Lintasan Sejarah 19 Juli 2023
Hari ini, Rabu 19 Juli 2023 bertepatan dengan 1 Muharam 1444 H dan menurut kalender nasional Iran adalah tanggal 28 Tir 1402 HS. Berikut ini adalah sejumlah peristiwa bersejarah yang terjadi pada hari ini.
1 Muharram, Awal Tahun Baru Hijriah Qamariah
Tanggal 1 Muharam diperingati sebagai awal tahun baru Hijriah Qamariah.
Penanggalan Hijriah Qamariah dilakukan berdasarkan perputaran bulan mengelilingi bumi dan digunakan oleh umat Islam di banyak negara Islam sebagai tanggalan Islam. Sesuai dengan penanggalan ini, umat Islam menentukan kewajiban Islamnya seperti berpuasa, haji dan bulan-bulan haram.
Kalender Hijriah Qamariah disusun dan ditetapkan di masa kekhalifahan Umar bin Khatthab lewat rekomendasi Ali bin Abi Thalib as dengan menjadikan hijrah Nabi Saw sebagai awal penanggalan.
Sebelum kalender Masehi resmi digunakan di banyak negara-negara Islam dan begitupula penggunaan Hijriah Syamsiah di Iran dan Afghanistan, penanggalan Hijriah Qamariah menjadi penanggalan resmi di negara-negara Islam. Bahkan pelbagai peristiwa yang terjadi dicatat dengan penanggalan Hijriah Qamariah.
Awal penanggalan Hijriah Qamariah sama dengan Hijriah Syamsiah ditetapkan sesuai dengan hijrah Nabi Saw dari Mekah ke Madinah pada 622 Masehi. Awal hijrah Nabi Saw dari Mekah pada hari Senin, 1 Rabiul Awal yang bertepatan dengan 16 September 622. Sementara Nabi Saw tiba di Madinah pada 8 Rabiul Awal di tahun yang sama.
Penanggalan pertama Hijriah Qamarian jatuh pada hari Jumat, 1 Muharram tahun pertama Hijriah Qamariah yang bertepatan dengan tanggal 19 Juli 622.
Ayatullah Muhammad Husein Kasyif Al-Ghita Wafat
Tanggal 28 Tir 1334 HS, Ayatullah Mohammad Hossein Kasyif al-Ghita meninggal dunia di usia 77 tahun dan dikebumikan di Najaf al-Asyraf, Irak.
Ayatullah Muhammad Husein Kasyif al-Ghita lahir dari keluarga ulama sekitar 1255 HS di kota Najaf, Irak. Di masa remaja, beliau mempelajari tingkat dasar ilmu-ilmu agama dan setelah itu belajar pada guru-guru besar seperti Akhond Khorasani, Sayid Mohammad Kazem Yazdi dan Mirza Hossein Nouri. Beliau dengan cepat melalui semua tingkat keilmuan dan pasca wafatnya Allamah Yazdi, beliau menjadi marji yang ditaklidi banyak Muslimin.
Ayatullah Kasyif al-Ghita sepanjang hidupnya mendidik para pelajar agama. Selain itu, demi menyebarkan ajaran Islam, beliau juga mengunjungi negara-negara Islam dan berpidato di universitas dan pusati ilmu Mesir, Iran dan Palestina. Beliau termasuk ulama yang mewajibkan partisipasi ulama dan rakyat dalam urusan politik dan sangat memperhatikan masalah yang ada hubungannya dengan pemerintahan. Itulah mengapa beliau punya peran penting dalam gerakan-gerakan nasional Irak. Dengan dimulainya Perang Dua I, beliau pro aktif dalam gerakan perjuangan rakyat Irak melawan penjajah Inggris.
Sekalipun Ayatullah Kasyif al-Ghita memiliki banyak aktivitas sosial dan politik, tapi beliau tidak lupa menuliskan pikiran-pikirannya. Beliau menulis Tahrir al-Majallah dalam 5 jilid, al-Murajat al-Raihaniyah dalam 2 jilid, catatan pinggir Ain al-Hayat dan al-Siasah al-Huseiniah.
Gerakan Sandinista Menang
Tanggal 19 Juli 1979, perlawanan rakyat Nikaragua yang dipimpin oleh gerakan Sandinista, berhasil mencapai kemenangan dengan tergulingnya pemerintahan Anastasio Somoza Debayle.
Sebelumnya, Presiden Nikaragua adalah Jenderal Anastasio Somoza yang tewas tertembak tahun 1956. Ia digantikan oleh anaknya, Luis Somoza.
Pada tahun 1967, Luis Somoza digantikan oleh adiknya, Anastasio Somoza Debayle yang mendapat dukungan dari AS. Ketidakpuasan yang timbul di tengah-tengah rakyat memicu gerakan perlawanan dan kelompok gerilyawan Sandinista yang berhaluan kiri merupakan kelompok yang berjuang di garis depan dalam usaha penggulingan kekuasaan Somoza. Dalam gerakan perlawanan rakyat ini, 40.000 orang tewas dan lebih dari 200.000 lainnya kehilangan tempat tinggal.
Setelah kemenangan Sandinista, AS mengorganisasi gerakan anti-Sandinista atau gerakan Contra, yang dananya diambil dari penjualan senjata AS kepada Iran, sehingga memunculkan skandal besar dalam dunia politik AS yang disebut sebagai "Skandal Iran-Contra".