Mar 06, 2019 14:57 Asia/Jakarta
  • Revolusi Islam Iran
    Revolusi Islam Iran

Fitrah manusia senantiasa menerima nilai-nilai seperti kebebasan, moralitas, spiritualitas, keadilan, kemandirian, martabat, rasionalitas, dan persaudaraan. Nilai-nilai inilah yang diusung dan diperjuangkan dalam Revolusi Islam Iran.

Revolusi Islam Iran yang dipimpin oleh Imam Khomeini memberikan harapan sekaligus bukti kepada dunia mengenai kemenangan menghadapi penindasan. Revolusi ini memberikan harapan bagi orang-orang yang tertindas di dunia bahwa dengan persatuan, solidaritas, dan bergantung kepada Tuhan, fondasi penindasan dapat digulingkan dan kemenangan akan diraih.

Ayatullah Khamenei memandang Revolusi Islam Iran memiliki karakteristik unik yang menyebabkan keberlangsungan dan kelanjutan dari revolusi ini. Pemimpin Besar Revolusi Islam dalam pernyataannya tentang "langkah kedua", yang dikeluarkan memasuki dekade kelima revolusi, menyatakan: "Di antara semua negara yang tertindas, tampaknya jarang ditemui sebuah bangsa revolusioner; dan di antara bangsa yang bangkit dan melakukan revolusi, jarang terlihat mereka telah berhasil membawa revolusi sampai akhir, dan menyelamatkan cita-cita revolusioner, kecuali untuk perubahan pemerintahan. Tetapi revolusi agung bangsa Iran, yang merupakan revolusi terbesar dan revolusi paling merakyat di era baru, menjadi satu-satunya revolusi yang mampu melewati semua ujian dengan kebangaan dan tidak mengkhianati cita-citanya dan, di tengah semua godaan yang menghadang tetap berhasil melindungi martabat dan cita-citanya. Kini memasuki tahap kedua dari pengembangan diri, pembangunan masyarakat dan peradaban, ".

Dalam pandangan Rahbar, Revolusi Islam Iran adalah sebuah gagasan yang layak untuk diperkenalkan di dunia. Sebuah revolusi dengan kombinasi keislaman dan Republik, yang kemunculannya membuka jalan baru bagi dunia.

Orang-orang Iran meneriakkan "Allah Akbar", "Kemerdekaan" dan "Kebebasan" dalam setiap demonstrasi anti-Shah. Slogan-slogan tersebut berkumandang melawan korupsi dan despotisme rezim Shah. Mereka juga menuntut penguatan spiritualitas dan etika di ruang publik yang tidak pernah diperhatikan rezim Shah. Oleh karena itu, mereka bersandar kepada Ayatullah Khomeini untuk memimpin Revolusi Islam dan, setelah kemenangannya, menyerukan dibentuknya pemerintahan yang menjaga dan melestarikan nilai-nilai keagamaan dan moralitas.

Mereka memberikan dukungan terhadap Republik Islam dengan suara tertinggi sehingga ajaran Islam bisa diterapkan di berbagai dimensi pemerintahan, masyarakat dan kehidupan mereka. Berbeda dengan revolusi lain yang  mempertahankan fanatisme agama, tapi bukan juga pemerintahan sekuler yang menyingkirkan nilai-nilai agama dan hanya meneriakkan kenikmatan dunia saja; Republik Islam, dengan kombinasi indah dari keislaman dan kerakyatan, menampilkan keseimbangan yang paling indah dari model pemerintahan Islam yang merakyat.

Ayatullah Khamenei dalam pernyataannya yang cerdas meyakini slogan-slogan revolusi agama ini bersifat permanen, karena lahir pemahaman tentang fitrah manusia yang tidak akan pernah sia-sia. Beliau berkata, "Fitrah manusia senantiasa menyukai nilai-nilai seperti kebebasan, moralitas, spiritualitas, keadilan, kemandirian, martabat, rasionalitas, dan persaudaraan yang masing-masing tidak hanya berkaitan dengan satu generasi atau masyarakat saja hingga bersinar, padahal di tempat lain menurun. Tidak ada orang yang jenuh dengan masa depan cerah ini,"  Pemimpin Besar Revolusi Islam menilai salah satu alasan utama keberlangsungan hidup dan kelanjutan revolusi Islam adalah lestarinya slogan-slogan tersebut.

