Mengapa Friksi di Grup 20 Semakin Dalam?
(last modified Mon, 11 Sep 2023 05:26:29 GMT )
Sep 11, 2023 12:26 Asia/Jakarta

Meskipun AS berusaha berpura-pura bahwa G20 adalah salah satu organisasi internasional yang paling koheren sehingga Washington dapat mempengaruhi dan memandu kegiatan, tujuan, dan rencananya, tetapi KTT G20 di India dan penentangan Cina terkait penyelenggaraan KTT G20 pada tahun 2026 di Amerika, menunjukkan semakin dalamnya perselisihan dan friksi di G20.

Tidak hadirnya para pemimpin Rusia dan Cina dalam pertemuan India yang tengah diadakan menunjukkan bahwa dengan semakin kuatnya rotasi kekuatan dunia ke arah timur, negara-negara seperti Amerika Serikat tidak lagi memiliki kemampuan yang diperlukan untuk mengarahkan perubahan internasional sesuai dengan tuntugan dan pandangannya.

Uni Afrika menjadi anggota G20

Daniel Kovalik, pakar isu internasional, mengatakan:

“Tampaknya Amerika Serikat masih tidak percaya bahwa perputaran kekuasaan dari Barat ke Timur telah selesai, dan struktur yang dibuat oleh negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat, termasuk G20, telah diciptakan untuk memajukan tujuan mereka, di mana itu telah kehilangan kemampuan dan keefektifannya, dan perkembangan ini terlihat jelas dengan adanya penentangan dari negara-negara anggota penting terhadap keputusan dan pendekatan Amerika.”

Oleh karena itu, keberatan Cina terkait Amerika Serikat menjadi tuan rumah KTT G20 tahun 2026 juga didukung dan disetujui oleh Rusia.

Semangat pernyataan G20 jelas menunjukkan bahwa Amerika mencoba menggunakan kesempatan pertemuan ini untuk mengutuk Rusia dalam perang di Ukraina.

Meskipun pernyataan anti-Rusia telah dipublikasikan pada pertemuan para pemimpin G20 tahun lalu di Bali, Indonesia, tetapi dalam KTT di New Delhi, mengingat hubungan strategis antara India dan Rusia, meskipun tampaknya ada beberapa pertimbangan yang dimasukkan dalam pernyataan akhir, tapi pendekatan pernyataan itu sepenuhnya anti-Rusia dan mendukung Ukraina.

Meskipun AS berusaha berpura-pura bahwa G20 adalah salah satu organisasi internasional yang paling koheren sehingga Washington dapat mempengaruhi dan memandu kegiatan, tujuan, dan rencananya, tetapi KTT G20 di India dan penentangan Cina terkait penyelenggaraan KTT G20 pada tahun 2026 di Amerika, menunjukkan semakin dalamnya perselisihan dan friksi di G20.

Pada saat yang sama, setidaknya negara-negara anggota G20 yang mengikuti jalur logika bisa saja menyebutkan beberapa poin dalam pernyataannya tentang penyebab perang dan kebijakan agresif Amerika dalam kerangka NATO ke Timur. dan meningkatnya ancaman organisasi militer ini.

Hei Sing Tso, pakar hubungan internasional mengatakan:

“Amerika mencoba untuk mendikte kebijakan dan tujuannya dalam pernyataan akhir pertemuan seperti G20, sementara cara yang adil adalah dengan menunjukkan kebijakan agresif Amerika dan NATO ke arah Timur dan membatasi Rusia di perbatasannya. Perluasan geografi NATO ke Timur merupakan ancaman keamanan terbesar bagi negara-negara seperti Rusia dan bahkan Cina.”

Bagaimanapun, meskipun G20 adalah organisasi internasional yang terdiri dari 19 negara, bersama dengan Uni Eropa, yang bekerja untuk menangani isu-isu utama terkait perekonomian global, seperti stabilitas keuangan internasional, mitigasi perubahan iklim, dan pembangunan berkelanjutan, tetapi Amerika telah mengalihkan organisasi internasional ini seperti lainnya dari tujuan dan undang-undangnya dan mencoba mengubahnya menjadi platform untuk memajukan tujuan dan rencananya yang jahat.

Bendera negara-negara anggota G20

Oleh karena itu, organisasi-organisasi regional dan internasional di mana Amerika hadir bukan hanya tidak membantu memecahkan masalah-masalah global, tetapi justru memperdalam perbedaan dan kesenjangan di antara para anggotanya. Sedemikian rupa sehingga negara-negara Timur, termasuk Cina dan Rusia, mengambil langkah-langkah menuju perluasan organisasi internasional seperti BRICS, yang merupakan inisiatif negara-negara Timur karena absennya Amerika Serikat.(sl)