May 13, 2017 10:05 Asia/Jakarta

Pemimpin besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar pada tanggal 7 Mei 2017 bertepatan dengan peringatan Hari Guru, bertemu dengan ribuan guru Iran. Beliau dalam pertemuan itu mengenang Syahid Mothahari dan menyebut para guru sebagai lapisan masyarakat yang mulia, dicintai dan berpengaruh.

Rahbar menekankan peran guru dalam memberikan pendidikan yang benar kepada generasi masa depan. Beliau juga menyinggung masalah pemilu presiden Iran dan menjelaskan soal agenda pendidikan global UNESCO atau Global Education 2030 yang ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja Pendidikan 2030/Education 2030 Framework for Action (FFA).

Tanggal 12 Ordibehesht, tahun ini bertepatan dengan tanggal 2 Mei, hari gugurnya Syahid Mothahari, di Iran setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Guru. Syahid Mothahari adalah salah satu pengajar Iran terkemuka yang sangat mencintai dunia pendidikan dan dikenal sebagai tokoh pendidikan ternama di Iran. Ceramah-ceramah, kelas dan buku-buku Syahid Mothahari, berperan penting dalam menjelaskan Islam hakiki dan mendidik generasi muda Muslim Iran yang revolusioner.

Setahun pasca kemenangan Revolusi Islam Iran, tepat di saat kebangkitan rakyat dan Islam tengah berkembang dan tunas mudanya mulai tumbuh, kelompok-kelompok teroris anti-revolusi dengan dukungan Barat, melancarkan aksi-aksi teror di Iran. Aksi teror luas itu dilakukan untuk meruntuhkan pilar-pilar intelektual kebangkitan rakyat dan menurunkan bendera Republik Islam yang baru saja dikibarkan. Teror terhadap Syahid Mothahari di awal-awal kemenangan Revolusi Islam juga dilakukan untuk tujuan ini. Meski Iran telah kehilangan seorang pemikir besar dan guru agung, namun tetap melanjutkan jalannya. Seorang intelektual Islam yang meninggalkan banyak karya ilmiah dan meskipun telah berlalu 38 tahun tetap menarik minat para pemuda pencari kebenaran. Rakyat Iran pun selalu memperingati hari gugurnya guru bangsa negaranya itu.  

Ayatullah Khamenei mengatakan, Syahid Mothahari adalah guru yang sebenar-benarnya. Baik dalam lisan, perbuatan, kehidupan sehari-hari dan caranya menyikapi zaman dan masyarakatnya, ia adalah seorang pengajar dan guru yang sebenar-benarnya. Musuh-musuh umat manusia, musuh negara dan musuh Islam, mengambilnya dari kita, akan tetapi Alhamdulillah, karya-karyanya tetap ada. Menurut Rahbar karya-karya Syahid Mothahari mencakup ajaran-ajaran Islam yang benar dan kokoh, dan ia menganjurkan agar semua mempelajari karya-karya tersebut.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran terkait pentingnya pendidikan dan kedudukan guru menuturkan, urgensitas guru tampak jelas karena seluruh warga berpendidikan di negara ini berhutang budi kepada para guru. Lapisan masyarakat ini memiliki kedudukan tinggi semacam itu. Rahbar juga menegaskan, kekuatan, kredibilitas dan kehormatan sebuah negara, lebih dari apapun bergantung pada sumber daya manusia. Menurutnya, gurulah yang mengaktualkan sumber daya manusia dan mendidiknya. Ayatullah Khamenei juga menekankan bahwa tugas pendidikan dan pengajaran bukan semata-mata tugas di sebuah departemen, tapi sebuah martabat, kedudukan dan kehormatan  

Ayatullah Khamenei menekankan peran penting seorang guru dalam mendidik murid-muridnya dan menjelaskan, setiap guru sekalipun mengajar mata pelajaran seperti matematika, fisika dan yang lainnya, pada saat yang sama ia adalah seorang pengajar akhlak. Perkataan dan perilakunya terkadang, melampaui sebuah buku, berpengaruh besar dalam benak para muridnya. Guru berakhlak mulia, sabar, religius dan berpengetahuan luas, mentransfer seluruh keutamaan itu kepada semua murid dengan perilakunya, walau hanya satu kata, inilah peran seorang guru. Oleh karena itu perekrutan guru harus dilakukan dengan sangat hati-hati.

Rahbar menambahkan, pendidikan dan pengajaran adalah infrastruktur asli ilmu pengetahuan dan riset di negara ini. Jika pendidikan dan pengajaran dibarengi dengan kebijakan dan perencanaan yang benar, maka akan bergerak di jalur yang benar, infrastruktur ini dari hari ke hari akan semakin baik dan kuat, negara akan mandiri di bidang ilmu pengetahuan dan riset yang merupakan kebutuhan utama dan mendasar kita.  

Sehubungan dengan kedudukan tinggi guru di tengah masyarakat, Rahbar menjelaskan, tanggung jawab pendidikan dan pengajaran adalah mendidik sebuah generasi masa depan, dan harus mampu mendidik sebuah generasi beriman, loyal, bertanggung jawab, percaya diri, inovatif, jujur, berani, sederhana, intelektual, pemikir, mampu menggunakan pemikirannya dengan baik, cinta negara, cinta pemerintah, cinta rakyat, sebuah generasi yang mencintai negaranya, meyakini bahwa kebaikan negaranya adalah kebaikan bagi dirinya sendiri, dan membelanya. Sebuah generasi yang kuat, kokoh, bertekad baja, cerdik, pelopor, aktif, generasi semacam ini penting. Inilah tugas pendidikan dan pengajaran.

