Lintasan Sejarah 10 Agustus 2022
Hari ini Rabu, 10 Agustus 2022 bertepatan dengan 12 Muharam 1443 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran tanggal 19 Mordad 1401 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.
Tawanan Karbala Tiba di Kufah
1383 tahun yang lalu, tanggal 12 Muharam 61 HQ, setelah Imam Husein dan para pejuang Karbala gugur syahid, para anggota kafilah yang tersisa, yaitu kaum perempuan, anak-anak, dan Imam Ali Zainal Abidin, yang saat itu tengah sakit parah, digiring oleh pasukan Yazid ke kota Kufah.
Selain sebelumnya Ubaidillah bin Ziyad telah melakukan propaganda salah untuk menentang Imam Husein as dan para keturunannya, dan memperkenalkan beliau sebagai orang asing, kini ia juga mendorong rakyat Kufah untuk hadir dalam pesta perayaan kemenangan.
Rakyat Kufah yang gembira atas kemenangan ini berdatangan ke lorong-lorong dan pasar untuk melihat para tawanan. Namun tiba-tiba kegembiraan sebagian besar dari mereka yang memiliki sedikit cahaya keimanan di dalam kalbu berubah menjadi api kebencian dan kesedihan saat mendengar pidato Imam Sajjad as dan bibinya, Zainab Kubra as yang mencerahkan.
Selama berada di Kufah, kedua manusia agung ini bersama mereka yang tersisa dari tragedi Karbala, berada di antara rakyat sebagai tawanan perang dan berjalan di antara kepala-kepala syuhada Karbala yang ditancapkan di ujung-ujung tombak.
Perlahan-lahan, para penduduk Kufah mempertanyakan keturunan dan asal para tawanan ini. Mereka memasuki Darul Imarah dengan keraguan dan pertanyaan-pertanyaan yang senada hingga akhirnya mendapatkan jawabannya dalam pertemuan Ubaidullah bin Ziyad, penguasa bengis Kufah dan penyebab utama kesyahidan Imam Husein as.
Di depan kemarahan para tawanan dan penduduk, Ubaidillah bin Ziyad mengambil tongkat kayu seraya memukul kepala mulia Imam Husein as dan menyatakan bahwa kejadian ini merupakan kemenangan baginya di medan laga, dan terbunuhnya Imam Husein merupakan kehendak-Nya. Saat itulah ia mendapatkan jawaban yang mematikan dan sangat pedas dari Zainab as dan Imam Ali bin Imam Husain as yang menyebabkan kehinaan Yazid dan para keturunan Yazid.
Setelah sehari (atau beberapa hari, menurut sebuah riwayat) Ibnu Ziyad membawa kepala-kepala para syuhada untuk berkeliling di lorong-lorong dan tempat-tempat di Kufah, ia kemudian mengirimkan mereka ke Yazid bin Muawiyah di Syam. Setelah itu, menyerahkan para tawanan pada tanggung jawab Mukhaddhar bin Tsa'labah ‘Aidzi dan Syimr bin Dzil Jausyan untuk membawa mereka ke Syam. Ia memerintahkan supaya tubuh Zainal Abidin as diikat, kedua tangannya dikuncikan di leher, kemudian dinaikkan ke atas seekor unta yang tak berperlengkapan.
Tim Pemantau PBB Tiba di Iran
34 tahun yang lalu, tanggal 19 Mordad 1367 HS, pasukan penjaga perdamaian PBB memasuki Tehran dan Baghdad setelah Iran menerima resolusi Dewan Keamanan PBB no. 598.
Iran dan Irak melakukan gencatan senjata pada 29 Mordad 1367 Hs.
Kemudian, Dewan Keamanan PBB meratifikasi resolusi no.619 pada 18 Mordad 1367 Hs. Berdasarkan ketentuan ini, PBB mengirimkan pasukan penjaga perdamaian di perbatasan Iran dan Irak yang berjumlah sekitar 400 orang dari 25 negara dunia.
Salah satu alasan yang dijadikan dalih oleh rezim Baath untuk menyerang Iran mengenai sengketa perbatasan yang telah ditetapkan pada perjanjian Aljazair tahun 1975.
Dalam perang yang tidak seimbang selama delapan tahun, rezim Baath yang merasa terancam eksistensinya meminta bantuan AS dan sekutunya. Lalu, Dewan Keamanan PBB turun tangan menyerukan supaya Irak dan Irak melakukan gencatan senjata dan berdamai.
Imam Khomeini dengan mempertimbangkan kemaslahatan umat Islam dan konspirasi Barat terutama AS untuk menumbangkan Republik Islam dan menghancurkan rakyat Iran, setelah melakukan konsultasi dengan panglima tinggi militer dan pemerintah akhirnya bersedia menerima resolusi Dewan Keamanan PBB no.598.
Republik Islam Iran setelah mempertimbangkan isi resolusi terutama mengenai poin pembayaran ganti rugi akibat perang oleh Irak bersedia menerima resolusi tersebut. Namun meski secara resmi telah menandatangani perjanjian gencatan senjata pada Agustus 1988, namun tetap saja rezim Baath melanjutkan penyerangan terhadap Iran.
Pangeran Billah Jadi Putra Mahkota
24 tahun yang lalu, tanggal 10 Agustus 1998, Pangeran Billah ialah putra pertama sekaligus ahli waris Sultan Brunei.
Pangeran Billah putra Hassanal Bolkiah dan Ratu Saleha. Pangeran Billah lulus dari Magdalen College di Universitas Oxford pada 1997. Ia lulus dengan gelar dalam studi Islam. Di luar tugas resmi kerajaan, Pangeran Billah penggemar biliar dan snooker.
Pada 9 September 2004, di usia 30 tahun, ia menikahi Sarah Pengiran Salleh di Istana Nurul Iman di Bandar Seri Begawan. Sang mempelai wanita ketika itu masih berusia 17 tahun. Pernikahan mereka dirayakan dalam sebuah pesta besar-besaran. Pernikahan tersebut diperkirakan menghabiskan biaya US$5 juta. Sang ayah memerintah Brunei Darussalam sejak 5 Oktober 1967. Pada 10 Agustus 1998, Pangeran Billah resmi diangkat menjadi putra mahkota ayahnya.