Kunjungan Direktur CIA ke Ramallah
-
Gina Haspel.
Direktur Dinas Intelijen Pusa AS (CIA), Gina Haspel melakukan kunjungan rahasia ke Ramallah, Palestina setelah Presiden Donald Trump mengumumkan prakarsa Kesepakatan Abad.
Media-media Israel pada hari Sabtu (1/2/2020) mengabarkan bahwa Haspel berkunjung ke kantor pemerintah Otorita Ramallah untuk mendorong pejabat Palestina melanjutkan hubungan dan kerja samanya dengan AS dan meminta jaminan dari mereka.
Di Palestina, Haspel bertemu dengan Direktur Dinas Intelijen Otorita Ramallah, Majed Faraj dan Menteri Urusan Dalam Negeri Hussein al-Sheikh.
Media-media Israel mengklaim bahwa direktur CIA meminta jaminan dari para pejabat Palestina bahwa hubungan antara Washinton dan Otorita Ramallah akan tetap berlanjut dan tidak terganggu.
Haspel memberi jaminan kepada Mahmoud Abbas bahwa Washington tidak akan membiarkan Israel menganeksasi pemukiman di Tepi Barat dan Lembah Yordan sebelum berlangsungnya pemilu Knesset.
AS menyatakan menentang keputusan Perdana Menteri Zionis Benjamin Netanyahu untuk segera melakukan aneksasi baru. Setelah adanya penentangan ini, Netanyahu sekarang berniat melakukan aneksasi simbolis dalam beberapa hari ke depan untuk memuaskan para pemilihnya.
Kunjungan bos CIA ke Palestina bertujuan untuk mengintimidasi pemerintah Otorita Ramallah, karena Abbas menunjukkan reaksi keras terhadap Kesepakatan Abad, tidak menjawab panggilan telepon dari Gedung Putih, dan memutuskan hubungan dengan AS.
Trump secara sepihak mengumumkan prakarsa Kesepakatan Abad tanpa melibatkan pihak Palestina. Baik Otorita Ramallah maupun kelompok pejuang Palestina sama-sama menolak kesepakatan tersebut.

Abbas yang telah melakukan banyak kompromi dengan rezim Zionis, juga menganggap Kesepakatan Abad tidak dapat diterima dan sebuah gagasan yang akan dilempar ke tong sampah.
Dia dalam sebuah surat kepada Netanyatu, memperingatkan bahwa prakarsa tersebut merupakan penolakan Perjanjian Oslo oleh AS dan Israel. Oleh karena itu, pemerintah Palestina sekarang tidak terikat oleh perjanjian apapun dengan Israel termasuk di bidang kerja sama keamanan.
Dalam sidang darurat menteri luar negeri Liga Arab di Kairo pada Sabtu kemarin, Abbas mengatakan, "Kami secara mutlak menolak solusi tersebut dan saya tidak akan pernah membiarkan tertulis dalam rapor saya sebagai penjual al-Quds. Mereka meminta kami untuk mengakui pemerintahan Yahudi sehingga dengan cara ini membuktikan itikad baik kami."
AS mulai menggunakan ancaman setelah adanya penentangan keras para pemimpin Palestina terhadap Kesepakatan Abad. Penasihat Presiden AS, Jared Kushner menghina para pemimpin Otorita Ramallah khususnya Abbas dan mengancam akan menyingkirkannya dari kepemimpinan Palestina.
"Jika pemimpin Palestina tidak punya keberanian untuk menyetujui prakarsa ini, mungkin pemimpin mendatang Palestina akan menyetujuinya," tegas Kushner.
Meski begitu, Abbas menegaskan bahwa ia tidak akan menerima kehinaan dengan menyetujui Kesepakatan Abad. Terlebih prakarsa ini menyerahkan Quds secara penuh kepada rezim Zionis dan menolak kepulangan pengungsi Palestina ke tanah airnya.
Pada dasarnya, Trump melalui prakarsa Kesepakatan Abad telah memberikan semua keistimewaan kepada rezim Zionis, dan bahkan menolak menyerahkan konsesi sekecil apapun kepada Palestina atau memenuhi hak-hak dasar bangsa Palestina. (RM)