Konsekuensi dari Kepresidenan Trump (1)
Meneliti konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang dari pemerintahan Trump dalam kebijakan dalam dan luar negeri Amerika adalah tujuan dari rangkaian program ini.
Meneliti konsekuensi ini, sambil menggambarkan dampak Trump pada intensifikasi perpecahan sosial dan politik dalam masyarakat Amerika, juga membuat perspektif penurunan hegemoni Amerika di dunia menjadi lebih jelas.
Di kesempatan pertama ini kami akan menyoroti strategi keamanan nasional Trump di tahun 2017.
Donald Trump memulai kampanye pemilu 2016 melawan Hillary Clinton dengan slogan "America First" dan "Make America Great Again" (Kembalikan Kejayaan Amerika) ". Tentu saja, sebelum dimulainya pemilihan presiden 2016, kedua kandidat telah melalui proses persaingan ketat di dalam partainya untuk dipilih sebagai calon final dari partainya masing-masing untuk pemilihan presiden. Pada saat yang sama, beberapa analis melihat masalah ini sebagai tanda norma politik baru yang akan membuat arena politik lebih bergejolak.
Ron Brownstein, pengamat politik di majalah bulanan Atlantic terkait hal ini di tahun 2016 menulis, "Meski kedua kandidat memiliki keunggulan (Demokrat dan Republik), Clinton dan Trump kemungkinan akan memiliki persaingan ketat dengan rivalnya hingga akhir. Persaingan ketat seperti ini mungkin menjadi indikasi sebuah norma politik baru. Sejak dekade 1980 hingga kini proses pemilihan kandidat kedua partai untuk pemilu presiden senantiasa diselesaikan dengan mudah, tapi persaingan tahun ini mengindikasikan perubahan struktural yang dapat membuat persaingan berlarut-larut dan lebih bergejolak. Persaingan internal partai antar kandidat belum pernah terjadi seperti ini. Dapat dikatakan bahwa persaingan pemilu internal partai saat ini berubah dari dua maraton menjadi olahraga triatlon." Hasil pemilu kontroversial antara Trump dan Clinton di tahun 2016 pada akhirnya berujung pada kemenangan Trump.
Selama kampanye pemilu, Trump sangat berhasil memobilisasi kaum marginal dan kelas pekerja kulit putih. Kelas ini memilih Trump sementara dia tampak berkomitmen pada beberapa pemikiran tradisional Amerika dalam pidatonya, terutama pemotongan pajak untuk orang kaya dan pemotongan layanan sosial. Pekerja kulit putih secara tradisional mendukung Partai Demokrat sampai Bill Clinton terpilih sebagai presiden Amerika Serikat dan secara tradisional memilih kandidat dari partai ini.
Trump terutama membahas dua masalah utama meningkatnya ketidaksetaraan, yang diarahkan pada kelas pekerja kulit putih, dan dominasi sistem politik Amerika oleh kelompok-kelompok kepentingan. Slogan-slogan ini efektif dalam menarik suara kelas pekerja kulit putih. Namun, pada akhir masa kepresidenan Trump, kelas ini tidak memiliki situasi yang sangat menguntungkan dibandingkan dengan 2016.
Meskipun Trump tidak menyampaikan rencana apa pun untuk menyelesaikan dua masalah "meningkatnya ketimpangan" dan "campur tangan kelompok berpengaruh dan pemerintah bayangan dalam sistem politik", tampaknya pemilih Amerika tidak di bawah pengaruh slogan populis tidak memperhatikan masalah ini. Pemilih bahkan tidak memperhatikan kontroversi media dan pemaparan kelemahan Trump di media tampaknya tidak berpengaruh pada suara mereka. Karena Donald Trump terpilih pada saat ketidakpercayaan masyarakat terhadap sistem politik dan media Amerika telah mencapai puncaknya.
Menggunakan situasi ini, Trump menunjukkan bahwa dia tampaknya tidak membutuhkan dukungan partai dan setiap kali seorang tokoh Republik berbicara menentangnya, dia bangga bahwa dia menentang sistem politik yang ada dan berada di jalur yang benar. Oleh karena itu, kampanye pemilihan Trump bertentangan dengan tradisi politik Amerika. Dia memenangkan pemilu 2016 dengan pendekatan populis dan meskipun ada klaim campur tangan Rusia dalam pemilu. Awal kepresidenan Trump pada tahun 2017 menyebabkan gejolak dalam kebijakan dalam dan luar negeri Amerika Serikat.
