Mengenang Shahla Riahi, Sutradara Perempuan Pertama Iran
Shahla Riahi, aktris teater, film dan televisi serta sutradara perempuan pertama Iran meninggal dunia di akhir tahun 2019 di usia 93 tahun. Di tulisan ini kami ingin mengenalkan kehidupan dan perannya untuk melibatkan perempuan di dunia perfileman.
Kamera pertama dan pertunjukan film pertama kalinya memasuki Iran pada tahun 1279 Hs atau 1901 Masehi di era Mozaffar ad-Din Shah dan Mirza Ebrahim Khan Akkas Bashi, fotografer pertama Iran.
Mozaffar ad-Din Shah bulan Farvardin 1279 Hs bertolak ke Eropa dari Tehran dan selama kunjungan ini, ia mengenal dunia sinema. Di catatan perjalanan Shah Qajar ini disebutkan bahwa Shah hari Ahad 17 Tir 1279 Hs bersama Ebrahim Khan Akkas Bashi menyaksikan Sinematografer. Peristiwa ini terjadi lima tahun setelah tersiarnya penemuan Lumière Bersaudara.
Film pertama berbahasa Persia adalah film Lor Girl yang diproduksi tahun 1934 dan disutradarai oleh Ardeshir Iran dan film berdurasi panjang pertama adalah Abi and Rabi yang diproduksi tahun 1931 garapan sutradara Ovanes Ohanian.
Partisipasi aktris perempuan Iran secara serius di film Haji Agha, the Cinema Actor dan sejak tahun 1311 Hs/ 1933 M. Di film ini seorang anak perempuan ingin menikah dengan seorang aktor. Haji Agha menentang sinema dan melarang pernikahan anak gadisnya. Menantu mendatang Haji Agha secara sembunyi-sembunyi mendokumentasikan Haji Agha dari gang dan jalan-jalan serta mengenalkannya dengan sinema.
Di era pemerintahan Reza Pahlevi, diktator Iran yang terguling, struktur sosial dan budaya nasional mengalami perubahan besar. Kelompok modernisme dan modernisme ekstrem berbarengan dengan pelaksanaan kebijakan kebebasan zahir perempuan dan kebijakan ini telah mengubah secara fundamental kehidupan sebagian besar perempuan di masyarakat. Perseteruan dengan keyakinan tradisional masyarakat termasuk perubahan terpenting yang dibawa oleh pemerintah dan media seperti televisi dan sinema.
Mayoritas produser dan sutradara Iran sebelum revolusi Islam dengan menampilkan aktris tua, modis dan tampak modern di luarnya, berusaha meningkatkan daya tarik penjualan film mereka. Perempuan di film-film sutradara ini tidak memiliki identitas khusus dan pemilihan aktris pun tidak terlalu memperhatikan ketrampilan mereka. Perempuan di sinema saat itu cenderung memainkan peran perempuan yang terkungkung di rumah atau hiasan di acara perayaan atau acara maksiat.
Namun, sinema Iran pada waktu itu juga melihat kehadiran seniman wanita berbakat yang, berlawanan dengan suasana publik, hanya mementingkan seni sinema dan berusaha untuk tidak mencemari seni dengan basis biasa dan halus. Shahla Riahi dengan "Marjan" dan Forough Farrokhzad, penyair kontemporer dengan " The House Is Black " dapat dianggap sutradara film wanita pertama Iran yang memiliki nama mereka dalam daftar.
Almarhum Shahla Riahi adalah salah satu dari sedikit yang berusaha mengubah pandangan publik dan kedaulatan perempuan pada saat itu dengan terlibat dalam berbagai bidang artistik seperti radio, teater, dan bioskop.
Kurang lebih perempuan telah hadir dan membuat film di semua periode sinema Iran. Film-film mereka telah dilihat sesekali dan telah menerima banyak penghargaan domestik dan internasional atau dikritik. Tetapi yang penting adalah bahwa pembuat film wanita tidak pernah muncul, dan meskipun lingkungan sinema di tahun-tahun sebelum revolusi itu terlalu patriarkal dan tidak sehat, mereka mengubah arus utama dan membuka pintu mereka.
Pada tahun-tahun setelah Revolusi Islam, sinematografer wanita Iran, dengan kehadiran mereka yang kuat di banyak bidang, mampu menunjukkan tampilan luar biasa dari kekuatan artistik dan kreativitas feminin serta pemahaman yang tinggi tentang kondisi masyarakat dan dunia. Faktanya, penting untuk dicatat bahwa sekarang, melalui kehadiran wanita seperti almarhum Shahla Riahi, wanita dalam seni ketujuh (sinema) negeri itu telah mencapai titik di mana dia dapat tampil di depan kamera bukannya seperti pembuat film sebelum Revolusi Islam. Melalui metode ini, penjualan film dapat meningkat.
Meskipun mereka adalah aktor dan aktris di depan kamera, wanita Iran di bioskop muncul sebagai seorang seniman, bukan sebagai boneka dan sebagai alat bagi pembuat film dan pembuat film untuk menjaga martabat seorang wanita Iran.
