Jul 09, 2017 08:01 Asia/Jakarta

Hari ini, Ahad tanggal 9 Juli 2017 yang bertepatan dengan penanggalan Islam 14 Syawal 1438 Hijriah Qamariah. Sementara menurut kalender nasional Iran, hari ini tanggal 18 Tir 1396 Hijriah Syamsiah. Berikut ini peristiwa bersejarah yang terjadi di hari ini di tahun-tahun yang lampau.

Quthbuddin Rawandi Meninggal Dunia

865 tahun yang lalu, tanggal 14 Syawal 573 HQ, Quthbuddin Rawandi, seorang ahli hadis, teolog, dan ahli tafsir besar muslim abad ke-6 Hijriah, meninggal dunia.

Quthbuddin Rawandi selama bertahun-tahun menuntut ilmu dari ulama-ulama besar di zamannya, hingga kemudian mencapai derajat tinggi di bidang keilmuan.

Qutbuddin Rawandi meninggalkan sekitar 80 jilid karya penulisan, di antaranya berjudul "Tafsir al-Quran", "Risalatul Fuqaha", dan "Asbabun Nuzul."

Argentina Merdeka

201 tahun yang lalu, tanggal 9 Juli 1816, Argentina meraih kemerdekannya.

Kaum Eropa pertama yang datang ke wilayah Argentina adalah Juan Diaz de Solis dari Spanyol tahun 1516, dan sejak itu, dimulailah migrasi besar-besaran bangsa Spanyol ke Argentina. Argentina pun kemudian dijadikan daerah koloni Spanyol. Sementara itu, penduduk asili Argentina, bangsa Indian Pampas, pada abad ke 19, hampir punah dan sisanya hidup tersingkir.

Sejak awal abad ke-19, para imigran Spanyol yang menjadi warga Argentina memuali gerakan revolusioner untuk mendirikan pemerintahan sendiri yang terpisah dari Spanyol. Sementara itu, Spanyol saat itu tengah berperang dengan Inggris dan mulai melemah, sehingga Buenos Aires, ibu kota Argentina, sempat diduduki oleh Inggris. Namun akhirnya, atas perlawanan keras rakyat Argentina, negara ini akhirnya berhasil meraih kemerdekaan.

Perang Arab-Zionis Kembali Meletus

69 tahun yang lalu, tanggal 9 Juli 1948, setelah satu bulan gencatan senjata, perang antara Arab dan Zionis kembali meletus.

Perang ini diawali dengan didirikannya negara Israel dan rezim Zionis pada bulan Mei tahun 1948 di atas tanah air milik bangsa Palestina. Atas perintah Dewan Keamanan PBB, diadakan gencatan senjata dan dalam waktu satu bulan, rezim Zionis berhasil mengumpulkan persenjataan yang banyak dari negara-negara Barat, terutama AS. Rezim Zionis kemudian memulai kembali perang dan setelah meraih kemenangan besar, rezim ini bersedia menghentikan perang.

Pada bulan Januari tahun 1949, perjanjian penghentian perang ditandatangani dan pada saat itu 78 peren tanah Palestina dikuasai oleh rezim Zionis dan 750.000 rakyat Palestina terusir dari tanah mereka dan menjadi pengungsi.

Ghasan Kanani Diteror Mossad

45 tahun yang lalu, tanggal 9 Juli 1972, Ghasan Kanani, seorang penulis perjaung kebebasan Palestina beserta keponakannya, tewas akibat teror agen rahasia Israel, Mossad.

Kanani merupakan salah seorang pejabat kelompok sosialis untuk pembebasan Palestina. Ia tewas karena mobilnya meledak di Beirut akibat bom yang diletakkan oleh agen Mossad.

Enam belas hari kemudian, sekretaris Kanani, Basam Abu Syarif, juga terkena ledakan bom dan terluka parah. Pembunuhan atas tokoh-tokoh pejuang Palestina yang berada di luar negeri merupakan salah satu metode yang dilakukan rezim Zionis dalam upaya untuk menekan perlawanan bangsa Palestina.

Sayid Kazem Akhavan Marashi Wafat

15 tahun yang lalu, tanggal 18 Tir 1381 HS, Ayatullah Sayid Kazem Akhavan Marashi meninggal dunia di usia 83 tahun dan dikebumikan di komplek makam suci Imam Ridha as di Mashad.

Ayatullah Sayid Kazem Akhavan Marashi lahir dari keluarga ulama pada 1298 HS di kota Najaf, Irak. Beliau telah kehilangan ayahnya sejak usia lima tahun. Tapi peristiwa ini tidak mengurangi sedikitpun semangatnya untuk menuntut ilmu-ilmu agama. Ketika berusia 13 tahun, beliau pergi ke Qom, Iran demi melanjutkan pelajaran hauzahnya. Selama 17 tahun tinggal dan menuntut ilmu di Qom, pada usia 32 tahun beliau kembali ke kota Najaf. Sekembalinya di sana, Ayatullah Sayid Kazem Akhavan Marashi belajar kepada ayatullah Sayid Abdul Hadi Shirazi dan beliau sendiri mulai mengajar untuk tingkatan menengah.

Ayatullah Sayid Kazem Akhavan Marashi tinggal selama 22 tahun di Irak dan pada 1350 HS, beliau kembali ke Iran. Hanya dua tahun beliau tinggal di Qom dan setelah itu memilih tinggal di Mashad. Di sana beliau menyibukkan diri dengan menulis, mengajar, mengeluarkan fatwa dan menjadi imam shalat jamaah.

Ketika kebangkitan Islam di Iran mencapai puncaknya, ayatullah Sayid Kazem Akhavan memainkan peranan penting melawan rezim Pahlevi. Rumah beliau menjadi tempat perundingan dan pengambilan keputusan. Beliau mengambil langkah bersejarah ketika berhasil membobol blokade rumah sakit Imam Ridha as. Pasca kemenangan Revolusi Islam Iran, beliau beberapa kali ikut ke medan pertempuran selama perang 8 tahun dengan pasukan rezim Saddam.

Ayatullah Sayid Kazem Akhavan Marashi banyak meninggalkan karya tulis seperti Manasik Haji, Hasyiah Urwah al-Wutsqa dan Syarah al-Urwah al-Wutsqa.