkapi warganya untuk mencapai tujuan penjajahan di bumi Palestina.
Menurut Komite Tahanan Palestina, sekitar 6.000 warga termasuk 270 anak-anak dan 52 perempuan Palestina mendekam di penjara-penjara rezim Zionis.Dari jumlah tersebut, 1.800 tahanan telah jatuh sakit dan 700 dari mereka membutuhkan pertolongan medis segera.
Jet Tempur Israel Serang Aleppo
Media massa Suriah Kamis dini hari (28/3) melaporkan serangan jet tempur rezim Zionis Israel ke kota Aleppo di utara negara ini. Kantor Berita Suriah SANA menyatakan, sistem anti udara militer Suriah melawan serangan roket jet tempur Israel.Menurut laporan SANA, sistem anti udara Suriah berhasil melacak dan menghancurkan mayoritas roket yang ditembakkan jet tempur Israel. Sementara itu, sumber-sumber lokal melaporkan bahwa serangan udara Israel tersebut gagal.
Masih menurut sumber Suriah, sejumlah titik di zona industri al-Sheikh Najjar di timur laut Aleppo menjadi target dalam serangan ini. Sebuah sumber militer Suriah mengumumkan, serangan roket ini hanya menimbulkan kerugian material.
Israel senantiasa menyerang pos-pos militer dan infrastruktur Suriah untuk mendukung kelompok teroris.
Krisis Suriah meletus sejak tahun 2011 seiring dengan serbuan besar-besaran kelompok teroris dukungan Arab Saudi, Amerika Serikat dan sekutunya untuk mengubah konstelasi di kawasan demi keuntungan rezim Zionis Israel.Militer Suriah dengan bantuan penasihat militer Iran dan dukungan Rusia mampu mengakhiri keberadaan teroris Daesh (ISIS) di negara ini. Sementara itu, kelompok teroris lainnya mulai mengalami kekalahan. Di sisi lain, Israel sangat khawatir atas kekalahan kelompok teroris di Suriah.
Raja Yordania: Quds Garis Merah
Raja Yordania, Abdullah II menyampaikan sikap tegas Amman mengenai Baitul Mqdis dengan menekankan bahwa Quds sebagai garis merah."Saya membatalkan kunjungan ke Rumania setelah perdana menteri negara ini berbicara mengenai rencana pemindahan kedubes Rumania ke Tel Aviv," papar Raja Abdullah II saat berbicara di depan para komandan militer dan keamanan Yordania seperti ditulis Koran Al Ghad Al Urduni Rabu (27/3).
Perdana Menteri Viorica Dăncilă hari Ahad saat hadir di Konferensi AIPAC di Washington menyatakan bahwa Bukares akan memindahkan kedubesnya dari Tel Aviv ke Quds pendudukan.Lebih lanjut Raja Abdullah II menjelaskan, selama kunjungannya ke Maroko, Perancis, Jerman, Italia dan perundingan Liga Arab di Tunisia, dirinya akan mengangkat isu Quds. Raja Yordania menentang negara pengganti bagi bangsa Palestina,dan menilai hal ini tidak mungkin dilakukan karena Quds sebuah garis merah Palestina.
Liga Arab Ajukan Syarat Pemulihan Keanggotaan Suriah
Wakil Sekjen Liga Arab, Hossam Zaki mengatakan organisasi ini memiliki dua syarat untuk pemulihan keanggotaan Suriah.Seperti dilansir Aljazeera, Zaki pada hari Rabu (27/3/2019) mengklaim bahwa kembalinya Suriah ke Liga Arab tergantung pada pandangan para anggota mengenai sikap Damaskus tentang kompromi politik di negara itu.Isu kedua, lanjutnya, berkaitan dengan hubungan Suriah dengan Iran.
Dia menyampaikan hal itu di sela-sela persiapan pertemuan para menlu Liga Arab, yang dijadwalkan berlangsung pada Jumat besok di Tunisia."Jika ada kesepakatan, maka pemulihan keanggotaan Suriah di Liga Arab akan terjadi, dan begitu juga sebaliknya," tegasnya.Sebelum ini, Hossam Zaki menekankan Suriah tidak dikeluarkan dari Liga Arab, tetapi ditangguhkan keanggotaannya dan pasti akan kembali.Pada Novemver 2011, Liga Arab menangguhkan keanggotaan Suriah demi mendukung kubu penentang pemerintahan sah Damaskus sejak pecahnya krisis Suriah. Suriah termasuk salah satu negara pendiri Liga Arab.
Al-Houthi: AS Perusak Gencatan Senjata di Yaman
Ketua Dewan Tinggi Revolusi Yaman menilai sekutu Arab Saudi khususnya Amerika Serikat sebagai perusak utama proses gencatan senjata di Yaman.Kantor Berita IRIB melaporkan, Mohammad Ali al-Houthi di akun twitternya saat merespon statemen menlu Amerika menulis, Washington kendala utama bagi perdamaian di Yaman dan AS dan kelompok bayarannya berulang kali melanggar gencatan senjata di Yaman khususnya di al-Hudaydah.Mohammad Ali al-Houthi menambahkan, pidato Mike Pompeo mengindikasikan berlanjutnya serangan kepada Republik Yaman.
Menlu Amerika mengklaim, Gerakan Ansarullah Yaman menolak permintaan keluar dari al-Hudaydah.
Mohammad Ali al-Houthi di akun twitternya saat merespon memo menlu Inggris menulis, langkah Jeremy Hunt mengirim senjata bagi pasukan agresor tidak akan mengubah realita tragis berlanjutnya penjualan senjata.Menlu Inggris mengatakan, penghentian ekspor senjata Inggris tidak akan menyelesaikan krisis Yaman.
Arab Saudi dengan dukungan AS, Uni Emirat Arab (UEA) dan sejumlah negara lain melancarkan agresi militer ke Yaman sejak Maret 2015 dan memblokade negara ini dari darat, udara dan laut.(PH)