Sep 26, 2022 10:34 Asia/Jakarta
  • 26 September 2022
    26 September 2022

Hari ini Senin, 26 September 2022 bertepatan dengan 29 Safar 1444 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran tanggal 4 Mehr 1401 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.

Mirza Abdul Qasim Farahani Meninggal Dunia

193 tahun yang lalu, tanggal 29 Shafar 1251 HQ, Mirza Abdul Qasim Qaim Maqam Farahani, seorang penulis dan politikus Iran periode Qajar, meninggal dunia akibat dibunuh.

Mirza Qaim Maqam Farahani merupakan putra mahkota Dinasti Qajar dan kemudian diangkat menjadi penasehat Shah Muhammad. Ia banyak melakukan reformasi dalam berbagai bidang di Iran. Namun, para lawan politiknya dan imperialis asing melihat bahwa kebijakan yang diambil Farahani membahayakan kepentingan ilegal mereka, sehingga mereka merencanakan pembunuhan atas Farahani.  

Farahani banyak meninggalkan karya penulisan, di antaranya berjudul "Mansha`at", "Jalayer Nameh" dan "Kumpulan Syair".

Mirza Tehrani Meninggal Dunia

88 tahun yang lalu, tanggal 4 Mehr 1313 HS, Haji Mirza Abdulkareem Raushan Tehrani, seorang ulama dan ahli sufi Iran, meninggal dunia.

Image Caption

Haji Mirza Abdulkareem Raushan Tehrani dilahirkan di kota Tehran pada tahun 1262. Ketertarikan dan keingintahuannya yang mendalam di bidang irfan atau sufistik dan filsafat membawanya untuk mempelajari ilmu-ilmu Islam.

Mirza Tehrani menuntut ilmu dari ulama-ulama terkemuka di zamannya sampai ia sendiri pun akhirnya menjadi ulama terkemuka. Haji Mirza Abdulkareem Raushan Tehrani selama beberapa waktu pernah mengajar di fakultas Teologi Universitas Teheran.

Kudeta Militer di Yaman Utara
 
60 tahun yang lalu, tanggal 26 September 1962, sistem pemerintahan kerajaan di Yaman Utara yang dipimpin oleh sultan-sultan bergelar imam, dibubarkan.

Pada hari itu, Kolonel Abdullah Salal melakukan kudeta militer dan mendirikan pemerintahan baru berbentuk republik. Imam Muhamad Badr yang merupakan raja terakhir Yaman Utara, kemudian melakukan perlawanan untuk merebut kembali kekuasaannya. Saat itu, Badr mendapatkan dukungan Raja Arab Saudi. Sementara itu, Kolonel Salal mendapatkan bantuan militer dari pemerintahan Mesir yang dipimpin oleh Gamal Abdul Naser.
 
Maka, terjadilah pertempuran bersenjata selama empat tahun antara kedua belah pihak. Setelah itu, kedua belah pihak melakukan gencatan senjata. Sedangkan Raja Feishal dan Abdul Naser juga sepakat untuk menarik pasukan masing-masing dari Yaman setelah kedua negara itu terlibat dalam perang enam hari melawan Israel.