Friendly Fire atau Keunggulan Yaman; Siapa yang Tembak Jatuh F-18 AS?
Des 25, 2024 21:12 Asia/Jakarta
Parstoday – Nampaknya Amerika Serikat, lebih memilih untuk menyebut menembak kawan sendiri (friendly fire) yang menjadi alasan jatuhnya jet tempur canggih F-18 di Laut Merah, daripada mengakui kelemahan di hadapan pasukan Yaman.
Di balik pertempuran yang terjadi di Bab El Mandeb, terjadi sejumlah peristiwa yang menyedot perhatian dunia lebih dari sebelumnya. Salah satu peristiwa yang baru saja terjadi adalah tertembak jatuhnya sebuah jet tempur F-18 Super Hornet, Angkatan Laut AS.
Orang-orang Amerika, mengaku bahwa pesawat tempur tersebut jatuh karena ditembak kawan sendiri, dua pilotnya selamat sementara satu pilot lainnya terluka.
Pada saat yang sama, Angkatan Bersenjata Yaman, mengumumkan jet tempur AS itu tertembak jatuh saat dalam baku tembak. Dari satu sisi, kejadian semacam ini dapat membuktikan kekuatan militer Yaman, dan sisi lain kelemahan militer AS di hadapan Yaman.
Akan tetapi sepertinya AS lebih memilih untuk menyebut penyebab jatuhnya pesawat tempur F-18, kesalahan menembak kawan sendiri, daripada menerima pernyataan Yaman, dan menunjukkan kelemahan di hadapan mereka.
Pasalnya, jika hal itu dilakukan akan muncul berbagai macam protes, dan hujatan terhadap Angkatan Bersenjata AS, dan bisa diprediksi, operasi-operasi terhadap Yaman, serta perairan di sekitarnya akan meningkat.
AS mengklaim sedang terlibat pertempuran melawan apa yang mereka sebut sebagai milisi bersenjata Houthi, dan melancarkan serangan-serangan udara hebat terhadap konsentrasi militer, dan sipil Yaman.
Meskipun demikian, pasukan terkuat di dunia yang dilengkapi persenjataan tercanggih, dan paling merusak sepanjang sejarah itu, sampai sekarang tidak berhasil melumpuhkan kekuatan militer Yaman.
Dalam beberapa hari terakhir rudal-rudal jarak jauh ditembakkan dari Yaman, dan setelah menempuh jarak sekian ribu kilometer, dan menembus lapisan-lapisan pertahanan udara AS, Israel, dan sekutu-sekutunya di sepanjang Laut Merah, menghantam target di dalam Wilayah pendudukan, dan menciptakan kerusakan signifikan terhadap Israel.
Membalas operasi ini, jet-jet tempur AS dan Israel, diterbangkan untuk membombardir seluruh wilayah Yaman, akan tetapi, tiba-tiba di tengah pertempuran sebuah jet tempur canggih AS, F-18 Super Hornet, tertembak jatuh.
AS mengklaim jet tempur ini jatuh ditembak kawan sendiri. Padahal rekam jejak pasukan Yaman dalam menyerang armada perang AS, dan sekutu-sekutunya di perairan sekitar Yaman, juga, kemampuan menembakkan rudal jarak jauh ke dalam Wilayah pendudukan, membuktikan bahwa orang-orang Yaman, mampu menembak jatuh jet tempur AS.
Lebih dari itu, sejak beberapa tahun lalu, Yaman berada di bawah blokade total darat, laut, dan udara AS, dan sekutu-sekutunya, sehingga pengiriman senjata ke Yaman, sangat sulit. Tapi orang-orang Yaman, dalam kondisi semacam ini tetap mampu meraih kekuatan, bersamaan dengan perang melawan AS, mereka juga melancarkan serangan ke Israel.
Masalah ini telah meningkatkan protes terhadap para komandan militer AS yang gagal mengatasi kekuatan serangan Yaman. Maka dari itu AS lebih memilih untuk menyebut kesalahan menembak kawan sendiri sebagai alasan jatuhnya jet tempur F-18 di Laut Merah, daripada mengakui kekuatan musuh.
Namun demikian, terlepas cerita mana yang lebih dekat dengan kebenaran, jatuhnya sebuah pesawat tempur canggih dalam sebuah pertempuran di Yaman, bagi Angkatan Bersenjata AS, adalah sebuah kekalahan, baik itu ditembak kawan sendiri maupun oleh musuh. (HS)