Pendudukan Gedung Kongres AS oleh Teroris Domestik
(last modified Sat, 09 Jan 2021 12:40:57 GMT )
Jan 09, 2021 19:40 Asia/Jakarta
  • pendukung Trump di Kongres
    pendukung Trump di Kongres

Penyerangan ke gedung Kongres Amerika Serikat pada 6 Januari 2021 oleh para pendukung ekstrem Donald Trump, yang digerakkan dan didukung langsung oleh Presiden petahana itu, kembali menunjukkan masalah akut terorisme dalam negeri Amerika.

Presiden terpilih Amerika, Joe Biden mereaksi insiden serangan dan pendudukan Capitol Hill pada Rabu (6/1/2021) oleh para pendukung Trump, dan menyebut mereka "teroris domestik". Biden juga menganggap aparat keamanan Amerika terlalu lemah dalam menangani aksi massa perusuh.

Statemen terbaru Joe Biden ini dianggap sangat penting yang di dalamnya terkandung pengakuan yang datang terlambat. Makna dari pernyataan Biden adalah ia menganggap Trump sebagai pemimpin gerakan terorisme domestik.

Tentu saja dalam pandangan Presiden terpilih Amerika, Donald Trump juga adalah seorang teroris, merujuk pada statemen tersebut. Padahal pada tahun 2001, Amerika dengan dalih melawan terorisme internasional, mengerahkan pasukan ke Asia Barat, dan membunuh ratusan ribu warga Afghanistan dan Irak.

Donald Trump sendiri yang menerapkan kebijakan ganda terhadap terorisme, dan baru-baru ini mendukung teroris domestik, melakukan upaya keras untuk menuduh gerakan-gerakan yang menuntut keadilan dan kebebasan sebagai teroris.

Contoh nyata dari sikap dan tuduhan Trump adalah Iran. Donald Trump berulangkali menyebut Iran sebagai pemerintahan terburuk pendukung terorisme di dunia. Pada 3 Januari 2020, dengan dalih "bahaya mendesak" terhadap pasukan Amerika di Irak, Trump mengeluarkan perintah teror terhadap Letjend Syahid Qasem Soleimani dan kawan-kawannya. Ini adalah bukti terorisme negara.

Namun sekarang pasca serangan dan pendudukan Capitol Hill oleh para pendukung Trump, pejabat senior Amerika termasuk Joe Biden mengakui maraknya terorisme domestik di negara itu dan sudah lepas kontrol.

demonstrasi anti-supremasi kulit putih

Akar terorisme domestik Amerika kembali ke beberapa dekade lalu, saat sejumlah kelompok demonstran di negara itu terlibat dalam beberapa aksi teror besar. Di antaranya yang terpenting adalah peledakan Gedung Federal Alfred P. Murrah di kota Oklahoma City pada tahun 1995.

Peledakan gedung perkantoran pemerintah Amerika yang menewaskan 168 orang itu merupakan serangan teror domestik terbesar kedua sepanjang sejarah Amerika. Pelakunya adalah Timothy McVeigh, veteran Perang Teluk, yang juga seorang anggota kelompok Kristen ekstrem, Ranting Daud.

Realitasnya para teroris domestik di Amerika kebanyakan merupakan milisi berpandangan konservatif ekstrem, sayap kanan dan pendukung supremasi kulit putih. Mereka juga pendukung kebijakan yang menambah wewenang pemerintah negara bagian sehingga kelompok rasis lebih leluasa bergerak.

Data resmi pemerintah Amerika menunjukkan serangan terhadap imigran dan minoritas etnis serta agama di masa pemerintahan Trump, oleh kelompok milisi sayap kanan ekstrem, mengalami peningkatan cukup tajam.

Menurut Pete Buttigieg, calon Menteri Transportasi pemerintahan Joe Biden, Amerika menjadi sasaran serangan teroris kulit putih rasis nasionalis yang didukung Donald Trump.

Saat ini para pendukung kebijakan Trump seperti kelompok neo-fasis sayap kanan ekstrem, dengan menyerang gedung Kongres Amerika, telah menciptakan sebuah peristiwa kelam dalam sejarah negara ini. Masalah yang kemudian menimbulkan kekhawatiran terkait meningkatnya bahaya terorisme domestik di Amerika.

Realitasnya garis kebijakan umum negara Amerika siapapun Presidennya tidak lepas dari terorisme dalam berbagai bentuknya mulai dari terorisme ekonomi hingga terorisme militer. Namun, terorisme yang biasanya dilancarkan Amerika di negara lain, kini marak di dalam negeri dalam bentuk terorisme domestik. Pertanyaannya, apakah ini pertanda keruntuhan, waktu yang akan membuktikannya kelak. (HS)

Tags