Perang Ukraina; Dari Medan Perang ke Meja Perundingan
Perang Ukraina-Rusia tahun 1996 berakhir dengan ledakan kapal tanker minyak di Laut Hitam yang menjadi berita utama, serangan pesawat nirawak dan rudal yang menelan korban jiwa di Kiev dan Volgograd, serta infrastruktur energi kedua negara yang menjadi sasaran.
Tehran, Parstoday-Perang Ukraina-Rusia terus menjadi sorotan utama perkembangan internasional; sebuah peristiwa yang semakin berkembang setiap harinya dan telah menarik perhatian dunia.
Al Jazeera, perang tahun 1996 diiringi dengan respons militer Rusia terhadap Ukraina. Gubernur wilayah tersebut, Mykola Kalashnikov, mengumumkan pada hari Minggu bahwa satu orang tewas dan 11 lainnya, termasuk seorang anak, terluka dalam serangan pesawat nirawak Rusia di pinggiran Kiev, ibu kota Ukraina.
Kementerian Pertahanan Rusia, yang mengonfirmasi dimulainya serangan "meluas" ini, mengklaim bahwa serangan tersebut dilakukan terhadap fasilitas industri militer dan energi Ukraina sebagai respons atas apa yang disebutnya "serangan teroris."
Kementerian tersebut menyatakan telah menembak jatuh 158 pesawat nirawak Ukraina dan dua rudal jarak jauh, sementara kantor berita pemerintah Rusia, TASS, melaporkan bahwa serangan pesawat nirawak Ukraina telah melukai satu orang di wilayah Belgorod, Rusia, dan lima orang di wilayah Volgograd.
Sementara itu, laporan menunjukkan bahwa Zelensky telah berulang kali meminta dukungan untuk mengakhiri perang. Ia telah mengirimkan delegasi Ukraina ke Amerika Serikat, yang dipimpin oleh Sekretaris Dewan Keamanan negara itu, Rustam Umarov.
Kepresidenan Prancis juga menyatakan bahwa Zelensky dijadwalkan bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Paris pada hari Senin untuk membahas "syarat-syarat perdamaian yang adil dan abadi" dan rencana perdamaian AS setelah perundingan di Jenewa.
Di Eropa Tengah, jaksa penuntut Polandia telah mendakwa dua warga Ukraina dan tiga warga Belarus atas tuduhan bekerja sama dengan badan intelijen asing, di tengah meningkatnya ketegangan dengan Rusia. Kantor kejaksaan tidak menyebutkan negara mana yang terlibat, tetapi sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada tahun 2022, Warsawa telah berulang kali menuduh Moskow melakukan sabotase dan melancarkan "perang hibrida".
Di tengah ketegangan, perang juga merembet ke platform digital. Rusia mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka sedang mempertimbangkan untuk melarang layanan pesan WhatsApp, menuduhnya gagal mencegah kejahatan, dan mendesak puluhan juta penggunanya untuk beralih ke alternatif domestik.(PH)