Mar 26, 2021 19:38 Asia/Jakarta
  • Pemimpin Gerakan Rakyat Yaman Ansarullah, Abdul Malik Badreddin al-Houthi.
    Pemimpin Gerakan Rakyat Yaman Ansarullah, Abdul Malik Badreddin al-Houthi.

Pemimpin Gerakan Rakyat Yaman Ansarullah, Abdul Malik Badreddin al-Houthi mengatakan, Amerika Serikat (AS), Arab Saudi, Inggris, dan rezim Zionis Israel gagal meraih tujuan jahatnya setelah bertahun-tahun melakukan agresi terhadap Yaman.

"Kami bersyukur kepada Allah SWT karena telah memberi kami kekuatan untuk melawan para penyerang selama bertahun-tahun ini. Tidak diragukan lagi, tanpa izin Allah SWT, kami tidak akan mampu melawan para penyerang dengan fasilitas setingkat ini," kata Abdul Malik al-Houthi dalam pidatonya menandai peringatan tujuh tahun invasi militer pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi ke Yaman, seperti dikutip Iranpress pada hari Kamis (26/3/2021).

Dalam acara dengan tema "National Day of Resistance and Perseverance" itu Badreddin al-Houthi menuturkan,  pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi menyerang Yaman enam tahun lalu di tengah malam pada tanggal 26 Maret 2015.

"Pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi telah melakukan kejahatan terhadap rakyat Yaman dalam agendanya. Kejahatan pertama mereka dilakukan terhadap penduduk Sanaa. Arab Saudi sendiri mengakui invasi Yaman. Arab Saudi mengaku bertanggung jawab atas invasi militer mereka ke Yaman dari dalam AS. Tindakan ini mengidentifikasi penyerang dan pendukungnya," ujarnya.

Di bagian lain pidatonya, Pemimpin Ansarullah Yaman menyinggung dukungan asing kepada Arab Saudi dalam invasi ke Yaman. Menurutnya, AS dan Inggris telah memberikan banyak dukungan selama invasi pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi ke Yaman.

Abdul Malik al-Houthi menekankan bahwa sebelum invasi militer ke Yaman dimulai, rezim Zionis Israel menghasut pihak-pihak untuk melakukan agresi militer terhadap rakyat Yaman dan membungkam revolusi mereka, dan Perdana Menteri rezim Zionis Benjamin Netanyahu berada di garis depan dalam menghasut orang lain untuk menyerang Yaman.

Faktanya, segitiga AS, Inggris, dan Israel-lah yang memilih Arab Saudi sebagai agresor ke Yaman. Uni Emirat Arab (UEA) juga memiliki misi agresi bersama Arab Saudi. Segitiga AS, Inggris, dan Israel memilih Arab Saudi dan UEA untuk menghindari biaya dan konsekuensi dalam perang Yaman.

"Dalam semua kasus di kawasan ini, ketergantungan UEA dan Arab Saudi pada AS cukup jelas. Ketergantungan yang sama pada AS telah terlihat dalam kasus Yaman, dan kami melihat apa yang telah mereka lakukan atas nama Washington," pungkasnya.

Arab Saudi dengan dukungan AS bersama dengan beberapa negara lainnya melancarkan agresi militer ke Yaman sejak tanggal 26 Maret 2015. Dengan demikian, invasi militer ini memasuki tahun ketujuh pada 26 Maret 202.

Jet-jet tempur Arab Saudi sejak awal invasi, menarget berbagai infrastruktur vital di berbagai daerah dan kota di  Yaman. Pemboman yang dilancarkan hampir setiap hari itu telah menyebabkan lebih dari 100.000 orang tewas, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Serangan tersebut juga menyebabkan puluhan ribu warga Yaman terluka dan lebih dari tiga juta lainnya terpaksa mengungsi. Lebih dari 80 persen insfrastruktur Yaman, terutama di sektor kesehatan, juga luluh lantak.

Blokade darat, laut dan udara oleh pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi juga melipatgandakan penderitaan rakyat Yaman. Rezim Al Saud merupakan pemain utama yang menciptakan tragedi kemanusiaan di Yaman. (RA)

Tags