Krisis Tunisia Berlanjut, Rached Ghannouchi Dihukum Penjara Seumur Hidup
Sekitar dua bulan setelah penangkapan Rached Ghannouchi, Pemimpin Gerakan Ennahda Tunisia, pengadilan tingkat pertama di kota Ariane menjatuhkan hukuman penjara kepadanya.
Rached Ghannouchi, Pemimpin Gerakan Islam Ennahda Tunisia dan salah satu pengkritik utama presiden negara ini, Kais Saied, ditangkap pada 17 April, dan sejak itu dia dipenjara atas tuduhan konspirasi mengacaukan keamanan Tunisia.
Penangkapan pemimpin Gerakan Ennahda Tunisia terjadi menyusul eskalasi krisis politik dan ekonomi di negara itu selama dua tahun terakhir.
Pada 25 Juli 2021, Presiden Republik Tunisia Kais Saied mengambil alih semua urusan negara secara tiba-tiba.
Dia memberhentikan perdana menteri dan menangguhkan kegiatan parlemen, membatalkan kekebalan anggota parlemen dan membubarkan dewan pengawas konstitusi dan Dewan Tinggi Yudisial.
Saied juga berbicara tentang amandemen konstitusi dan setelah beberapa saat, dia memasukkan reformasi ini, yang menurut pihak oposisi bertujuan untuk mengkonsolidasikan kekuasaan, ke dalam sebuah referendum.
Tindakan Saied menyebabkan banyak pihak dan serikat buruh memprotes tindakannya.
Dalam hal ini, Partai Ennahda yang dianggap sebagai salah satu partai utama di Tunisia sangat menentang keputusan dan tindakan Kais Saied dan menganggapnya bertentangan dengan demokrasi dan aspirasi rakyat negara ini untuk mengakhiri kediktatoran Ben Ali dan menempatkan pemerintahan berdasarkan suara rakyat.
Dengan desakan partai Ennahda, tekanan terhadap Ghannouchi dan anggota partai ini meningkat dan selama beberapa minggu terakhir, puluhan anggota Ennahda bahkan pemimpin partai ini ditangkap dan dipenjarakan.
Sekitar dua bulan setelah penangkapan Rached Ghannouchi, Pemimpin Gerakan Ennahda Tunisia, pengadilan tingkat pertama di kota Ariane menjatuhkan hukuman penjara kepadanya.
Dalam konteks ini, Human Rights Watch mengumumkan dalam laporan terbarunya bahwa pihak berwenang Tunisia telah mengintensifkan serangan mereka terhadap oposisi serta mengambil tindakan untuk menetralisir dan membubarkan gerakan Ennahda, partai politik terbesar di negara tersebut.
Salsabil Chellali, Direktur urusan Tunisia di Human Rights Watch mengatakan, Setelah upaya untuk pembunuhan karakter Ennahda dan membuat tuduhan serius terhadapnya tanpa bukti, para pejabat Presiden Tunisia, Kais Saied mengambil tindakan untuk membubarkan Ennahda.
Namun, Ghannouchi menyerukan rekonsiliasi, persatuan nasional, dan meninggalkan kekerasan di Tunisia.
Gerakan Ennahda telah meminta Presiden Tunisia untuk membuka dialog dengan partai politik dan organisasi sipil untuk membebaskan negara dari kebuntuan politik dan ekonomi saat ini.
Manzer Venisi, Ketua Sementara Partai Ennahda mengatakan, Partai ini siap membuka "lembaran baru" dalam hubungannya dengan presiden, jika dia setuju untuk meninjau kembali proses politiknya dan berhenti menangkap dan menahan tokoh oposisi.
Sekalipun demikian, Kais Saied terus membuat perhitungan politik. Pada saat yang sama, bukan hanya prestasi dan aspirasi rakyat negara ini yang menentang Ben Ali yang terancam hancur, masalah ekonomi negara ini juga semakin meningkat, dan tampaknya rakyat Tunisia akan mengalami masa-masa sulit ke depan.(sl)