Jelas film-film sutradara wanita Iran tidak semuanya pada tingkat yang sama dan sejumlah film seperti When the Moon Was Full (شبی که ماه کامل شد), disutradarai oleh Narges Abyar, adalah tanda kedewasaan wanita di sinema Iran dan pencapaian seorang sutradara wanita dalam posisi yang diterima secara universal oleh para ahli. Film seperti ini menarik perhatian para kritikus dan memuaskan para penonton serta bersinar di ajang dunia.
Sementara itu, beberapa film masuk dalam kategori sedang hingga buruk. Tapi ini bukan kasus untuk film yang diarahkan wanita, dan kekuatan dan kelemahan pembuatan film di industri film adalah masalah di luar gender. Tetapi kemunculan sutradara dan pembuat film wanita di Iran dan statistik yang luar biasa dari sutradara wanita dalam produksi film dokumenter, pendek dan panjang, adalah bukti ruang yang diperlukan untuk kehadiran dan kilau wanita di sinema Iran. Dari para sutradara wanita ini, sekitar 20 adalah sutradara film profesional yang terus-menerus mengejar pembuatan film.
Tentu saja, kehadiran perempuan di bidang sinema tidak terbatas pada pembuatan film, dan di bidang lain, perempuan Iran juga memiliki kehadiran yang signifikan. Festival Film Dokumenter, misalnya, baru-baru ini digelar di Tehran, dan menurut statistik dari sekretariat festival, 84 sutradara wanita menyerahkan karya mereka, mewakili 27% saham, yang mencerminkan peran aktif sutradara wanita di film dokumenter dewasa ini di Iran.
Bertepatan dengan meninggalnya sutradara perempuan Iran, mari kita simak secara singkat kehidupan seniman ini. Shahla Riahi yang nama aslinya Ghodratzaman Vafadoost lahir di Tehran pada tahun 1305 Hs (1926). Di usia 17 tahun, atas dorongan dan petunjuk suaminya, Esmaeel Riahi, Shahla mulai berkecimpung di teater Tehran dan memainkan peran wanita utama di pentas seni " Politik Harun al-Rashid". Dengan karya ketiga dan keempatnya di dunia teater yang terbatas pada waktu itu, ia dianggap sebagai aktor yang populer. Dia kemudian mulai aktif di dunia radio dan selama 14 tahun aktif sebagai pemain dan sutradara di sandiwara radio.
Almarhum Shahla Riahi mulai merambah sinema profesional pada tahun 1330 Hs (1952), dan lima tahun kemudian, menyutradarai film pertamanya, "Marjan," menjadikannya sutradara wanita pertama di sinema Iran. Seniman perempuan Iran ini juga mendubbing filam Iran dan asing.
Shahla Riahi telah membintangi lebih dari 90 film sinema dan serial televisi serta puluhan teater. Di antara karya dan perannya adalah Del Shodegan, Golnar, Death of the Leopard, The Eagle's Eye, Escaping Hell - Farar Az Jahanam, A Gift from India, A Summer Midnight Dream, dan Children of Divorce. Penampilan terakhirnya di dunia perfilman adalah empat tahun lalu.
Terkait perasaannya bahwa ia tercatat sebagai sutradara perempuan pertama Iran, Shahla Riahi mengatakan,"Saya merasa harus meletakkan bersama seluruh pengalaman dan kemampuan saya sehingga kebenaran konten dapat disampaikan. Bahkan untuk memilih musik film, saya mendegarkan musik sedemikian rupa supaya hasilnya lebih baik."
Mendiang Riahi dan kehadiran profesionalnya di bidang akting menyebabkan banyak keluarga dan penggemar sinema dan aktris mengingatnya sebagai sosok yang baik, meskipun dia menentang sinema Iran pada periode pra-revolusioner, dan memiliki pandangan positif terhadap wanita di bidang ini.
Mayoritasnya Shahla Riahi di filmnya memainkan seorang ibu yang penyayang dan tidak pernah memainkan peran negatif. Terkait ini ia mengatakan, "Suami saya senantiasa berkata kepadaku, pilihlah peranmu dengan teliti, karena peran ini memiliki peran di benak masyarakat serta menjadi faktor popularitas dan kebencian terhadapmu di tengah masyarakat. Jika Saya diminta untuk memainkan peran negatif, Saya langsung menolaknya."
Shahla Riahi merupakan sutradara perempuan pertama Iran dan selama enam dekade kehidupannya ia aktif di bidang sinema, teater dan televisi. Di tahun-tahun terakhir usianya, ia mengidap Alzheimer dan ia akhirnya pensiun dari dunia seni.
Kecintaan kepada keluarga dan seni, dua kekhawatiran utama Riahi di kehidupannya. Ia tidak bersedia menjual kecintaan kepada keluarga dengan apapun. Bertepatan dengan meninggalkan Shahla Riahi, Asosiasi Sutradara Iran dalam pesan dukanya menulis "Shahla Riahi pergi, dan meninggalkan sinema Iran, namun yang Ia tinggalkan adalah optimisme kehidupan dan peran seorang ibu yang penyayang."