Des 09, 2018 19:01 Asia/Jakarta
  • Industri Tekstil Iran
    Industri Tekstil Iran

Tekstil berasal dari bahasa Latin “textilis” atau bahasa Prancis “texere” yang artinya menenun. Tekstil dibuat dari serat, baik yang alami atau yang buatan. Serat alami berasal dari tanaman, binatang, atau mineral. Dibandingkan dengan hewan atau mineral, tanaman menyediakan lebih banyak serat. Selain wol, serat hewan adalah serat sutera. Meski wol terbanyak dihasilkan oleh biri-biri, namun bulu keluarga unta dan kambing pun bisa dimanfaatkan.

Sejak kapan manusia mengenal tekstil? Diduga, tekstil ada sejak zaman Neolitikum atau Batu Baru (8000-2000 SM). Saat orang mulai tinggal di kota, tekstil makin banyak dibuat dari beragam serat. Di tahun 5000 SM masyarakat Mesir dinilai sudah terampil menenun. Selain berdasarkan penemuan berupa secarik kain lena halus, pendapat itu didukung oleh temuan sejumlah mumi dari tahun 2500 SM yang terbungkus kain lena bermutu sebaik produk sekarang.

 

Penyebaran tekstil dari timur ke barat dimulai tahun 300 SM saat balatentara Iskandar Agung membawa pulang ke Eropa benda-benda katun dari wilayah Pakistan. Mereka lantas mengembangkan perdagangan kain secara besar-besaran dengan mengimpor pakaian wol dari Inggris, Gaul (kini Prancis), dan Spanyol, kain lena dari Mesir; Katun dari India; serta sutera dari Cina dan Persia (kini Iran). Sayangnya sedikit sekali tekstil yang bertahan dari masa Kekaisaran Romawi di Barat dan Dinasti Han (202 SM – 220) di Timur.

 

Tekstil Ketika Revolusi Industri

 

Industri tekstil Eropa mulai bangkit antara tahun 400-awal dan 1500-an. Inggris, Italia bagian utara, dan Flanders (kini meliputi sebagian Belgia, Prancis dan Belanda) jadi pusat produksi bagian wol. Sedangkan Italia jadi pusat produksi sutera. Dalam periode ini, tepatnya tahun 1200-an mulai dipakai roda pemintal, selain ditemukan mesin pembuka kokon sutera.

 

Perkembangan penting industri tekstil terjadi setelah abad pertengahan (1100-1500). Namun kemajuan terhebat berlangsung saat Revolusi Industri (abad XVII-awal XIX). Membanjirnya penemuan baru di Inggris berakibat melonjaknya produksi benang dan kain. Penemuan hebat itu antara lain alat pintal pertama yang mampu memintal beberapa benang sekaligus yang dikenal dengan Spinning Jenny, oleh penemu James Hargreaves pada tahun 1764.

 

Hampir sepanjang sejarah, orang hanya menggunakan serat alam. Namun pada 1884 ahli Kimia Prancis Hilaire Chardonnet mengembangkan cara praktis menghasilkan serat buatan. Serat yang kini dikenal sebagai rayon pertama kali dihasilkan di AS tahun 1910 dan disebut sutera buatan. Wallace H. Corothers, ahli Kimia Amerika, mengembangkan nilon pada pertengahan 1930-an.  Sedangkan tahun 1940-1950-an mulai diperkenalkan serat buatan lain seperti polyester dan acrylic.

Alat Pemintal Tradisional

 

Industri Tekstil dalam Peradaban Islam

 

Sementara itu, perkembangan industri dalam peradaban Islam dipelopori dengan berkembangnya industri tekstil.  Tekstil  dipandang sebagai industri yang sangat penting bagi masyarakat Islam di era keemasan. Industri  pun tekstil berkembang  begitu pesat di dunia Islam pada zaman kekhalifahan.

 

Bahkan, para sejarawan mengungkapkan, industri tekstil yang dihasilkan peradaban Muslim di zaman itu memiliki kualitas yang sangat tinggi.  Pada masa itu, sebagian besar industri tekstil masih diatur oleh pemerintah. Berkembangnya industri tekstil dinilai telah mendorong bergeraknya roda perekonomi dunia Islam.

 

Para sejarawan mengungkapkan, pada masa Kekhilafahan Turki Usmani, terjadi investasi besar-besara di  sektor industri tekstil (wol, linen, katun dan sutera). Tekstil pun industri primadona saat itu. Jauh sebelum itu, pada abad ke-12 M, industri tekstil telah berkembang pesat di wilayah Andalusia, terutama sentra produksi wol dan sutera Islam.

