Apr 29, 2024 17:40 Asia/Jakarta
  • Momen Kelam Sejarah, Invasi Militer AS ke Republik Dominika

Invasi militer Amerika Serikat, ke Republik Dominika, pada tahun 1965, dilakukan setelah konflik dan kekerasan antara kelompok kiri dan kanan, serta militer memuncak di negara itu.

Pada 28 April 1965, pasukan AS, memasuki Republik Dominika, dan menduduki negara itu dengan dalih melindungi warga negara AS. Akan tetapi tidak lama kemudian, 1.500 pasukan tambahan AS, dikirim ke Dominika, bergabung dengan 40.000 tentara lain yang sudah ada di sana, didukung 37 kapal perang.
 
Dalam sebuah pidato televisi pada awal April 1965, Presiden AS, kala itu, Lyndon B. Johnson, mengakui bahwa perang Vietnam, adalah perang yang kotor, brutal, dan sulit. Tapi pada 28 April di tahun yang sama, ia mengirim sekelompok besar pasukan AS, ke Republik Dominika, untuk menumpas sebuah revolusi demokratis yang baru saja dimulai.
 

 

Ketakutan atas lahirnya apa yang disebut Johnson, sebagai "Kuba Kedua", di Benua Amerika, menjadi motivasi terbesar bagi Washington, untuk melakukan invasi militer ke negara kecil di Karibia ini.
 
Lyndon B. Johnson, Presiden AS, melanggar tegas Piagam Organisasi Negara-Negara Amerika, OAS, yang melarang intervensi langsung dan tidak langsung atas alasan apa pun dalam urusan internal atau eksternal setiap negara anggota organisasi ini, dengan mengerahkan pasukan marinir, dan Divisi Lintas Udara ke-82 ke Republik Dominika.
 

 

AS, menyerang kota Santo Domingo, dengan dalih melindungi keselamatan warganya, padahal AS, sebenarnya telah menduduki wilayah Republik Dominika, demi menjaga kepentingan ekonomi, dan apa yang dianggapnya sebagai domain geografis AS.
 
Menurut keterangan Roberto Cassa, sejarawan dan pejuang revolusi Republik Dominika, Revolusi Demokratis, dan perang pembebasan nasional tahun 1965, adalah salah satu peristiwa terpenting yang terjadi di tengah masyarakat negara ini di Abad 20.
 

 

Realitasnya, rakyat Dominika, seperti juga rakyat Vietnam, telah membuktikan bahwa ketika mereka bersatu, meski memiliki kelemahan di bidang militer, tetap dapat memberikan perlawanan sengit. Hari ini terkait rakyat Yaman, yang tengah berjuang melawan AS dan Inggris, juga seperti itu.
 
Pada April 1965, para pejuang Dominika, dan para internasionalis dari Haiti, Prancis, Spanyol, dan Meksiko, bergabung dengan milisi rakyat yang dikenal sebagai Komando Dominika, untuk melawan imperialisme, supremasi kulit putih, rasisme Barat, kekerasan militer, dan genosida sekutu-sekutu AS. Selain itu, invasi militer ke Republik Dominika, telah membangkitkan kemarahan global.
 

 

Sekalipun AS, menumpas perlawanan rakyat Dominika, dan menaikkan sebuah rezim boneka di negara itu, tapi Revolusi Dominika, tahun 1965, telah menjadi warisan berharga dalam sejarah perlawanan rakyat dunia.
 
Reaksi rakyat ini telah menciptakan solidaritas global di seantero dunia, dan pada saat yang sama mengenalkan gerakan-gerakan revolusioner serta anti-imperialisme, kepada generasi-generasi muda. (HS)