Feb 19, 2021 03:24 Asia/Jakarta
  • Strategi SDM dan Perusahaan Iran Hadapi Sanksi

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Uzma Sayid Ali Khamenei selama satu dekade terakhir mengusulkan penamaan tahun dengan fokus pada ekonomi perlawanan.

Tahun ini,1399 Hs, Rahbar mencanangkan tahun lompatan produksi, dengan menekankan penghilangan hambatan produksi dan upaya memperbaiki lingkungan bisnis untuk meredam sanksi dan meningkatkan ekonomi dan mata pencaharian negara dengan lebih cepat.

Sanksi lalim kubu arogansi global terhadap Republik Islam Iran telah menimbulkan masalah bagi negara ini, namun di sisi lain, sanksi tersebut menyebabkan pemanfaatan kapasitas, sumber daya dan peluang ekonomi di dalam negeri.

Mengandalkan tenaga kerja dalam negeri merupakan salah satu cara terpenting untuk menciptakan kemakmuran ekonomi dan meningkatkan produksi, yang memiliki kepentingan strategis dalam mengurangi tekanan sanksi.

Peningkatan produksi dan dukungan terhadap produsen nasional, selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri juga akan mendiversifikasi ekspor dan menciptakan lapangan kerja. Oleh karena itu, lonjakan produksi merupakan salah satu mekanisme yang dalam jangka menengah mengarah pada penguatan mata uang nasional dan pengurangan dampak sanksi secara bertahap.

 

 

Efek penting lainnya dari penamaan tahun 1399 Hs sebagai tahun lompatan produksi adalah untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mendukung aktivitas unit produksi kecil dan menengah di sektor swasta dan fokus pada aktivitas perusahaan berbasis pengetahuan. 

Nader Mehregan, seorang profesor ekonomi Iran mengatakan, guncangan riil tertinggi dalam perekonomian Iran di berbagai periode terkait dengan sektor minyak dan pertanian, dan guncangan terendah terkait dengan sektor industri, pertambangan, dan jasa.

Indikator statistik dan kajian ekonomi di bidang ini menunjukkan bahwa sektor perminyakan memiliki andil terbesar dalam menyebabkan fluktuasi perekonomian Iran. Namun fluktuasi di sektor pertanian dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, selain guncangan minyak.

Tentu saja, potensi ekonomi Iran tidak terbatas pada sumber daya bawah tanah seperti minyak. Komponen lain seperti modal sumber daya manusia, dan pengetahuan dalam produksi adalah modal utama dalam perekonomian Iran. Faktanya, ledakan produksi dan lompatan produksi adalah dua tujuan ekonomi makro yang bergantung pada penggunaan kapasitas tersebut. 

Dalam ekonomi Iran, ledakan produksi dan lompatan produksi adalah dua tujuan yang dapat dicapai. Sebab, pilar utama ekonomi Iran bertumpu pada tenaga terdidik dan terspesialisasi.

Kemakmuran dan lompatan dalam produksi yang tampaknya terpisah satu sama lain, tetapi keduanya memiliki tujuan yang selaras dan dalam arah yang sama, dan tujuan akhir dalam penamaan ini adalah untuk mencapai tingkat produksi dan kualitas yang diinginkan.

Oleh karena itu, strategi lompatan produksi menekankan pada penggunaan beragam kapasitas negara untuk meningkatkan tingkat produksi dan keluar dari resesi, serta strategi lompatan produksi berfokus pada percepatan puncak produksi dan mencapai tingkat produksi yang ideal dengan menggunakan teknologi dan pengetahuan dalam waktu sesingkat mungkin. 

Sejak kebijakan umum Repelita Keenam diumumkan oleh Rahbar telah banyak diskusi tentang bidang-bidang strategis makro, termasuk ekonomi. Salah satu topik yang dibahas dalam masalah ini mengenai ekonomi berbasis pengetahuan.

Salah satu ciri ekonomi berbasis pengetahuan adalah terciptanya budaya kewirausahaan yang mendorong produksi dengan nilai tambah tinggi berbasis pengetahuan dan penciptaan lapangan kerja berlandaskan teknologi. 

 

 

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran dalam pernyataannya yang disampaikan pada pertemuan dengan para elit dan pelaku perusahaan berbasis pengetahuan, menekankan pentingnya peran perusahaan-perusahaan ini dalam mendukungn peningkatan produksi, dan menggambarkan mereka sebagai komponen paling efektif dari keberlanjutan dari realisasi ekonomi resistif.

Dalam pernyataan langkah kedua revolusi, Rahbar secara eksplisit menunjuk pada kinerja ekonomi yang lemah dan tantangan internal ekonomi Iran dengan menganggap kelemahan tersebut sebagai akibat dari cacat struktural yang mengarah pada tantangan eksternal bagi negara.

Solusi untuk mengatasi kelemahan tersebut adalah dengan memperkuat fondasi ketahanan ekonomi melalui ekonomi resistif yang menekankan pada penguatan infrastruktur ekonomi di sektor produksi.

Penguatan infrastruktur tersebut, sekaligus memperkuat perekonomian dalam menghadapi ancaman dan guncangan ekonomi, yang akan mengarah pada diversifikasi di sektor-sektor produktif, dan berdampak menjauhkan perekonomian dari ketergantungannya terhadap penjualan minyak mentah dan tambang.

 

 

Salah satu poin penting yang ditekankan Rahbar dalam menyebut setiap tahun sebagai masalah ekonomi adalah memotivasi para pemangku kepentingan dan rakyat untuk memanfaatkan semua peluang dan mengidentifikasi potensi ekonomi.

Mencapai tujuan ini adalah salah satu rencana langkah kedua revolusi, dan Republik Islam Iran bertekad untuk menggunakan semua kapasitas dan potensi internalnya untuk menjadikan sanksi menjadi tidak efektif. Perekonomian yang kuat dan mandiri tentunya memiliki kapasitas untuk berproduksi secara massal dan berkualitas serta dapat menangkal sanksi.

Ayatullah Khamenei dalam pidatonya di televisi pada acara peringatan perlawanan rakyat Qom pada 19 Day  1356 Hs menekankan tentang masalah sanksi, dengan mengatakan, "Dengan asumsi sanksi tidak dicabut, kita harus merencanakan perekonomian sedemikian rupa sehingga negara berjalan dengan baik dan tidak bermasalah dengan datang dan perginya sanksi maupun tindakan musuh. Semua itu dimungkinkan dengan mengandalkan kekuatan internal, dan menerapkan kebijakan ekonomi perlawanan. Tentu saja, sanksi secara bertahap akan semakin tidak efektif,".(PH)