Situasi Mengenaskan Para Pengungsi Afghanistan di Amerika Serikat dan Eropa
Menyusul pergolakan politik di Afghanistan dan pengambilalihan negara oleh Taliban, ribuan warga Afghanistan meninggalkan negara itu ke Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.
Namun beberapa minggu setelah migrasi paksa warga Afghanistan ini, banyak dari mereka tinggal di balik tembok perbatasan atau di kamp-kamp pengungsi dengan fasilitas kesehatan dan kesejahteraan yang sangat minim.
Situasinya sedemikian rupa sehingga ratusan pengungsi Afghanistan baru-baru ini menyerukan agar mereka kembali ke tanah air mereka, mengkritik kebijakan Inggris.
Menurut Guardian, sejumlah besar warga Afghanistan yang melarikan diri dari negara itu bersama warga Inggris selama penarikan Inggris dari negara ini mengatakan bahwa kondisi di mana mereka ditempatkan di hotel-hotel sangat menyedihkan.
Sementaraitu, pemerintah Inggris baru-baru ini mengklaim telah meluncurkan program "Sambutan Hangat" bagi para pengungsi Afghanistan, tetapi sejauh ini hanya sebatas kata-kata.
Di negara-negara Eropa lainnya, situasi pengungsi Afghanistan juga tidak menguntungkan. Sementara Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell telah meminta negara-negara Eropa untuk menerima antara 10.000 dan 20.000 lebih migran, lembaga internal Uni Eropa telah meminta 12 negara anggota Uni Eropa untuk bantuan keuangan bagi membangun penghalang dan tembok guna mencegah masuknya para pencari suaka.
Banyak negara Eropa Timur juga ingin membangun ribuan kilometer tembok dengan biaya Uni Eropa. Seperti Yunani, mereka ingin mencegah masuknya pencari suaka dengan membangun penghalang tersebut.
Pihak berwenang Yunani telah membuka kembali kamp pertama dari lima kamp baru yang sebelumnya dikritik oleh kelompok hak asasi manusia. Terletak di pulau Samos, kamp ini dikelilingi oleh kawat berduri dan dilengkapi dengan sistem keamanan elektronik. Pintu masuk ke kamp akan ditutup pada malam hari, yang akan membatasi pergerakan pencari suaka.
Menyusul pergolakan politik di Afghanistan dan pengambilalihan negara oleh Taliban, ribuan warga Afghanistan meninggalkan negara itu ke Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.
Seorang juru bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) memperingatkan bahwa pencari suaka membutuhkan perlindungan dan bantuan. Menurutnya, "Mereka bukan penjahat dan mereka tidak berbahaya bagi masyarakat."
"Saya melihat banyak negara memutuskan untuk membangun penghalang ini, saya dapat memahaminya," kata Komisaris Dalam Negeri Uni Eropa Ilva Johansson.
Sementara itu, Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), Filippo Grandi, baru-baru ini mengatakan bahwa sesuai dengan kajian yang telah dilakukan, sekitar 85.000 warga Afghanistan harus meninggalkan negara itu dalam lima tahun ke depan, di mana Uni Eropa mampu menampung setengah dari mereka.
Sejak tahun 2015 hingga sekarang, sekitar 570.000 warga Afghanistan telah mengajukan permohonan suaka dari 27 negara anggota Uni Eropa. Pada tahun 2020 saja, sekitar 44.000 warga Afghanistan mengajukan suaka ke negara-negara anggota UE, yang menjadikan Afghanistan sebagai negara pengirim pengungsi terbesar kedua ke UE setelah Suriah. Sekarang, banyak warga Afghanistan masih menunggu untuk diizinkan melintasi perbatasan Eropa.
- Baca juga: Amnesti Internasional: Lima Juta Pengungsi Afghanistan Butuhkan Bantuan Kemanusiaan Segera
Banyak orang Afghanistan yang berimigrasi ke Amerika Serikat juga hidup dalam kondisi yang mengenaskan. Menurut angka militer AS, sekitar 53.000 pengungsi Afghanistan yang melarikan diri ke Amerika Serikat setelah jatuhnya Kabul sekarang ditempatkan di delapan pangkalan militer AS.
Banyak pencari suaka yang telah memasuki negara itu tidak dalam keadaan baik, sehingga Departemen Keamanan Dalam Negeri AS memperingatkan polisi tentang kemungkinan peningkatan "ketidakpuasan" kelompok-kelompok ekstremis dalam negeri dan kemungkinan peningkatan kekerasan.
Menurut sebuah pernyataan dari Kantor Analisis dan Intelijen Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, tersangka ekstremis telah mengeluarkan "ancaman samar" terhadap pemerintah federal, infrastruktur vital dan organisasi yang terlibat dalam pemukiman kembali para pengungsi dan migran.
Berdasarkan pernyataan itu, mereka bahkan menyerukan pembakaran organisasi nirlaba yang berbasis di Florida yang telah membantu memukimkan kembali warga Afghanistan.
Ribuan pengungsi Afghanistan lainnya ditempatkan di kamp-kamp di Jerman, Qatar, UEA, Albania dan Uganda dalam kondisi sosial dan kesehatan yang mengenaskan tanpa mengetahui apa yang akan terjadi pada mereka. (SL)