Dampak Kegagalan AS Gulingkan Maduro terhadap Polugri Uni Eropa di Venezuela
Kegagalan AS menggulingkan Presiden Venezuela Nicolas Maduro berdampak global, termasuk dinamika politik luar negeri (polugri) Uni Eropa yang mengumumkan menarik dukungannya terhadap Juan Guaido sebagai pemimpin oposisi Venezuela.
Selama kepresidenan Donald Trump, Amerika Serikat memfokuskan upayanya untuk menggulingkan pemerintahan sayap kiri Venezuela yang dipimpin Presiden Nicolas Maduro. Uni Eropa mengamini langkah Washington dengan memberikan dukungan terhadap pemimpin oposisi Venezuela, Juan Guaido sebagai poros kebijakan luar negerinya di Caracas.
Tidak hanya itu, Uni Eropa juga memberlakukan sanksi di berbagai bidang dari perdagangan, pembelian senjata, dan pejabat politik Venezuela.
Faktanya, Trump dan pejabat Eropa berharap Guaido dapat menggunakan dampak sanksi AS terhadap berbagai sektor ekonomi, medis, dan farmasi Venezuela untuk mendorong rakyatnya menggulingkan Maduro dan mengambil alih kekuasaan. AS dan Uni Eropa memanfaatkan penyebaran wabah Covid-19 untuk membenamkan pengaruhnya di Venezuela dengan melanjutkan sanksi berat AS terhadap Caracas yang berdampak negatif terhadap sektor medis dan kesehatan negara itu.
Presiden Venezuela, Nicolas Maduro mengkritik keras tindakan pemerintah Amerika Serikat dan Eropa, dengan mengatakan bahwa negara-negara Barat telah menutup akses Venezuela terhadap vaksin Corona dengan memblokir sumber keuangannya.
Penyelenggaraan pemilu membawa dinamika baru bagi Venezuela. Meskipun penyelenggaraan berbagai pemilu selama empat tahun terakhir telah menunjukkan bahwa Guaido tidak memiliki tempat di tengah rakyat negerinya, tapi pemilu parlemen 6 Desember 2020 menjadi batu ujian yang sulit sekaligus menentukan bagi kubu pemerintah maupun oposisi Venezuela. Kemenangan dalam pemilihan ini menunjukkan masa depan Guaido dan tingkat penerimaan publik terhadap dirinya, terutama karena Maduro telah mengumumkan akan mundur jika oposisi menang. Dalam pemilu penting ini, partai Maduro justru memenangkan mayoritas kursi di parlemen.
Pengamat politik, Gloria La Riva mengatakan, "AS berupaya menyangkal semua pencapaian baik di negara Amerika Latin ini dan seluruh energinya dicurahkan untuk menghasut oposisi dengan menentukan apa yang harus dilakukan oposisi dan kelompok sayap kanan sesuai instruksi Washington,".
Tapi kini, parlemen baru dibentuk dengan mayoritas suara mendukung Maduro. Fakta ini menyebabkan pendukung Guaido yang tidak puas dengan hasil pemilu, mundur dan berhati-hati dalam sikap mereka.
Pemilu AS dan kekalahan Donald Trump yang sangat ambisius dalam menggulingkan Maduro telah mengubah peta jalan global yang mendorong sekutu Trump di Eropa mempertimbangkan kembali kebijakan konfrontatifnya terhadap Venezuela.
Tampaknya, para pejabat Uni Eropa sedang mempertimbangkan kembali kebijakan anti-Venezuela untuk memulai era baru dalam hubungan politiknya dengan Caracas. Mundurnya Uni Eropa dari pengakuan terhadap Guaido sebagai presiden Venezuela bisa dilihat dari perspektif tersebut.(PH)