Gambaran Putaran Kedua Pemilu Presiden Turki
(last modified Sat, 20 May 2023 13:26:22 GMT )
May 20, 2023 20:26 Asia/Jakarta
  • Pemilu Presiden Turki, Mei 2023.
    Pemilu Presiden Turki, Mei 2023.

Proses pemungutan suara putaran kedua pemilihan presiden Turki ke-13 untuk pemilih yang memenuhi syarat di negara-negara asing dan tempat-tempat bea cukai dimulai hari ini, Sabtu (20/5/2023).

Menurut Dewan Pemilihan Umum Turki, hasil putaran pertama pemilu presiden Turki, calon presiden (capres) petahana Recep Tayyip Erdogan dan penantang utamanya, pemimpin oposisi Kemal Kilicdaroglu, tidak mendapatkan dukungan mayoritas yang dibutuhkan untuk kemenangan langsung.

Erdogan memperoleh 49,53 persen suara, Kilicdaroglu mendapatkan 44,88 persen sauara dan capres Sinan Ogan mendapatkan 5,28 persen suara. Untuk itu, pemilu presiden akan digelar putaran kedua pada 28 Mei 2023.

Pada putaran kedua, capres yang memperoleh suara sah terbanyak akan terpilih sebagai Presiden ke-13 Turki. Berdasarkan pengumuman Dewan Pemilihan Umum Turki, bilik pemungutan suara telah dibuat di 167 daerah pemilihan di 151 kantor perwakilan yang ada di 73 negara. Pemilih di negara-negara asing dapat memberikan suara mereka hingga 24 Mei 2023.

Putaran kedua pemilu presiden Turki dimulai dalam situasi ketika krisis ekonomi dan mata pencaharian terus mencengkeram rakyat Turki. Setiap hari situasi semakin sulit bagi rakyat Turki. Krisis ekonomi benarr-benar terus mencekik kehidupan rakyat Turki.

Menurut statistik resmi yang diterbitkan, garis kemiskinan untuk memberi makan keluarga beranggotakan empat orang juga mencakup barang-barang seperti pakaian, sewa, energi, air, transportasi, pendidikan, dan perawatan kesehatan.

Pada saat yang sama, ambang kelaparan atau uang yang dibutuhkan untuk mencegah kelaparan satu keluarga beranggotakan empat orang pada bulan Mei 2023 telah melebihi 10 ribu lira. Bahkan garis kemiskinan dan kelaparan telah melintasi upah minimum buruh. Padahal biaya hidup bulanan untuk satu karyawan single diperkirakan mencapai 13.167 lira pada bulan April.

Gempa di Turki 

Taha Ak Yul, salah satu analis terkemuka Turki menyinggung sebuah peribahasa Turki ketika menggambarkan situasi ekonomi baru yang kacau di negaranya. Dia mengatakan, "Melihat sebuah musibah (tragedi) lebih efektif dan berpengaruh daripada mendengar seribu nasehat."

Adanya beberapa gempa bumi berturut-turut di berbagai kota di Turki telah menambah krisis ekonomi negara ini semakin parah. Puluhan miliar dolar telah ditambahkan untuk kebutuhan pemerintah Ankara guna membangun kembali ekonomi dan rekonstruksi kota. Untuk itu, seseorang yang menjadi presiden Turki mendatang harus bisa memperoleh pinjaman beberapa ratus miliar dolar dari negara lain untuk menangani krisis yang semakin parah.

Banyak kalangan politik independen meyakini bahwa memenangkan kursi kepresidenan Turki mungkin tidak terlalu penting dan berpengaruh dalam krisis ekonomi saat ini. Hanya seseorang yang dapat mengandalkan kursi ini untuk secara mendasar mengubah beberapa infrastruktur Turki dalam waktu singkat dan kemudian menyerahkan kursi kepresidenan kepada orang lain.

Pada putaran kedua pemilu presiden Turki, perubahan beberapa aliansi partai dan organisasi atau pengungkapan dukungan asing dapat memainkan peran yang menentukan terhadap hasil pemilu putaran kedua.

Capres ketiga, Sinan Ogan mungkin akan menjadi kunci kemenangan dalam pemilu presiden putaran kedua. Dia berhasil mendapatkan 5,17% suara atau setara dengan lebih dari 2,8 juta suara, pada putaran pertama.

Sinan Ogan kini memaksakan persyaratan kepada Erdogan dan Kilicdaroglu jika ingin mendapat dukungannya. Di antara syarat itu adalah pengusiran semua pengungsi dari Turki, termasuk pengungi Suriah.

Hal yang mungkin terjadi adalah mengenai kertas suara yang tidak sah. Jumlah kertas suara yang tidak sah setelah hasil penghitungan awal di dalam dan luar negeri mencapai 1.036.565 suara. Jumlah ini benar-benar dapat mengubah proses pemilu pada putaran kedua.

Putaran kedua pemilu presiden Turki telah dimulai dalam situasi di mana para pemimpin dari dua koalisi yang telah memasuki putaran kedua, masing-masing menganggap diri mereka sebagai pemenang. Yang pasti, perubahan aliansi dan koalisi organisasi politik dapat dipastikan akan memenangkan salah satu capres. (RA)