Mar 30, 2019 14:57 Asia/Jakarta
  • Kehidupan
    Kehidupan

Salah satu anugerah terindah Tuhan kepada umat manusia adalah hadirnya nikmat kesenangan, cinta, dan kasih sayang yang berada di bawah arahan agama dan akal sehat. Kesenangan dan keceriaan dapat menjadi solusi untuk membebaskan diri dari tekanan dan stres akibat rutinitas pekerjaan.

Islam menilai rekreasi dan kesenangan sebagai bagian dari kebutuhan naluriah bagi manusia dan oleh karena itu, agama ini selain tidak mencela aktivitas untuk meraih kesenangan, tapi juga mendorong umatnya untuk mencicipinya. Namun, Islam tidak mentolerir segala bentuk kelezatan dan kesenangan, ia hanya membenarkan kesenangan-kesenangan yang membantu pengembangan karakter dan mencegah manusia dari kelalaian.

Menurut para pakar ilmu psikologi, ketika seseorang menghadapi sebuah momen positif seperti, mendapat perlakuan baik atau memperoleh kata-kata motifativ, ia akan merasa gembira dan senang. Para peneliti menemukan bahwa otak manusia lebih cepat dalam mengindentifikasi kesenangan daripada kesedihan dan frekuensi kreativitas mereka meningkat dalam kondisi senang. Dengan memperhatikan kekuatan terapi kesenangan dan dampaknya bagi kesehatan fisik dan kesegaran jiwa manusia, maka dapat disimpulkan bahwa kesenangan merupakan sebuah urgensitas individual dan sosial.

Kesenangan dan kegembiraan

Semua fakta itu dipertegas oleh anjuran para psikolog dalam mewujudkan iklim yang menyenangkan bagi masyarakat dan juga pandangan Islam tentang masalah kesenangan dan keceriaan. Ajaran dan budaya Islam menaruh perhatian khusus terhadap masalah kesenangan dan kepuasan, khususnya kesenangan yang berkelanjutan dan jauh dari dosa. Kini, kita akan menyoroti prinsip-prinsip yang membantu menciptakan kesenangan abadi dalam diri manusia.

Sejumlah orang beranggapan bahwa harta dan kekayaan bisa menghadirkan kesenangan, namun hal-hal seperti itu tidak memberi kesenangan abadi kepada pemiliknya dan ia akan selalu terdorong untuk mencari jenis kesenangan baru. Di sini, ada prinsip-prinsip yang bisa menjadi solusi untuk menuju ke arah kesenangan yang abadi. Salah satunya adalah memiliki pandangan yang benar terhadap peristiwa-peristiwa dunia.

Manusia bisa memiliki dua bentuk interpretasi tentang dunia; pertama, dunia adalah tempat persinggahan dan manusia sejauh yang ia bisa harus menikmati kelezatan-kelezatan duniawi dan menghindari kondisi yang tidak nyaman. Dalam perspektif ini, musibah dan bencana menjadi peristiwa yang pahit dan menyakitkan bagi manusia. Para individu yang memandang dunia seperti ini, jika pun mereka berada dalam kondisi ideal, kehidupan tetap akan menjadi momen yang sulit bagi mereka, sebab dunia tidak selalu sejalan dengan keinginan-keinginan manusia. Oleh karena itu, kesedihan dan kegelisahan selalu menghantui hati dan pikiran mereka.

Bentuk interpretasi lain tentang dunia adalah bahwa manusia memandang peristiwa dan fenomena yang terjadi di alam ini sebagai tanda-tanda dari kemurahan dan rahmat Tuhan yang tidak terbatas. Kita merasakan rahmat tersebut di setiap sudut tatapan kita dan sarana yang tersedia di alam ini mulai dari kesulitan hingga kemudahan, semua itu untuk pertumbuhan dan kesempurnaan manusia. Oleh sebab itu, dunia adalah ladang ujian dan tempat untuk menghadapi segala kesulitan sehingga mutiara kesempurnaan yang ada dalam diri manusia bisa berkembang. Pandangan seperti ini membantu manusia melalui kesulitan dengan mudah dan menganggap hal itu sebagai ujian untuk pengembangan potensi-potensi internal manusia.

Dalam pandangan tersebut, manusia memahami bahwa badai musibah dan kesulitan di dunia akan berlalu, sama seperti kesenangan-kesenangannya yang tidak abadi. Untuk itu, mereka akan mencari kesenangan abadi serta menjadikan musibah dan ujian di dunia ini sebagai jembatan menuju ke gerbang kesenangan dan kenikmatan spiritual. Seperti kesenangan yang diperoleh ketika seseorang bisa meraih keridhaan Tuhan atau berhasil meninggalkan dosa.

Pandangan kedua ini membuat manusia dengan mudah melewati kesulitan-kesulitan di dunia dan semua ujian akan menjadi mudah baginya. Dengan kata lain, manusia memiliki pandangan positif yang rasional terhadap dunia. Imam Ali as berkata, “Masa itu ada dua; masa yang memihak kepadamu dan masa yang merugikanmu. Jika ia menguntungkanmu, janganlah engkau menjadi pengingkar nikmat, dan jika ia merugikanmu, janganlah engkau bersedih.”