Menurut Ayatullah Khamenei, karakteristik penting lain dari revolusi Islam adalah besarnya partisipasi rakyat dalam memperjuangan dan menjaganya. Rakyat Iran secara signifikan berpartisipasi aktif dalam pemilihan umum nasional baik dalam pemilihan anggota parlemen dan pemilihan presiden setiap empat tahun maupun pemilu dewan kota dan desa. Rakyat Iran dari berbagai elemen bersama-sama dengan pejabat negara ini setiap tahun menegaskan dukungannya terhadap Republik Islam dalam perayaan kemenangan Revolusi Islam pada 22 Bahman.

Mereka juga sangat peka terhadap dinamika politik regional dan internasional. Bangsa Iran senantiasa mendukung perjuangan orang-orang tertindas di dunia, dan membantu mereka menghadapi kekuatan arogan global. Pawai Hari Quds Sedunia yang dihadiri masyarakat Iran, dukungan terhadap rakyat Palestina yang tertindas, dan permusuhan terhadap rezim Zionis Israel menjadi bagian dari aktivitas bangsa Iran. Berkaitan dengan ini, Ayatullah Khamenei mengatakan, "Ini adalah dampak global dan regional bangsa Iran dalam mendukung perjuangan orang-orang tertindas di dunia,".

 

Revolusi Islam

Karakteristik lain dari Revolusi Islam di Iran, yang disinggung oleh Ayatullah Khamenei dalam pernyataan langkah kedua Revolusi, adalah fleksibilitasnya tanpa mengubah isinya. Rahbar mengatakan, "Revolusi Islam adalah fenomena yang hidup dan mengalir, selalu fleksibel dan siap untuk memperbaiki kesalahannya, tetapi tidak bisa direvisi dan tidak pasif."

Contoh paling jelas dari pernyataan yang disampaikan Ayatullah Khamenei adalah Undang-undang dasar Republik Islam Iran. Undang-undang dasar merupakan bagian penting dari keberlangsungan hidup sistem Republik Islam Iran  yang dirancang dan dikembangkan oleh orang-orang yang berpengalaman seperti Shahid Beheshti di awal kemenangan revolusi.

Aspek penting yang ditegaskan Ayatullah Khamenei mengenai pemerintahan Republik Islam Iran  adalah kemampuan untuk memperbaiki kesalahannya dan terbuka terhadap kritik konstruktif  yang merupakan karunia dari Allah swt. Ayatullah Khamenei menegaskan, "Revolusi Islam tidak akan pernah menjauhkan diri nilai-nilai- yang Alhamdulillah- telah bercampur dengan keyakinan agama masyarakatnya,".

Ayatullah Khamenei menggambarkan ciri-ciri Revolusi Islam dengan statemennya, "Revolusi Islam Iran sangat kuat, tetapi penuh belas kasih, pemaaf dan meski dizalimi, tidak pernah bersikap ekstrem dan tidak pernah menyimpang dari jalurnya seperti sebagaian kebangkitan dan gerakan yang pernah ada. Bahkan dengan Amerika Serikat dan Saddam Hussein sekalipun tidak pernah memulai menembakkan peluru pertama. Di semua lini, dia membela diri ketika musuh menyerang. Sejak awal hingga kini, revolusi ini tidak brutal dan berdarah-darah, tapi juga tidak pasif dan  ambigu. Ia berdiri tegar dengan berani melawan pihak lalim, dan membela yang orang-orang yang tertindas,".

Ayatullah Khamenei

Orang-orang Iran terkenal dengan keramahan terhadap tamu yang datang. Sejak dahulu kala, Iran selalu menjadi perhatian para wisatawan yang datang mengunjunginya dari berbagai penjuru dunia. Jika wisatawan mengenal Mesir dengan  piramida dan pemakaman kunonya,  atau mengenali India dengan keragaman agama dan tradisinya, dan Yunani sebagai tempat para filsuf dan dewa dewinya, mereka akan menemukan Iran dengan orisinalitas kebaikannya.

Pembicaraan tentang Iran mengenai tanah orang-orang kuat, tetapi baik hati. Meskipun pernah menguasai sekitar separuh wilayah dunia, tapi tidak menjadikan pihak lain sebagai budak atau menerapkan perbudakan. Mereka tidak memulainya dengan perang, tapi dengan keramahan dan kebaikan hati, meski kuat dan perkasa.(PH)