Ketika Trump Gagal Veto Bujet Militer 2021
(last modified Sat, 02 Jan 2021 13:10:24 GMT )
Jan 02, 2021 20:10 Asia/Jakarta
  • Donald Trump, presiden AS
    Donald Trump, presiden AS

Di pekan-pekan terakhir periode kepemimpinan Donald Trump, meski ada upaya dirinya untuk tetap bercokol di Gedung Putih serta belanjutnya berbagai kebijakannya, khususnya dengan menveto draf bujet militer 2021, namun kubu Republik di Kongres mulai menjahui dirinya.

Anggota Senat Amerika Jumat (1/1/2021) dan bersamaan dengan awal tahun baru 2021, membatalkan veto Trump terkait bujet pertahanan 740 miliar dolar. 81 senator menyetujui draf tersebut dan mengabaikan veto Trump serta hanya 13 senator yang menentangnya.

Mitch McConnell, ketua kubu mayoritas Republik di Senat seraya menyatakan dukungan atas peratifikasian bujet militer AS, menilai draf ini penting untuk kepentingan keamanan negara ini. Sebelumnya DPR juga dilaporkan setuju membatalkan veto Amerika terkait draf bujet pertahanan. Dengan demikian presiden kontroversial Amerika ini mengawali tahun baru dengan kegagalan besar.

Mitch McConnell

Langkah koordinasi dua majelis di Kongres Amerika membatalkan veto Trump dapat dicermati mengindikasikan sejumlah isu. Pertama, DPR yang dikuasi Demokrat dan Senat yang dikuasai Republik mencapai kesepakatan terkait isi umum draf bujet militer 2021 dan menilai tak tepat protes Trump.

Kedua, suara mayoritas kubu Republik di Senat terhadap draf anggaran militer 2021 menunjukkan bahwa mereka sudah tidak lagi ingin mengeluarkan biaya bagi Trump dan mendukung permintaannya di akhir-akhir kekuasaan presiden ini. Khususnya penerapan sejumlah perubahan besar yang diinginkan Trump di draf tersebut mendapat penentangan tegas dari kubu Demokrat dan menciptakan kebuntuan besar di bidang ini serta akan mempersulit pemerintahan baru Biden di awal kekuasaannya.

Isu yang lebih besar adalah kubu Republik yang berpengaruh khususnya Mitch McConnell, kini termasuk sosok yang menentang dukungan terhadap klaim pemilu Trump, gangguan terhadap sistem politik Amerika dan pengobaran tensi dalam negeri. Masalah ini semakin penting mengingat dua peristiwa yang bakan terjadi. Pertama penyelenggaraan pemilu di negara bagian Georgia untuk memilih dua senator pada 5 Januari, yang sangat penting baik bagi Demokrat maupun Republik, karena kemenangan kandidat Republik di negara bagian ini sama halnya dengan berlanjutnya mayoritas mereka di Senat, dan jika Demokrat yang menang, maka mayoritas akan berada di tangan kubu ini. Hal ini akan sangat penting bagi pemerintahan Joe Biden.

Peristiwa kedua adalah sidang Kongres pada 6 Januari yang dipimpin Mike Pence, wakil presiden dan ketua Senat membahas suara elektoral terkait pemenang final pemilu presiden 3 November 2020. Mengingat seruan Trump kepada pendukungnya untuk hadir di jalan-jalan Washington, kini ada ketakutan bahwa ia berencana mengobarkan kerusuhan di hari-hari mendatang.

Senat AS

Terlepas dari dukungan sekitar 140 anggota parlemen Republik dan sejumlah kecil senator Partai Republik untuk Trump, para pemimpin partai telah mengkritik tindakan anggota parlemen pro-Trump dan menyerukan diakhirinya ketegangan politik dan sosial serta transfer kekuasaan secara damai.

Ben Sasse, senator kubu Republik meminta anggota satu kubunya menghindari upaya mempersoalkan dan mempersulit hasil pemilu presiden di sidang 6 Januari mendatang. Sasse di cuitan Twitternya menulis, “Presiden dan pendukungnya tengah bermain api, jika kalian menggulirkan klaim besar, maka lebih baik kalian berikan alasan dan buktinya. Namun presiden ini tidak memiliki bukti, sejumlah anggota Kongres yang menentang hasil suara elektoral juga sama, tidak memiliki bukti.” (MF)

 

Tags