Mengungkap Ketidakbenaran Laporan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia Soal Suriah
Sejak krisis Suriah pada 2011 dan kemudian perang saudara di negara itu, Barat selalu menuduh militer Suriah menggunakan senjata kimia di berbagai daerah di negara itu dan ini dijadikan dalih untuk mengambil segala tindakan anti-Suriah.
Satu kasus yang jelas adalah dugaan serangan dengan menggunakan senjata kimia di kota Duma di provinsi timur Suriah pada 8 April 2018. Media-media Barat, Arab dan Zionis dengan suara bulat menyebarkan berita bohong tentang serangan kimia dan sejak awal tanpa menunjukkan bukti, mereka memperkenalkan militer Suriah sebagai pelaku serangan itu.
Para teroris yang bermarkas di Ghouta Timur mengklaim bahwa tentara Suriah menargetkan kota Duma di daerah itu dengan senjata kimia. Setelah beberapa hari, Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) mengkonfirmasi keberadaan gas klorin di Duma, tetapi tidak ditemukan tanda-tanda saraf seperti yang diklaim teroris. Sementara poin penting adalah kelompok-kelompok teroris sendiri telah menggunakan gas klorin beberapa kali di berbagai bagian Suriah untuk serangan kimia dan Barat telah meluncurkan serangan udara dan rudal terhadap pangkalan dan instalasi Suriah dengan dalih masalah yang sama kepada militer Suriah.
Dalam kasus ini, klaim kosong OPCW menjadi alasan untuk menggelar serangan rudal terhadap 10 pusat militer dan penelitian Suriah oleh Amerika Serikat dan sekutu Eropa-nya, Inggris dan Perancis, pada 13 April 2018.
Lebih dari setahun setelah insiden itu, Ian Henderson, pakar Organisasi Pelarangan Senjata Kimia pada hari Sabtu, 18 Mei mengakui bahwa laporan resmi OPCW tentang serangan terhadap Kota Duma Suriah tidak sesuai dengan fakta. Dalam laporan Henderson disebutkan, berdasarkan percobaan dan kunjungan dari lokasi peristiwa di Duma, ada kemungkinan bahwa reservoir dan kapsul tidak dilempar dari langit dan diletakkan oleh orang-orang di tanah. Ini jelas menunjukkan bahwa teroris yang berbasis di Duma dalam tindakan yang telah diperhitungkan dan dengan tujuan menciptakan dalih untuk invasi Barat ke Suriah.
Ini adalah indikasi yang jelas dari pendekatan ganda Barat untuk masalah senjata kimia. Faktanya, Barat telah berulang kali tidak bereaksi terhadap laporan dari Rusia dan Suriah tentang terjadinya serangan kimia yang dilakukan kelompok teroris, tetapi dalam kasus-kasus di mana kelompok teroris yang sama mengklaim militer Suriah melakukan serangan kimia, Barat dengan cepat menanggapinya dengan serangan militer. Barat tidak memperhatikan penggunaan senjata kimia oleh kelompok-kelompok teroris terhadap orang-orang Suriah dan personil militer. Mereka selalu atau telah membantah serangan-serangan ini, atau telah melemparkan tuduhan serangan kimia ini dilakukan oleh militer Suriah.
Amerika Serikat sebagai lokomotif Barat, selalu berusaha menggunakan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia sebagai alat untuk memperburuk tekanan terhadap Rusia dan Suriah dan dalam tindakannya ini, negara-negara Barat lainnya mendukung tindakan AS. Menurut Alexander Shulgin, Wakil Tetap Rusia di Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), "Barat mengklaim bahwa Damaskus dan Moskow menggunakan senjata kimia dan ini adalah kebohongan dan alasan untuk menggunakan rudalnya di Suriah."
Barat telah berulang kali mengabaikan permintaan Rusia untuk melakukan penyelidikan penggunaan senjata kimia oleh kelompok-kelompok teroris di Suriah. Sementara bukti yang tak terbantahkan telah dirilis tentang ketersediaan bahan untuk pembuatan senjata kimia, seperti gas klorin, berasal dari Barat dan sekutu mereka untuk kelompok teroris di Suriah.