Lintasan Sejarah 5 Agustus 2021
Hari ini Kamis, 5 Agustus 2021 bertepatan dengan 25 Zulhijjah 1442 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran tanggal 14 Mordad 1400 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.
Surat Al-Insan Diturunkan Tentang Imam Ali dan Sayidah Fathimah
1432 tahun yang lalu, tanggal 25 Dzulhijjah 10 HQ, surat al-Insan diturunkan tentang Imam Ali dan Sayidah Fathimah as.
Imam Ali dan Sayidah Fathimah as bernazar untuk melakukan puasa selama tiga hari berturut-turut agar permohonan mereka dikabulkan oleh Allah Swt. Dalam pelaksanaan nazar itu, selama tiga hari berturut-turut datang seorang miskin, yatim dan tawanan ke rumah mereka meminta sesuap nasi.
Imam Ali dan Sayidah Fathimah as akhirnya memberikan makanannya kepada mereka dan berbuka puasa hanya dengan air. Ketika memberi mereka makan, Imam Ali dan Sayidah Fathimah as tidak berharap apapun dari manusia dan hanya menyerahkan balasan perbuatan mereka dari Allah semata.
Pada saat itu, tanggal 25 Dzulhijjah Allah mewahyukan kepada Nabi Muhammad Saw surat ad-Dahr atau yang juga dikenal dengan surat al-Insan dan sebab turunnya ayat ini mengisahkan perbuatan ikhlas yang dilakukan oleh Imam Ali dan Sayidah Fathimah as kepada tiga orang peminta itu.
Mozaffaruddin Shah Mengeluarkan Perintah Konstitusi
115 tahun yang lalu, tanggal 14 Mordad 1285 HS, Mozaffaruddin Shah mengeluarkan perintah Konstitusi dan mendirikan Majelis Dewan Nasional.
Ketika Mozaffaruddin Shah naik tahta, kerajaan begitu korup, kemiskinan dan ketidakadilan terlihat di mana-mana. Pada awalnya, kunci gerakan Revolusi Konsitusi bermula dari penghinaan terhadap ulama. Di sisi lain, penghinaan yang dilakukan oleh pegawai Bank Rusia terhadap kuburan umum dan jasad orang-orang yang sudah meninggal, sehingga rakyat menyerang bangunan Bank Rusia yang tengah dibangun dan merusaknya. Sementara perang antara Rusia dan Jepang menyebabkan harga gula batu membumbung tinggi. Dengan alasan ini, pemerintah menghukum mati dua orang pedagang penting di pasar Tehran. Akhirnya pasar diliburkan, rakyat dan ulama berkumpul. Masjid menjadi markas penting terbentuknya Revolusi Konstitusi.
Setelah terjadi pelbagai peristiwa, dimulailah gerakan rakyat yang mendapat petunjuk dari para ulama. Rakyat tetap melanjutkan upayanya. Salah satu tuntutan rakyat waktu itu adalah dibentuknya lembaga peradilan. Aksi mogok rakyat dan ulama di komplek makam suci Hazrat Abdul Azhim di kota Rey dan hijrahnya ulama ke Qom membuat rezim Shah perlahan-lahan mundur dari sikapnya sebelumnya.
Kebangkitan rakyat juga meluas hingga di Shiraz, Tabriz dan Isfahan. Hal ini membuat Mozaffaruddin Shah menjadi ketakutan. Akhirnya pada 14 Mordad 1285 HS (14 Jumadil Akhir 1324 HQ) ia mengeluarkan perintah Konstitusi dan mendirikan Majelis Dewan Nasional yang terdiri dari tokoh-tokoh nasional. Pemberian syarat kepada ulama, yang telah meninggalkan Iran berakhir dengan sambutan luas rakyat.
Sekalipun demikian, sejumlah orang, yang baik sadar maupun tidak, berlindung ke Kedutaan Besar Inggris meminta berlanjutnya imperialisme Barat di Iran. Mereka menuntut agar sistem Konstitusi yang akan dijalankan di Iran harus memakai undang-undang dan nilai-nilai Barat. Mereka tidak bersedia menjadikan Revolusi Konstitusi memakai tolok ukur hukum Islam dan ajaran Rasulullah Saw.
Bagaimanapun perjuangan rakyat Iran dan ulama di periode selanjutnya berhasil menciptakan sistem Konstitusi dan pendirian Majelis Dewan Nasional. Perjuangan ini berakhir mengakhiri monarki absolut dan kekuasaan despotik. Majelis pertama dibuka pada 18 Syaban 1324 HQ di istana Golestan yang turut dihadiri oleh Shah dan di akhir hayat Mozaffaruddin Shah, tepatnya 14 Dzulqadah 1324 HQ, UUD Iran dengan 51 pasal ditandatangani oleh Shah.
Allamah Sayid Arif Husain Husaini Gugur Syahid
33 tahun yang lalu, tanggal 5 Agustus 1988, Allamah Sayid Arif Husain Husaini, salah seorang ulama terkemuka dan pejuang Pakistan, gugur syahid akibat serangan teroris.
Arif Husaini dilahirkan dalam sebuah keluarga yang relijius dan beliau kemudian menuntut ilmu ke Irak. Di Irak, Arif Husaini sempat bertemu dengan Imam Khomeini yang tengah menjalani masa pengasingan dan ia banyak mengenal pemikiran-pemikiran revolusi Imam Khomeini.
Ketika Revolusi Islam di Iran mencapai puncaknya, Arif Husaini juga hadir di Iran dan bergabung bersama rakyat Iran untuk berjuang menggulingkan rezim Syah Pahlevi yang despotik. Akibatnya, Rezim Syah mengusir Arif Husaini kembali ke Pakistan.
Di tanah airnya, Arif Husaini aktif dalam penyebaran ajaran Islam, teruatama dalam upaya menciptakan persatuan di antara berbagai mazhab di Pakistan. Namun, perjuangannya terhenti karena dibunuh oleh teroris yang menginginkan terjadinya perselisihan terus-menerus di tengah kaum Muslimin Pakistan.