Transformasi Timur Tengah, 14 September 2019
-
PM rezim Zionis Israel, Benyamin Netanyahu
Transformasi Timur Tengah sepekan terakhir diwarnai oleh sejumlah isu penting di antaranya reaksi negara-negara Timur Tengah terhadap statemen Perdana Menteri Rezim Zionis Israel yang akan menjadikan sebagian wilayah Tepi Barat termasuk wilayah pendudukannya.
Masalah lainnya mengenai pernyataan Menlu Qatar bahwa Palestina sebagai prioritas dunia Islam, dan statemen Hizbullah yang menegaskan, era pemaksaan dikte Israel akan berakhir. Berita ini dilanjutkan dengan sikap Netanyahu yang ketakutan terhadap roket Palestina dengan bersembunyi di bunker, dan seruan Hamas mengenai upaya gerakan perlawanan Palestina menangkal kesepakatan abad.
Berita lain yang menjadi sorotan pekan ini mengenai laporan koran Jerusalem Post yang mengungkapkan bahwa Israel takut Ansarullah semakin kuat dan kuburan massal korban kelompok teroris Daesh ditemukan di Irak.
Plot Baru Netanyahu Picu Reaksi Regional
Statemen terbaru Perdana Menteri Rezim Zionis Israel Benjamin Netanyahu mengenai aneksasi sebagian wilayah Tepi Barat masuk dalam wilayah pendudukannya menuai reaksi dari berbagai kalangan di Timur Tengah
Qatar, Uni Emirat Arab (UEA), Yordania,dan para menlu anggota Liga Arab serta Otorita Ramallah mengecam keras plot baru Netanyahu tersebut. Arab Saudi menyatakan akan menggelar sidang darurat tingkat menlu negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Ahad depan.
Hannan Ashrawi, anggota komite eksekutif PLO menyebut statemen Netanyahu sebagai pengumuman perang terhadap rakyat Palestina. Ia menyatakan, program politik Netanyahu senantiasa berupa pencurian terhadap kekayaan dan genosida terhadap bangsa Palestina.
Hizbullah mengecam keputusan Perdana Menteri Rezim Zionis Israel Benjamin Netanyahu mengenai aneksasi sebagian daerah Tepi Barat yang akan dimasukkan bagian dari wilayah pendudukannya.
Hizbullah Lebanon hari Rabu (11/9) mengatakan bahwa keputusan Perdana menteri rezim Zionis untuk membuat distrik Yahudi di Lembah Yordan dan bagian lain Tepi Barat termasuk tindakan agresi terhadap bangsa Palestina.
Ditegaskannya, tindakan Yahudisasi apa pun oleh rezim Zionis adalah aksi kejahatan yang akan ditentang dan digagalkan oleh bangsa Palestina.
Menlu Qatar: Palestina Prioritas Dunia Islam !
Menteri Luar Negeri Qatar mengecam serangan terbaru rezim Zionis terhadap Palestina, dan mengatakan bahwa Palestina adalah prioritas utama bagi negara-negara Muslim dan Arab.
Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani menekankan posisi tegas Qatar dalam mendukung Palestina, dan menyerukan dukungan negara-negara Muslim dan Arab terhadap perjuangan Palestina.
Menteri Luar Negeri Qatar di akun Twitter-nya hari Rabu (11/9) menulis, "Tidak akan ada perdamaian di kawasan kecuali ada solusi yang adil dan abadi dalam kerangka hukum internasional."
Statemen ini disampaikan Menlu Qatar di tengah kuatnya upaya beberapa pemerintah Arab yang ingin melakukan normalisasi hubungan dengan rezim Zionis.
Doha menilai langkah Arab Saudi, Bahrain, dan UEA, bergerak menuju normalisasi hubungan dengan rezim Zionis sebagai pengkhiatan terhadap cita-cita bangsa Palestina.
Ketakutan Roket Palestina, Netanyahu Sembunyi di Bunker
Media Zionis memberitakan beberapa roket ditembakkan dari Jalur Gaza menuju wilayah Palestina pendudukan dan Perdana Menteri Rezim Zionis Benjamin Netanyahu dikabarkan bersembunyi di bunker untuk menyelamatkan diri.
Netanyahu yang sedang menghadiri sebuah acara partai Likud di kota Ashdod segera menghentikan pidatonya setelah mendengar suara sirine peringatan bahaya dan berlari menuju bunker.
Gerakan perlawanan Palestina Selasa malam menembakkan beberapa rudal yang menargetkan sejumlah target di wilayah selatan rezim Zionis.
Aksi ini dilancarkan sebagai balasan atas serangan pesawat tempur, drone, helikopter, dan artileri rezim Zionis yang menyerang berbagai bagian di Jalur Gaza selama beberapa pekan terakhir.
Rezim Zionis melancarkan babak baru serangan udara di Jalur Gaza sejak Desember 2017.
Ribuan warga Palestina gugur dan terluka dalam serangan Israel di Jalur Gaza.
Rezim Zionis telah mengintensifkan blokade Jalur Gaza sejak 2007, dan menutup akses masuknya komoditas penting, termasuk bahan makanan dan obat-obatan ke daerah tersebut.(PH)
Hizbullah: Era Pemaksaan Dikte Israel Berakhir !
Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon, Sheikh Naim Qassim menyatakan kini tiba saatnya dikte rezim Zionis berakhir.
"Saat ini gerakan perlawanan berhasil menggagalkan dikte perimbangan kekuatan Israel. Dampak respon terbaru muqawama terhadap serangan Zionis tidak sederhana, karena Israel selama sepekan dirundung kekhawatiran besar. Hal ini menunjukkan dampak reaksi hebat gerakan perlawanan," ujar Sheikh Qassim.
