Jelang Peringatan Kebangkitan 14 Februari di Bahrain
(last modified Thu, 11 Feb 2021 12:32:09 GMT )
Feb 11, 2021 19:32 Asia/Jakarta
  • Protes Bahrain
    Protes Bahrain

Menjelang peringatan kesepuluh kebangkitan rakyat Bahrain menentang rezim Al Khalifa, penumpasan terhadap gerakan protes rakyat dan kekerasan terhadap warga di negara ini meningkat drastis.

Kebangkitan rakyat Bahrain menentang rezim Al Khalifa meletus pada 14 Februari 2011. Kebangkitan ini berbeda dengan transformasi lain di dunia Arab, bahkan tergulingnya Zine El Abidine Ben Ali di Tunisia dan Hosni Mubarak di Mesir. Perbedaannya adalah kebangkitan rakyat Bahrain terjadi di perbatasan dengan Arab Saudi dan Riyadh sebagai pemimpin utama kubu anti revolusi Arab sangat ketakutan.

Oleh karena itu, sebulan setelah meletusnya kebangkitan 14 Februari, Al Saud dengan kedok rencana perisai al-Jazeera P-GCC mengirim pasukan ke Bahrain, padahal tentara perisai al-Jazeera ini dimaksudkan untuk mendukung negara-negara anggota dari serangan pihak asing. Setelah sepuluh tahun dari kebangkitan rakyat Bahrain, militer Saudi masih tetap ditempatkan di Uni Emirat Arab (UEA) dan bersama tentara bayaran Al Khalifa, mereka aktif menumpas aksi protes, aktivis sosial dan gerakan akti pemerintah.

Protes Bahrain

Masalah lain adalah rakyat Bahrain ketika memperingati sepuluh tahun kebangkitan anti rezim Al Khalifa, rezim ini secara resmi menjalin hubungan diplomatik dengan rezim Zionis Israel. Bahrain bersama UEA pada 15 September 2020 menandatangani normalisasi hubungan dengan Israel. Hubungan Manama dan Tel Aviv sebelumnya dilakukan secara rahasia, namun di tahun 2020 dilakukan secara resmi dan terang-terangan. Bahkan Menlu Bahrain Abdullatif bin Rashid Al Zayani Oktober 2020 melakukan kunjungan resmi ke bumi Palestina pendudukan. Masalah ini sejak awal mendapat penentangan dan protes rakyat Bahrain dan kini di aksi demo menjelang peringatan kesepuluh kebangkitan 14 Februari, warga menyuarakan penentangan atas normalisasi hubungan negaranya dengan Israel melalui tulisan berbagai spanduk.

Sekaitan dengan ini, laman al-Lulu di akun Twitternya menulis, demonstran Bahrain seraya meneriakkan slogan, mengecam normalisasi hubungan negara ini dengan rezim Zionis Israel. Demonstran Bahrain membawa tulisan seperti "muqawama hingga kemenangan", "Kami tolak normalisasi hubungan" dan "Kami menghargai keluarga syuhada".

Rezim Al Khalifa seraya menyadari kemarahan warga atas normalisasi hubungan dengan Israel, dengan dalih pandemi Corona, melarang penyelenggaraan shalat berjamaah dan ritual keagamaan di masjid sejak 11 Februari selama dua pekan. Pemerintah Bahrain mengumumkan, warga dapat mengikuti shalat dan khutbah Jumat secara online di jejaring sosial. Faktanya, rezim Al Khalifa khawatir ritual keagamaan menjadi tribun untuk menyuarakan protes menentang normalisasi hubungan dengan Israel serta alat kemarahan warga atas kebijakan rezim.

Poin lain adalah menjelang peringatan kebangkitan rakyat Bahrain menentang rezim Al Khalifa, sampai saat ini masih belum jelas prospek berakhirnya kekerasan rezim ini terhadap warga. Rezim Al Khalifa sejak 14 Februari hingga kini telah menangkap lebih dari 11 ribu warganya dengan alasan tak jelas dan palsu serta mencabut kewarganegaraan dari banyak kubu oposisi. Normalisasi hubungan dengan Israel juga mendorong rezim Al Khalifa semakin tenang melanjutkan kekerasan terhadap warganya, karena kebungkaman kekuatan Barat terhadap kekerasan ini dengan sendirinya akan berlanjut. (MF)

Tags