Setelah pemilihan presiden, pada Desember 2017, Trump merilis dokumen "Strategi Keamanan Nasional" pemerintahannya. Dokumen "Strategi Keamanan Nasional" adalah dokumen yang wajib diterbitkan oleh pemerintah AS setiap tahun. Dalam dokumen ini, kepentingan dan tujuan negara ini di tingkat internasional dijelaskan dan isu-isu yang penting bagi keamanan nasional Amerika Serikat dijelaskan. Dokumen ini, seperti dokumen lainnya, menunjukkan tujuan strategis pemerintahan negara ini saat ini. Dalam dokumen ini, Trump mempresentasikan pandangan strategisnya tentang isu-isu penting dalam dan luar negeri.
Judul, poin kunci dan tujuan strategis dari dokumen yang relatif panjang ini adalah: "Rakyat Amerika memilih saya untuk membuat Amerika hebat lagi. Saya telah berjanji bahwa pemerintahan saya akan mengutamakan keamanan, kepentingan, dan kesejahteraan warga Amerika. Dengan motto "America First", kami akan mengutamakan kepentingan politik luar negeri warga negara kami dan melindungi hak-hak kemerdekaan kami sebagai sebuah bangsa. Amerika sekali lagi akan memimpin dunia."
Trump mengakui dalam dokumen strategi keamanan nasional pemerintahannya: "Amerika menghadapi dunia yang berbahaya, penuh dengan berbagai ancaman yang telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Secara internal, kurangnya penegakan hukum imigrasi yang ketat telah membuat negara ini rentan. Kartel kriminal juga memperkenalkan narkoba dan bahaya mematikan bagi masyarakat. Praktik perdagangan yang tidak adil di tingkat internasional telah melemahkan ekonomi Amerika dan memindahkan pekerjaan ke luar negeri. Menurut Trump, pembagian biaya yang tidak adil dengan sekutu Amerika dalam organisasi dan koalisi internasional telah menyebabkan tekanan pajak pada warga negara dan juga memperkuat simpatisan negara ini, dan banyak orang Amerika telah kehilangan kepercayaan mereka pada pemerintah, harapan mereka untuk masa depan dan iman mereka. Mereka telah kehilangan nilai-nilai Amerika".
Trump percaya bahwa sekutu Amerika harus mengambil bagian yang lebih besar dalam pertahanan bersama. Dia mengumumkan bahwa Amerika tidak akan lagi mentolerir agresi ekonomi atau praktik perdagangan yang tidak adil dan akan mengontrol perbatasan melalui investasi yang belum pernah terjadi sebelumnya di sektor militer dan keamanan. Trump menekankan bahwa dia akan membangun hubungan perdagangan Amerika berdasarkan keadilan dan keuntungan bersama dan tidak akan menerima alasan apa pun untuk membela kepentingan negara.
Trump di tahun pertama pemerintahannya dan di dokumen keamanan stragis nasional pemerintahannya menggulirkan tujuan dalam empat pilar. Pertama, melindungi warga Amerika, tanah air dan gaya hidup Amerika. Pilar kedua menyebarkan kesejahtaraan Amerika dan menekankan, keamanan ekonomi adalah keamanan nasional. Pilar ketiga adalah menjaga perdamaian melalui kekuatan.
Sementara pilar keempat di tujuan dokumen strategi keamanan nasional pemerintahan Trump, ia secara transparan menyatakan, "Kami menghormati pengaruh Amerika di dunia dengan moto "America First" dalam kebijakan luar negeri dan mengevaluasinya sebagai kekuatan positif yang dapat membantu menentukan kondisi perdamaian, kemakmuran, dan pembangunan masyarakat. Kegagalan atau kemenangan tergantung pada tindakan kita."
Menurut Doktrin Trump, tujuan akhir Amerika adalah menjadikan negara ini unggul dalam segala bidang ekonomi, budaya, politik, sosial dan kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Ini adalah keadaan di mana kepresidenan Trump berakhir sementara penurunan negara ini telah meningkat di banyak bidang dan kesalahan sosial juga telah diaktifkan.
Faktanya adalah slogan America First sebagai tujuan utama pemerintah Trump dalam prakteknya memiliki arti bahra seluruh negara harus melayani tujuan pertama Amerika. Penerapan model ini dalam ekonomi global, politik luar negeri dan bidang lain seperti imigrasi menyebabkan terciptanya “diri” dan “orang lain”. Oleh karena itu, pada dasarnya pihak lain tidak memiliki tempat di pendekatan yang diumumkan Trump, kecuali mereka sekedar sebagai alat. Visi seperti ini yang terbentuk menurut teori nasionalisme konservatif membuat Amerika semakin terkucil di dunia internasional, tanpa menghasilkan capaian signifikan di dalam negeri.