Senada dengan ini, Sheikh Ali Damoush, Wakil Ketua Dewan Eksekutif Hizbullah juga mengumumkan kesiapan Perlawanan Islam Lebanon untuk melawan segala bentuk agresi Zionis dan memberikan balasan destruktifnya terhadap Israel.
"Setelah operasi Hizbullah baru-baru ini, gerakan perlawanan telah memasuki tahapan baru, fase reaksi," tegas Sheikh Damoush.
Menanggapi invasi pesawat nirawak rezim Zionis ke Lebanon, Hizbullah pada 1 September melancarkan aksi perlawanan dengan menargetkan kendaraan militer Zionis di utara wilayah Palestina pendudukan yang berhasil membunuh dan melukai tentara Israel.
Hamas Serukan Perlawanan Palestina Tangkal Kesepakatan Abad
Kepala Biro Politik Hamas Minggu malam menyerukan strategi nasional untuk melawan prakarsa AS "Kesepakatan Abad".
Ismail Haniyeh dalam pertemuan membahas isu "Kesepakatan Abad" dan membela hak warga Palestina untuk kembali ke Jalur Gaza, mengatakan bahwa kesepakatan abad menargetkan masalah pengungsi, Quds dan Tepi Barat.
"Meskipun tujuh puluh tahun berlalu sejak awal pendudukan dan pengusiran orang-orang Palestina, masalah pengungsi tetap menjadi isu utama, sekaligus simbol tekad dan komitmen rakyat Palestina untuk kembali," ujar Haniyeh.
"Palestina tidak akan pernah menyerahkan satu bagianpun dari wilayahnya kepada rezim Zionis," tegasnya.
Hingga kini, tutur Haniyeh, orang-orang Palestina tidak akan pernah mengakui rezim Zionis dan tidak akan meninggalkan al-Quds serta tetap mengusung hak untuk kembali.
Kesepakatan abad sebagai rencana baru pemerintah AS yang berupaya merusak hak-hak Palestina, saat ini berusaha untuk mendapat legitimasi dengan menggandeng beberapa negara Arab, termasuk Arab Saudi.
Sesuai kesepakatan abad Ini, Quds Sharif akan diberikan kepada rezim Zionis, serta pengungsi Palestina di negara-negara lain tidak akan diizinkan untuk kembali dan mereka hanya akan memiliki tanah yang tersisa di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Jerusalem Post: Israel Takut Ansarullah Semakin Kuat
Surat kabar rezim Zionis Israel mengakui peningkatan kekuatan politik dan militer Ansarullah Yaman dan menyebut hal itu telah membangkitkan kekhawatiran Tel Aviv.
Fars News (11/9/2019) melaporkan, surat kabar Jerusalem Post mengabarkan ketakutan Israel atas kekalahan Arab Saudi dalam perang Yaman dan keruntuhan koalisi Riyadh.
Dalam artikel yang ditulis Jonathan Spyer di Jerusalem Post disebutkan, kelompok Houthi membuktikan dominasi mereka atas wilayah-wilayah yang didudukinya, dan memberikan legitimasi pada pemerintahannya, inilah yang membuat Israel cemas.
Spyer menambahkan, Ansarullah adalah bagian dari koalisi yang diperangi oleh Israel secara terbuka dan tersembunyi. Sekarang Ansarullah bukan pasukan gerilyawan lagi yang berhasil merebut Sanaa pada 2015.
Menurutnya, karena banyak faktor Houthi sudah sangat percaya diri karena kekuatan militernya. Ansarullah juga berlaku seperti sebuah pemerintahan resmi di level diplomasi dan menetapkan duta besar di Iran.
Di bidang militer, katanya, Houthi seperti Korps Garda Revolusi Islam Iran, IRGC atau Hizbullah Lebanon, mampu mengoperasikan sistem pertahanan udara semacam Fater-1 dan Thaqib-1, dan kita menyaksikan sistem pertahanan ini pada 7 Juli 2019 berhasil menembak jatuh drone canggih Amerika, M-9 Reaper.
Kuburan Massal Korban Daesh Ditemukan di Irak
Pasukan Al-Hashd al-Shaabi menemukan kuburan massal korban kekejaman kelompok teroris Daesh di kota al-Qaim yang terletak di provinsi Anbar, wilayah barat Irak.
Dalam kuburan massal ini terdapat 15 jenazah tentara Irak yang dieksekusi oleh milisi kelompok teroris Daesh.
Sebelumnya, pasukan Irak telah menemukan puluhan kuburan massal di daerah-daerah yang dibebaskan dari pendudukan kelompok teroris Daesh.
Pada November 2018, PBB mengumumkan bahwa kelompok teroris Daesh telah menciptakan lebih dari 200 kuburan massal di berbagai daerah di Irak yang didudukinya antara 2014 hingga 2017.
Di tahun 2014, kelompok teroris Daesh yang didukung secara finansial dan militer AS dan sekutu Barat dan Arabnya, termasuk Arab Saudi, berhasil menduduki sejumlah besar wilayah utara dan barat Irak
Mereka melakukan banyak kejahatan kemanusiaan di Irak. Kemudian Baghdad meminta Iran untuk membantu Irak memerangi teroris.
Pasukan Irak dengan bantuan Republik Islam Iran pada hari Jumat, 17 November 2017 berhasil membebaskan kota Rawa, di provinsi Al-Anbar wilayah barat Irak barat yang menjadi pangkalan kelompok teroris.
Pembebasan kota lainnya dilakukan hingga sebagian besar daerah Irak terbebas dari cengkeraman kelompok teroris Daesh.(PH)