Keindahan dunia

Salah satu prinsip lain untuk meraih kesenangan abadi dalam hidup ini adalah beriman kepada Allah Swt. Mengimani kekuasaan Tuhan sebagai sumber segala kebaikan, akan menghapus kekhawatiran dan perasaan tertekan dari diri manusia. Dan ini adalah landasan bagi semua bentuk kesenangan. Keyakinan pada kasih sayang Tuhan akan memberikan cahaya harapan dan ketenangan dalam diri seorang Mukmin. Oleh karena itu, para psikolog menilai penawar yang paling efektif untuk menyembuhkan orang sakit adalah iman dan doa.

Seorang penulis Amerika Serikat, Dale Carnegie mengatakan, “Saat ini, disiplin ilmu terbaru yaitu psikologi juga mengajarkan sesuatu hal yang selama ini diajarkan oleh para nabi, karena para psikolog mulai memahami bahwa keimanan yang kuat, akan menghapus kekhawatiran, kegelisahan, dan stres. Melalui doa dan munajat, manusia merasa tidak asing di dunia ini dan punya teman untuk berbagi ketika mereka gelisah. Manusia yang menemukan teman sejati untuk berbagi secara alamiah terhindar dari depresi dan kekhawatiran."  

Salah satu cara lain untuk hidup tenang dan bebas dari kegelisahan adalah merasa puas dan ridha terhadap qadha dan qadar Tuhan. Kepuasan itu membantu manusia dalam menghadapi kondisi tersulit dan membuat mereka mudah dalam menanggung beban musibah. Dalam kehidupan, kadang ada masalah yang tidak mungkin bisa diselesaikan oleh manusia. Peristiwa dan masalah itu biasanya membuat kita kecewa dan kita menganggapnya sebagai hambatan untuk mencapai tujuan dan keinginan kita. Kebanyakan kekecewaan dan kesedihan kita muncul pada saat-saat seperti ini, karena kita ingin mengatasi masalah yang sebenarnya berada di luar kemampuan kita, tapi kita tidak mampu melakukan itu.

Kerelaan terhadap keridhaan Tuhan dan keyakinan tentang qadha dan qadar, akan membuat manusia merasa tenang dan perasaan ini membantu mereka dalam menghadapi kondisi-kondisi tersulit sekalipun. Imam Jakfar Shadiq as berkata, “Kesenangan dan kegembiraan diperoleh dalam bingkai kerelaan terhadap keridhaan Tuhan dan keyakinan. Sementara kesedihan dan kegelisahan muncul karena keraguan dan kekecewaan terhadap ketetapan-ketetapan Tuhan.” (Kitab Bihar al-Anwar, juz 71, hal 195)

Maksud dari kerelaan terhadap keridhaan Tuhan adalah manusia tidak memprotes ketetapan-ketetapan Tuhan baik itu dengan lisan maupun dengan tindakan. Orang yang menganggap peristiwa yang terjadi di dunia ini mengikuti kehendak bijaksana Tuhan dan takdir-Nya, ia tidak akan takut terhadap dampak-dampak buruk musibah dan ia tidak menjadi pengingkar nikmat karena cobaan itu. Orang Mukmin selalu mengingat bahwa peristiwa di alam ini adalah bagian dari sistem penciptaan yang bijaksana dan terjadi atas dasar kemaslahatan dan kebijaksanaan Tuhan. Oleh sebab itu mereka menerimanya dengan lapang dada. Kejadian-kejadian yang terjadi karena kelalaian manusia atau kesalahan mereka, tentu saja tidak bisa dilimpahkan kepada Tuhan.

Menjauhi dosa dan beberapa kelezatan materi juga mendatangkan kesenangan bagi manusia. Kesenangan pada dasarnya adalah ketiadaan rasa sedih dan gelisah. Tentu saja, sebagian dari kegelisahan adalah keniscayaan hidup manusia, namun kebanyakan dari mereka disebabkan oleh kekhawatiran dan keputusasaan. Kekhawatiran ini menjadi sumber bagi banyak masalah lain termasuk gangguan mental. Dale Carnegie dalam sebuah kenangannya menulis, ”Beberapa tahun lalu, saya bersama Dokter. O. F. Gober – Direktur Rumah Sakit Santa Fe – pergi untuk liburan. Kami berdiskusi bersama tentang dampak kekhawatiran. Dia berkata, ’70 persen dari pasien yang datang ke dokter, jika mereka mampu membebaskan diri dari rasa takut dan kekhawatiran, mereka dapat mengobati diri mereka sendiri.’”

Menjauhkan diri dari dosa

Jelas bahwa orang yang dirundung rasa takut dan kekhawatiran, ia tidak akan menikmati sarana kehidupan ini. Memiliki jiwa yang optimis juga membantu menghadirkan kesenangan yang berkelanjutan dalam diri manusia. Orang-orang yang memiliki rasa optimisme, mereka cenderung lebih sukses dan menghadapi semua masalah dengan penuh harapan. Manusia yang punya harapan tentang masa depan, mereka merasan nyaman dan tidak dihantui oleh rasa takut akan kegagalan.

Tags