Menimbang Motif AS Keluar dari Suriah
(last modified Mon, 24 Dec 2018 12:49:14 GMT )
Des 24, 2018 19:49 Asia/Jakarta
  • Pasukan AS di Suriah
    Pasukan AS di Suriah

James Mattis, Menteri Pertahanan AS yang mengundurkan diri di hari-hari terakhir kepemimpinannya di Pentagon menandatangani instruksi sandiwara penarikan pasukan Amerika dari Suriah.

Instruksi yang ditandatangani Mattis ini menentukan mekanisme dan jadwal pasti penarikan pasukan Amerika dari Suriah. Meski demikian tidak ada perincian operasi ini yang diberikan kepada media.

 

Militer Amerika Serikat dikirim ke Sruiah selama serangan kubu pemberontak dan teroris terhadap pemerintah Damaskus untuk mendukung kelompok anti Suriah. Selama beberapa tahun penempatan pasukan AS di Suriah, berbagai laporan yang menunjukkan dukungan militer dan logistik AS kepada pemberontak dan teroris termasuk teroris Daesh dan kelompok yang berafiliasi dengannya.

 

Meski demikian, koalisi Barat, Arab dan Israel anti Suriah yang memiliki dukungan luas politik ekonomi dan militer gagal menundukkan pasukan pemerintah Suriah dan sekutu regional serta transregionalnya. Mereka juga gagal membuat kelompok teroris berkuasa di Suriah.

James Mattis

 

Di sisi lain, intervensi nyata Amerika yang menguntungkan kubu pemberontak dan teroris telah menimbulkan pukulan telak politik dan kehormatan kepada negara ini. Selain itu, berlanjutnya anggaran militer besar-besaran pemerintah AS dan militeralisasi berulang mulai dari Afghanistan hingga Irak, Suriah, Libya dan Yaman telah memberikan tekanan berat kepada kas negara ini serta meningkatkan gelombang anti perang di kalangan warga Amerika.

 

Mengingat represi seperti ini, pada akhirnya Presiden AS Donald Trump terpaksa mengambil keputusan menarik pasukan negaranya dari Suriah. Diprediksikan kekalahan program Amerika di Afghanistan juga akan berujung pada penarikan seluruh atau sebagian militer Amerika dari Kabul.

 

Meski demikian sejumlah arus politik, tokoh dan bahkan sejumlah negara yang memandang berlanjutnya pendekatan dan intervensi AS selaras dengan kepentingannya, melontarkan kritikan pedas atas keputusan keluarnya AS dari Suriah. Kelompok ini berupaya mencitrakan penarikan pasukan AS dari Suriah sebagai ancaman bagi stabilitas kawasan dan peluang kembalinya kelompok teroris seperti Daesh.

 

Padahal militerasi Amerika ke kawasan tahun 1990 dengan dalih membebaskan Kuwait dan kemudian agresi ke Irak tahun 2003 untuk menumbangkan Saddam Hussein telah mengobarkan peran di Asia Barat dan memunculkan fenomena buruk seperti kelompok teroris Daesh.

 

Kini juga muncul keraguan atas tujuan dan niat sejati pemerintah AS menarik pasukannya dari Suriah. Sejumlah indikasi menunjukkan bahwa Trump mengubah kebijakan militernya di kawasan secara simbolik untuk menarik dukungan dalam negeri dan alangkah baiknya jika kelompok militan dapat melanjutkan strategi intervensifnya di seluruh penjuru dunia.

 

Oleh karena itu, menurut Leonid Slutsky, Ketua Komite Internasional Duma Rusia, kini tiba giliran Amerika untuk menunjukkan kebenaran ucapannya terkait penarikan diri dari Suriah. (MF)


 

 

Tags