Mengapa Generasi Muda AS Tidak Lagi Menyukai Israel?
https://parstoday.ir/id/news/world-i175088
Pars Today - Hingga beberapa dekade yang lalu, dukungan terhadap Israel di Amerika Serikat bukan sekadar sikap politik, melainkan bagian dari identitas nasional banyak warga negara. Di kalangan politik, media, dan akademis, kesetiaan kepada Israel dianggap sebagai salah satu nilai bersama Amerika. Namun kini, masyarakat yang sama menyaksikan perpecahan yang mendalam dan signifikan dalam pandangan ini, terutama di kalangan generasi muda.
(last modified 2025-07-31T08:09:54+00:00 )
Jul 31, 2025 14:10 Asia/Jakarta
  • Rezim Zionis
    Rezim Zionis

Pars Today - Hingga beberapa dekade yang lalu, dukungan terhadap Israel di Amerika Serikat bukan sekadar sikap politik, melainkan bagian dari identitas nasional banyak warga negara. Di kalangan politik, media, dan akademis, kesetiaan kepada Israel dianggap sebagai salah satu nilai bersama Amerika. Namun kini, masyarakat yang sama menyaksikan perpecahan yang mendalam dan signifikan dalam pandangan ini, terutama di kalangan generasi muda.

Data jajak pendapat, laporan analitis, dan bahkan lanskap media di Amerika saat ini menunjukkan "penurunan" popularitas Israel yang pesat di kalangan anak muda. Perubahan ini bukan sekadar pergeseran opini publik, melainkan tanda kebangkitan yang meluas dan revisi narasi resmi yang telah berusia puluhan tahun.

Menurut jajak pendapat Harvard-Harris pada Desember 2023, lebih dari separuh anak muda Amerika berusia 18 hingga 24 tahun percaya bahwa solusi krisis Gaza hanya dapat dicapai melalui berakhirnya keberadaan Israel dan terwujudnya hak penentuan nasib sendiri bagi Palestina. Senada dengan itu, Pew Research Center, dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada April 2024, dengan jelas menunjukkan bahwa hanya 14% anak muda Amerika berusia 18 hingga 29 tahun yang mendukung Israel, sementara 33% secara terbuka menyatakan simpati kepada rakyat Palestina.

Namun mengapa perubahan pola pikir anak muda Amerika seperti itu terjadi?

Jawabannya terletak pada berbagai lapisan perkembangan media, sosial, politik, dan moral. Pertama, kemunculan media sosial sebagai media informal tapi berpengaruh telah menyediakan akses langsung terhadap fakta. Filter media sepihak dari arus dominan tak lagi dipertanyakan. Remaja dan pemuda Amerika saat ini menyaksikan gambar-gambar anak-anak yang dibunuh, rumah-rumah yang hancur, dan air mata ibu-ibu Palestina, tanpa sensor.

Ketika kebenaran terlihat langsung oleh khalayak, narasi propaganda media arus utama tak lagi berdaya meyakinkan mereka.

Platform seperti X, Instagram, TikTok, dan YouTube kini telah menjadi medan pertempuran nyata melawan sensor informasi. Suara rakyat Gaza dan wilayah pendudukan lainnya, yang disiarkan melalui ponsel dan kamera amatir, telah menjangkau khalayak global dan telah memengaruhi hati nurani generasi muda di Barat.

Kebangkitan media yang belum pernah terjadi sebelumnya ini juga telah membuka jalan bagi pembentukan gerakan mahasiswa anti-Zionis di universitas-universitas Amerika. Demonstrasi massa, pemogokan mahasiswa, dan penentangan terhadap investasi universitas di perusahaan-perusahaan yang terkait dengan Israel merupakan tanda-tanda nyata dari pergeseran yang mendalam dan berkelanjutan dalam opini publik kaum muda.

Di sisi lain, perubahan iklim politik di Amerika Serikat juga mempercepat proses ini. Bahkan di kalangan muda Republik (yang umumnya dianggap pendukung setia Israel), hanya 28% yang mendukung rezim ini, sementara 47% muda Demokrat bersimpati kepada rakyat Palestina. Kesenjangan ini tidak hanya bersifat geopolitik, tetapi juga moral dan identitas.

Patut dicatat bahwa transformasi ini tidak terbatas pada Amerika Serikat. Menurut Institut Studi Keamanan Nasional Israel (INSS), antara Oktober 2023 dan Maret 2024, rata-rata lebih dari 2.000 gerakan protes anti-Israel tercatat setiap bulan di seluruh dunia. Amerika Serikat memiliki jumlah protes dan unjuk rasa tertinggi kedua setelah Yaman.

Banyaknya reaksi global ini, terutama dari Amerika, telah sangat mengkhawatirkan rezim Zionis. Karena dukungan tanpa syarat Amerika Serikat, terutama dari rakyat dan bukan hanya pemerintah, selalu menjadi salah satu pilar keberlangsungan strategis Israel. Kini pilar ini retak, dan apa yang kita saksikan hari ini adalah bentuk keruntuhan halus yang mendalam di benak dan perasaan pemuda Barat terhadap Israel.

Tidak seperti di masa lalu, kenyataan ini tidak bisa lagi disembunyikan oleh diplomasi media atau propaganda negara. Generasi baru dengan hati nurani yang terbangun, pikiran yang terinformasi, dan mata yang mencari kebenaran di reruntuhan Gaza telah memutuskan untuk tidak terlibat dalam kejahatan tersebut. Generasi ini tidak lagi mencintai Israel. Bukan karena prasangka, melainkan karena kesadaran. Bukan karena kegembiraan, melainkan melalui kontak langsung dengan kebenaran.

Dunia yang telah diteriakkan oleh para pemudanya tidak akan lagi seperti sebelumnya. Israel sedang kehilangan pijakan saat ini, tidak hanya di arena militer, tetapi juga di arena publik, dan mungkin kemerosotan bertahap dalam hati nurani manusia ini merupakan ancaman yang lebih serius daripada tantangan geopolitik lainnya.

Maka, sebagaimana media menciptakan narasi, kini media baru telah menulis ulangnya, dan kali ini, dengan lantang, kaum muda Amerika telah melangkah maju melewati masa lalu. Israel tak lagi dicintai di hati mereka. Karena kebenaran telah muncul dari balik debu propaganda.(sl)