 

Bahkan menurut catatan sejarawan Arab, di Spanyol Islam terdapat 800 pabrik tenun. Maka tidaklah mengherankan jika era Kekhilafahan Islam kerap dijuluki sebagai ’peradaban tekstil.’ Bisa dibayangkan, betapa besar investasi dan perputaran ekonomi berjalan. Dan hebatnya pada masa itu saat dunia Barat belum mengenal cara membuat katun dan sutera.

 

Berkat kualitas dan keunggulannya, industri tekstil umat Islam ini ternyata mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap Barat. Hal itu dibuktikan banyaknya kata-kata Arab dan Islam untuk tekstil ditemukan dalam bahasa-bahasa Eropa, seperti damask, muslin, mohair, sarsanet, tafffeta, dan tabby.

 

Berkembangnya industri tekstil di dunia Islam ternyata ditopang oleh peralatan dan teknologi yang maju. Saat itu, peradaban Islam telah menguasai beragam peralatan yang digunakan industri tekstil, seperti  alat pemintal, alat tenun, dan teknologi yang digunakan pada tahap akhir pembuatan tekstil.

 

Sebelumnya industri tekstil hanya terbatas pada produksi benang dan kain, namun saat ini industri ini semakin luas dan rumit. Selain untuk memproduksi beragam pakaian, industri tekstil juga digunakan untuk membuat permadani, rem mobil,  pembuluh buatan, jalan, pesawat terbang dan situs ruang angkasa.

 

Uniknya pembuatan jantung buatan menggunakan serat tekstil. Juga, lebih dari 75% kekuatan ban berasal dari tekstil, dan pada konstruksi jalan, sebelum aspal dituangkan, tekstil khusus diletakkan di permukaan jalan, yang meningkatkan umur jalan. Industri tekstil adalah salah satu kriteria untuk negara-negara berkembang, dan eksportir tekstil utama di dunia dikembangkan. Nilai ekspor produk industri tekstil di dunia tahun 2014 mencapai 800 miliar dolar.

 

Perkembangan Industri Tekstil di Iran

 

Adapun di Iran, industri tekstil termasuk industri strategis. Berdasarkan tulisan para periset dan Iranists, seni pemintalan dan tenun di Iran sudah ada sejak 10 ribu tahun sebelum masehi. Banyak alat pemintal yang ditemukan di banyak situs arkeologi kuno di Dataran Tinggi Iran, yang berasal dari masa-masa awal, adalah bukti klaim ini. Penemuan saluran berputar yang terbuat dari tanah liat dan batu di wilayah Sialkk Kashan menunjukkan keberadaan kuno industri ini di Persia kuno.

 

Seiring dengan kemajuan zaman dan teknologi pemintalan dan tenun Iran, produksi yang dihasilkan semakin beragam dan dengan warna yang memukau. Di era Dinasti Saljuk produksi kain sutra di Iran sangat marak. Sementara di era Dinasti Safawiyah yang juga dikenal dengan era keemasan industi tekstilIran, produksi kain dan tekstil mengalami peningkatan pesat baik dari sisi tenunan, kualitas dan keragamannya.

Prasasti Alat Tenun Iran

 

Di era Safawiyah ini tekstil Iran baik itu yang diproduksi dari sutera maupun wol sangat terkenal khususnya yang bercorak seni dan kebudayaan Iran. Peninggalan kain tenun Iran di era Safawiyah dapat ditemukan di museum terkenal dunia seperti di Inggris. Meski saat ini produksi kain mewah semakin sedikit, mengingat nilai ekonomis yang menjadi prioritas, namun saat ini masih ada indikasi produksi kain brokat dan bludru di sejumlahkota Iran termasuk Tehran dan Kashan atau di Isfahan.

 

Penggunaan teknologi maju di bidang industri tekstil Iran mulai dari dua abad lalu. Kini di Iran terdapat lebih dari 9500 unit industri tekstil dan pakaian yang aktif. Angka ini hampir mencapu 11 persen sektor industi yang ada di Iran dan menguasai sekitar 13 dari total lapangan kerja di sektor industri negara ini.

 

Mengingat nilai strategis dan nilai tambah dari sektor industri tekstil, kini dengan perkembangan teknologi dan ditemukannya nanoteknologi, industri tekstil termasuk sektor yang menjanjikan. Dengan nanoteknologi dapat ditambah karakteristik baru di setiap produk dan penggunaannya.

 

Diprediksikan nanoteknolgi yang digunakan di pasar tekstil di tahun 2022 akan mencapai nilai lebih dari 29 miliar dolar. Kondisi ini menjadi motifasi khusus bagi pelaku industri tekstil untuk menanam saham lebih besar di sektor ini. Saat ini saham Iran di sektor produksi nanoteknologi di bidang industri tekstil sekitar 3 persen di dunia.

 

 

Tags