Apa Motif Klaim Berulang anti Iran petinggi Arab Saudi?
(last modified Wed, 10 Feb 2021 12:04:04 GMT )
Feb 10, 2021 19:04 Asia/Jakarta
  • Menlu Saudi Faisal bin Farhan
    Menlu Saudi Faisal bin Farhan

Menteri Luar Negeri Arab Saudi Faisal bin Farhan menuding program nuklir sipil dan kemampuan rudal pertahanan Republik Islam Iran sebagai ancaman bagi keamanan kawasan Asia Barat.

Statemen menlu Arab Saudi ini bukan hal baru. Faisal bin Farhan dan pendahulunya, Adel al-Jubeir juga berulang kali melempar tudingan tak berdasar terhadap Republik Islam Iran. Aktivitas nuklir dan kemampuan rudal Iran mengancam keamanan kawasan, program nuklir Iran bertentangan dengan perjanjian internasional, Iran melakukan intervensi di urusan negara-negara Arab. Ini semua klaim berulang yang dilancarkan petinggi Arab Saudi termasuk menlu saat ini dan mantan menlu Riyadh terhadap Republik Islam, serta mereka masih tetap mengulang klaim seperti ini.

Alasan dari klaim seperti ini adalah Arab Saudi khususnya selama satu dekade terakhir mengalami kegagalan berulang di kebijakan luar negerinya dan perubahan konstelasi kekuatan regional menguntungkan Republik Islam Iran. Setelah meletusnya kebangkitan Arab di tahun 2011, Al Saud yang takut aksi ini merembet ke dalam wilayahnya, mulai membagi-bagikan uang dan aktif menumpas gerakan protes rakyat dengan tujuan mencegah aksi ini masuk ke wilayahnya.

Bendera Saudi

Sekaitan dengan ini, Arab Saudi melalui intervensi di urusan internal negara-negara Arab berusaha mencegah keberhasilan kebangkitan rakyat. Suriah menjadi negara terpenting di intervensi Al Saud dan negara lain yang menentang muqawama. Tujuan utama adalah menumbangkan pemerintahan Suriah, namun dukungan Republik Islam Iran dan poros muqawama menjadi alasan utama kemenangan Damaskus melawan terorisme.

Selain itu, perang yang dilancarkan Arab Saudi terhadap Yaman juga menjadi kekalahan total Al Saud dan kini di perbatasan dengan Saudi, Ansarullah Yaman dari sisi identitas dekat dengan Republik Islam Iran, berhasil membentuk pemerintahan. Kondisi di Lebanon dan Irak juga tidak menguntungkan Arab Saudi.

Mengingat kondisi ini, Arab Saudi mulai melempar tudingan terhadap Iran dan secara rahasia atau transparan mendekati rezim Zionis Israel dengan dua tujuan anti Tehran. Pertama, meningkatkan represi global terhadap Republik Islam Iran dan tujuan ini terealisasi dengan berkuasanya Donald Trump di AS, namun kesalahan fatal seperti konfrontasi dengan Qatar dan Turki, serta pembunuhan sadis Jamal Khashoggi, berlanjutnya pemboman setiap hari di Yaman dan pelanggaran nyata HAM di dalam negeri serta penangkapan para pangeran dan perlawanan berbagai negara terhadap unilateralisme Trump  dan keterkucilan AS di Dewan Keamanan selama beberapa tahun terakhir membuat Arab Saudi mendapat tekanan dunia internasional.

Tujuan kedua adalah melalui pembentukan koalisi tak tertulis dengan Israel, Saudi ingin memajukan perimbangan kekuatan regional dalam melawan Republik Islam Iran. Mengingat kekalahan Donald Trump di pemilu presiden AS, meningkatnya krisis internal di Israel dan kegagalan represi maksimum AS terhadap Iran, secara praktis pembentukan perimbangan regional dalam melawan Iran juga gagal terbentuk.

Kini klaim anti Iran oleh petinggi Arab Saudi termasuk menlu negara ini lebih ditujukan untuk mempengaruhi kebijakan luar negeri pemerintah baru AS. Di sisi lain, bahkan petinggi AS termasuk Menlu Antony Blinken secara terang-terangan mengkritik kebijakan regional Arab Saudi dan secara tersirat menyebut kebijakan ini khususnya di Yaman menjadi faktor instabilias dan ancaman bagi keamanan kawasan Asia Barat. (MF)

 

Tags