Rahbar menilai "orientasi pada universitas" sebagai salah satu masalah pendidikan dan pengajaran Iran. Menurutnya, di Iran kita punya banyak kebutuhan yang harus dipenuhi segera, perlu dan penting, yang tidak memerlukan pendidikan universitas dan ijasah tinggi, tapi keterampilan. Oleh karena itu kami menekankan upaya penguatan sekolah-sekolah kejuruan. Rahbar mengatakan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan merupakan sebuah kebutuhan darurat bagi negara.

Namun, katanya, ini bukan berarti bahwa setiap orang masuk sekolah agar bisa melanjutkan ke universitas dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Terdapat banyak lapangan pekerjaan penting lainnya di bidang seni dan industri. Bekerja di bidang itu selain bisa menambah pendapatan negara dan memenuhi kebutuhan dalam negeri, juga memberikan semangat dan gariah yang cukup kepada para pemuda. Ayatullah Khamenei juga menekankan pentingnya implementasi kebijakan perubahan mendasar di bidang pendidikan dan pengajaran, dan meminta pejabat terkait untuk merealisasikan kebijakan tersebut secepat mungkin dan mengubah kondisi yang ada sekarang.

Di bagian lain pidatonya Ayatullah Khamenei menggarisbawahi agenda pendidikan global UNESCO atau Global Education 2030 dan menyampaikan protes keras atas penandatanganan dokumen ini oleh pemerintah Iran. Ia menegaskan, dengan alasan apa sebuah lembaga internasional, yang pasti berada di bawah pengaruh kekuatan-kekuatan besar dunia, memiliki hak untuk menetapkan tugas bagi negara-negara dunia, bagi bangsa berbeda, dengan berbagai peradabannya, dengan latar belakang sejarahnya dan dengan budayanya yang berbeda-beda, bahwa anda harus melakukannya seperti ini, jelas prinsip kerjanya sudah salah.

Rahbar melanjutkan, seandainya kalian (pemerintah Iran) tidak bisa menentang prinsip kerjanya, minimal berdiri dan katakanlah bahwa Republik Islam Iran punya program pendidikan, pengajaran, akhlak, gaya hidup sendiri dan tidak butuh agenda ini. Menurutnya, di Iran, yang dijadikan sumber adalah Al Quran dan Islam. Bukan tempatnya disini, gaya hidup Barat yang cacat, destruktif dan rusak dapat dipaksakan untuk diterapkan.

Agenda pendidikan Global Education 2030, UNESCO adalah bagian dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SGDs) keempat PBB. Agenda itu bertujuan menyebarluaskan pendidikan dan memberantas buta huruf, dan pada kenyataannya juga mencakup bidang-bidang yang terkait dengan lapangan pekerjaan dan pengembangan keahlian, pendidikan kejuruan, pendidikan tinggi, pendidikan kesehatan dan kebersihan, pendidikan sosial dan kewarganegaraan.

Program ini sekalipun beberapa muatannya penting seperti hak mendapat pendidikan bagi semua, namun hasil dari tujuan itu adalah perubahan keyakinan masyarakat dan mengkoordinasikan generasi mendatang dengan kebijakan-kebijakan kekuatan kapitalis di bawah ide tatanan dunia baru. Global Education 2030 pada hakikatnya didesain berdasarkan sebuah gaya hidup Barat dan mengajak semua orang kepada sebuah koordinasi global dengan poros Amerika Serikat.

Sebagai contoh, berdasarkan agenda UNESCO tersebut sebagian pelajaran terkait agama dan budaya nasional harus dihapus dari buku-buku pelajaran dan sebagai penggantinya diajarkan konten-konten pelajaran yang sesuai dengan budaya Barat. Menurut Pasal 125 Undang-undang Dasar Iran yang mengatur penandatangan kontrak dan perjanjian internasional, segala bentuk perjanjian dengan negara di tingkat internasional, membutuhkan persetujuan Majelis Syura Islam Iran (parlemen), akan tetapi sungguh disesalkan, sejumlah pejabat pemerintah, tanpa melalui jalur konstitusi, menandatangani Global Education 2030 UNESCO ini dan melaksanakannya.

Oleh karena itu, Rahbar dalam pertemuan terbarunya, memprotes keras pelanggaran hukum dalam penandatanganan perjanjian ini dan karena muatannya melawan budaya nasional, bergabungnya Iran dalam agenda ini, dianggap tidak mungkin. Rahbar juga menyinggung masalah pemilu presiden di Iran dan pentingnya pilpres di negara ini. Ia menegaskan, partisipasi rakyat untuk menjaga negara dan kepentingan bangsa, merupakan hal yang urgen. Menurutnya, kekuatan Republik Islam di mata musuh disebabkan partisipasi luas rakyat di seluruh arena, dan setiap pemerintahan tidak berperan menciptakan kekuatan ini.

Ayatullah Khamenei menjelaskan, kita adalah sebuah bangsa dengan jumlah penduduk 80 juta jiwa, sebuah negara besar, dengan rakyat yang sadar dan waspada, dengan sumber daya manusia yang kuat, dengan seluruh pemudanya, inilah yang menciptakan keagungan Republik Islam Iran di mata musuh. Jika kalian ingin keagungan, perasaan dan imunitas ini tetap terjaga untuk kita, maka berpartisipasilah dalam pemilu. Hadir dalam pemilu, berarti menjaga kekuatan dan imunitas negara.

Rahbar menegaskan, perbedaan pendapat dan selera dalam pemilu, bukan masalah, yang penting adalah semua hadir dan menunjukkan bahwa mereka siap membela Islam, pemerintahan Islam, Republik Islam, demi imunitas negara ini. Ketahuilah, jika tekad ini, atas pertolongan Allah Swt, tetap ada di tengah masyarakat kita dengan level kekuatannya sekarang, maka musuh sampai kapanpun tidak akan pernah bisa mengganggu negara kita.

Tags