Taliban Minta AS Penuhi Perjanjian Doha
Taliban Afghanistan memperingatkan bahwa mereka tidak akan mentolerir kehadiran pasukan asing yang dipimpin Amerika Serikat di negara itu melebihi batas waktu Mei, yang sebelumnya ditetapkan untuk penarikan mereka dalam pernjanjian di Doha, ibu kota Qatar.
Peringatan itu dilontarkan Taliban tak lama setelah NATO baru-baru ini mengumumkan bahwa pasukan koalisi pimpinan AS akan tetap di Afghanistan dengan alasan Taliban gagal memenuhi kewajiban utamanya di bawah perjanjian bersejarah yang ditandatangani dengan Washington di Doha tahun lalu. Sebagai imbalan atas penarikan pasukan asing, Taliban berjanji untuk memutuskan hubungan dengan al-Qaeda dan mengurangi tingkat kekerasan.
Sebelum ini, pemerintahan Presiden AS Joe Biden mengumumkan bahwa mereka akan meninjau kesepakatan Doha, yang ditandatangani oleh pemerintahan Donald Trump dan Taliban pada Februari 2020.
Menanggapi pernyataan pemerintahan Biden, Taliban menghentikan pembicaraan dengan otoritas Afghanistan yang telah berlangsung di Doha sejak September 2020, dengan sedikit tanda kemajuan sebagai bagian dari perjanjian tersebut.
Sementara itu, pemerintah Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menyambut baik keputusan pemerintah baru AS untuk meninjau kembali perjanjian Doha dan prospek kehadiran pasukan asing dalam waktu lama di negaranya.
Pemerintah Afghanistan tidak dilibatkan dalam perundingan dan perjanjian di Doha. Tahun lalu, pemerintah Kabul telah membebaskan ribuan anggota Taliban yang ditangkap karena tekanan dari pemerintahan Trump. (RA)