May 01, 2024 12:43 Asia/Jakarta
  • Masyarakat Kamboja Masih Trauma dengan Dampak Pemboman AS di Masa Lalu

Pada pengeboman Kamboja oleh Amerika Serikat di tahun 1970, diperkirakan 500.000 ton amunisi dijatuhkan pada lebih dari 113.000 sasaran di negara ini.

Ketika Amerika Serikat terlibat dalam Perang Vietnam yang berdarah, Amerika Serikat pada tanggal 30 April 1970 menyerang Kamboja, tetangga Vietnam, dari darat dan udara, dan pasukan Amerika menduduki negara Asia Tenggara ini.

Richard Nixon, Presiden Amerika Serikat pada saat itu mengumumkan tujuan menduduki Kamboja untuk mendapatkan cukup waktu bagi penarikan tentara Amerika dari Vietnam.

Meskipun Kamboja merupakan tetangga Vietnam, namun sebelumnya Kamboja telah menyatakan netralitasnya dalam perang antara Vietnam dan Amerika.

Untuk membenarkan pendudukan Kamboja, Nixon mengatakan, “Jika, dalam berbagai ujian, Amerika sebagai negara paling kuat di dunia bertindak seperti raksasa miskin, kaum anarkis, nasionalis, dan komunis akan menyerang negara-negara di dunia dan masyarakat yang berbeda akan berkuasa, dan dengan cara ini, kepentingan Amerika dan dunia kapitalis akan terancam”.

 

 

Perang Rahasia

Kissinger sebagai arsitek utama proyek ini, bersama sejumlah orang lain di Gedung Putih, berusaha menyembunyikan operasi ini dari publik selama mungkin.

Dengan merahasiakan pemboman yang dilakukan oleh pemerintah AS pada saat itu, maka terjhadi pelarangan pengungkapan data dan dokumen kejahatan tersebut.

Operasi militer AS ini menyebabkan kematian langsung ratusan ribu warga Kamboja. Jumlah kematian diperkirakan mencapai satu juta orang.

 

Penghancuran struktur sosial politik dan dominasi Khmer Merah

Operasi pengeboman Kamboja yang dirancang oleh Kissinger membuat struktur sosial dan politik Kamboja tidak stabil dan rentan. Di satu wilayah saja, lebih dari satu juta penduduk desa menjadi pengungsi yang berusaha melarikan diri dari dampak bom Amerika.

Dengan menciptakan kekosongan politik di negeri ini, Khmer Merah mampu merebut kekuasaan. Khmer Merah melakukan kekejaman yang tak terbayangkan terhadap rakyat Kamboja. Menurut perkiraan, sekitar seperempat penduduk negara tersebut (antara 1.600.000 dan 3.000.000 orang) meninggal dalam kejahatan ini melalui eksekusi, kerja paksa, dan kelaparan.

 

 

Petani masih ketakutan

Luka pada masa itu masih terasa di Kamboja. Penelitian terbaru menunjukkan dampak ekonomi dari bom Kissinger terhadap petani Kamboja. Mereka menghindari tanah gelap untuk bertani karena takut akan persenjataan Amerika yang belum meledak.

Membunuh akademisi yang memprotes

Pendudukan Kamboja meningkatkan gelombang penolakan Amerika terhadap penghasut perang yang dilakukan para pemimpin Gedung Putih. Intensitas protes di Amerika sedemikian rupa sehingga garda nasional negara ini menembaki mahasiswa Amerika yang melakukan protes di universitas-universitas di negara ini. Pembantaian mahasiswa Amerika di Universitas Ohio sebagai contoh nyatanya.

 

 

Akhir Pendudukan

Ketika protes meningkat, Kongres AS mengesahkan undang-undang yang memaksa Nixon menarik pasukan militer AS dari Kamboja pada Juli 1970. Amerika akhirnya meninggalkan Kamboja pada akhir tahun itu.

Setelah meninggalkan Kamboja, Amerika Serikat mendirikan pemerintahan bonekanya di negara ini. Tentu saja, setelah kekalahan Amerika melawan Vietnam, pemerintahan militer Kamboja juga ikut digulingkan.

Menariknya, hanya lima tahun setelah invasi militer Amerika ke Kamboja pada 30 April 1975, mereka dikalahkan oleh Vietnam.

Referensi

Sophal Ear. 2023. Henry Kissinger’s bombing campaign likely killed hundreds of thousands of Cambodians − and set path for the ravages of the Khmer Rouge. The Conversation.

Raskhon, Serangan Militer AS ke Kamboja di Asia Tenggara.

Tags