Jun 20, 2022 09:31 Asia/Jakarta
  • 20 Juni 2022
    20 Juni 2022

Hari ini Senin, 20 Juni 2022 bertepatan dengan 20 Dzulqadah 1443 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran tanggal 30 Khordad 1401 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.

Wafatnya Penyair Maroko, Abu Zayd Al-Qayrawani

987 tahun yang lalu, tanggal 20 Dzulqadah 456 HQ, Abu Zayd al-Qayrawani, penyair Maroko meninggal dunia pada usia 66 tahun.

Sejarah

Abu Muhammad Abdullah ibn Abi Zayd al-Qayrawani adalah seorang penyair, sastrawan dan kritikus Maroko yang lahir pada tahun 390 HQ. Abu Zayd al-Qayrawani sejak kecil telah mempelajari syair dan sastra serta ilmu-ilmu lainnya. Demi mempelajari lebih dalam kepada para ilmuwan besar, ia kemudian pindah ke kota Qayrawan yang terletak di selatan Tunisia yang pada masa itu menjadi pusat peradaban Islam di Afrika Utara dan Andalusia.
 
Setelah memperdalam kemampuannya di bawah bimbingan guru-guru hebat, Abu Zayd al-Qayrawani mampu meningkatkan kemampuannya di bidang puisi dan sastra. Syair-syair al-Qayrawani dari sisi makna, pujian, deskripsi dan gazal merupakan gambaran dari tahapan kehidupan sosial dan sastranya.
 
Di sisi lain, al-Qayrawani juga menciptakan metode baru di bidang kritik sastra. Sebelumnya, kritik sastra hanya sampai pada pengantar dan penjelasan, al-Qayrawani mengubah kritik sastra hingga menjadi satu mazhab pemikiran di bidang ini.
 
Abu Zayd al-Qayrawani banyak meninggal karya dalam bentuk manuskrip dan sebagian telah dicetak dan diterbitkan. Kebanyakan karya mengulas tentang jenis-jenis puisi dan para penyair Qayrawan.

Letjend TNI Anumerta R. Suprapto Lahir

102 tahun yang lalu, tanggal 20 Juni 1920, Letnan Jenderal TNI Anumerta R. Suprapto lahir di Purwokerto, Jawa Tengah.

Sejarah

Ia adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Ia merupakan salah satu korban dalam Gerakan 30 September. Pendidikan formalnya setelah tamat MULO (setingkat SLTP) adalah AMS (setingkat SMU) Bagian B di Yogyakarta yang diselesaikannya pada tahun 1941.

Di awal kemerdekaan, ia merupakan salah seorang yang turut serta berjuang dan berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Cilacap. Selepas itu, ia kemudian masuk menjadi anggota Tentara Keamanan Rakyat di Purwokerto. Itulah awal dirinya secara resmi masuk sebagai tentara, sebab sebelumnya walaupun ia ikut dalam perjuangan melawan tentara Jepang seperti di Cilacap, namun perjuangan itu hanyalah sebagai perjuangan rakyat yang dilakukan oleh rakyat Indonesia pada umumnya.

Selama di Tentara Keamanan Rakyat, ia mencatatkan sejarah dengan ikut menjadi salah satu yang turut dalam pertempuran di Ambarawa melawan tentara Inggris. Ketika itu, pasukannya dipimpin langsung oleh Panglima Besar Sudirman. Ia juga salah satu yang pernah menjadi ajudan dari Panglima Besar tersebut. Beliau wafat di Lubangbuaya, Jakarta, 1 Oktober 1965.

Kelompok Munafik Ledakan Makam Imam Ridha as

29 tahun yang lalu, tada sore hari 30 Khordad 1372 HS yang bertepatan dengan Asyura 1415 HQ terjadi ledakan dari dalam komplek makam suci Imam Ridha as, Mashad.

Makam suci Imam Ridha as di Mashad

Saat itu puncak dari acara peringatan Asyura di sana dan ledakan itu terjadi tepat di dekat kuburan beliau. Akibat ledakan itu, puluhan peziarah dan pecinta Imam Ridha as syahid dan cidera.

Pasca aksi anti kemanusiaan ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei dalam sebuah pesannya mengatakan, "Kelompok munafikin yang hatinya telah buta menunjukkan bahwa mereka tidak pernah menghormati kemuliaan dan kesuciaan Ahlul Bait.

Para musuh munafik yang hatinya sudah keras dengan kejahatan yang mereka lakukan ini menunjukkan bahwa mereka tidak pernah komitmen dengan nilai-nilai kemanusiaan. Permusuhan mereka dengan rakyat mukmin Iran tidak mengenal batasan dan teritorial.