Apr 26, 2024 13:05 Asia/Jakarta
  • Pemikiran Berbahaya Memuji Pemboman atas Rakyat Jepang dan Gaza

Seorang pengajar di Universitas San Francisco, Amerika Serikat, memprotes penyalahgunaan insiden pemboman atom Nagasaki dan Hiroshima Jepang, sebagai justifikasi pemboman atom terhadap Gaza.

Tomomi Kinukawa, adalah dosen studi perempuan dan gender di Universitas San Francisco, sekaligus peneliti dan aktivis hak asasi manusia yang keturunan Asia Timur. Peneliti internasional ini di situs Counter Punch, menulis,
 
"Para politisi Zionis, termasuk Benjamin Netanyahu, untuk menjustifikasi genosida rakyat Palestina, menyinggung serangan udara Jerman dan Jepang, selama Perang Dunia II, dan pemboman nuklir Nagasaki dan Hiroshima."
 
Di saat dunia marah atas berlanjutnya bantuan militer "ugal-ugalan" Amerika Serikat, terhadap Israel, para legislator negara ini mereproduksi isyarat-isyarat mirip PD II, dan menganggap bantuan AS, atas genosida terhadap rakyat Palestina, oleh Israel, serta pembatasan bantuan kemanusiaan untuk Gaza, sebagai hal yang absah.
 
Sebagai contoh, Tim Walberg, anggota Kongres dari Partai Republik, dalam rapat walikota yang digelar pada 25 Maret lalu, terang-terangan berbicara tentang penghancuran Gaza, dan menurutnya kota Palestina, itu harus dibombardir seperti Nagasaki dan Hiroshima.
 
Menyinggung masalah pemboman dua kota di Jepang, yang terjadi selama berkecamuknya PD II, terlepas dari motif politik yang ada di tengah politisi AS, hal itu merupakan sebuah masalah yang berbahaya. Statemen-statemen terbuka politisi Partai Republik, mencerminkan semangat berbahaya yang banyak dimiliki oleh mereka.
 
Penting untuk mengecam dan menolak penyamaan imperialisme Jepang, dan gerakan pembebasan anti-penjajahan Palestina, yang digunakan oleh Zionis, dan kelompok rasis supremasi kulit putih, sebagai dalih untuk melakukan genosida terhadap rakyat Palestina, dan penggunaan senjata pemusnah massal.
 

 

Hukum internasional memberikan hak kepada rakyat Palestina, untuk melawan termasuk perlawanan bersenjata demi meraih tujuan-tujuannya dalam menentukan masa depan sendiri. Zionis dan rasis keliru menganggap gerakan pembebasan anti-penjajahan Palestina, sebagai "fanatisme agama".
 
Pada saat yang sama orang-orang Zionis, menyuguhkan analisa-analisa bohong soal Jepang, dan berusaha menyalahgunakan Holocaust, untuk mengingkari realitas bahwa rakyat Palestina, adalah korban kebengisan mereka.
 
Masyarakat dunia memahami bahwa imperium Jepang, sejak Abad-19 hingga akhir PD II, adalah penjajah rakyat Asia-Pasifik, tapi hal ini tidak ada kaitannya dengan agresi yang dilakukan AS, dan Israel hari ini di dunia.
 
Rakyat Jepang, hari ini memiliki kesadaran politik, dan beradab. Bagi rakyat Jepang, solidaritas dengan Palestina, berarti menolak agresi imperium mereka yang lama, dan menolak imperialisme AS dan Eropa hari ini dalam bentuk Israel.
 
Urgen bagi kita semua untuk berdiri sebagai bentuk solidaritas atas gerakan pembebasan Palestina, dan mencegah serangan berlanjut Israel, ke Gaza, serta wilayah Palestina yang lain. Israel dengan dukungan sistem arogan AS, dan kerja sama negara-negara seperti Jepang, telah menginjak-injak hukum internasional, dan menyerang gerakan-gerakan pembebasan anti-penjajahan Palestina.
 
Sungguh disesalkan, pemerintah Jepang, melangkah di jalur sejarah yang salah sebagaimana di abad sebelumnya melakukan pilihan-pilihan yang keliru, tapi ini bukanlah pandangan budaya, dan masyarakat Jepang sendiri.
 
Selain analisa dosen Universitas San Francisco ini, perlu diketahui juga bahwa pembuhunan orang tak bersalah patut dikecam, maka dari itu narasi AS bahwa jika rakyat tak bersalah Jepang, tidak jatuhi bom atom, maka PD II akan berlanjut, dan semakin banyak orang yang tewas, adalah penipuan keji, dan timbul dari sebuah wacana anti-kemanusiaan. (HS)