Lintasan Sejarah 4 Oktober 2019
-
4 Oktober 2019
Hari ini, Jumat 4 Oktober 2019 bertepatan dengan 5 Shafar 1441 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran, hari ini tanggal 12 Shahrivar 1398 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi pada hari ini di masa lampau.
Syahadah Sayidah Ruqayah as
1380 tahun yang lalu, tanggal 5 Shafar 61 HQ, Sayidah Ruqayah as gugur syahid.
Ruqayah Khatun atau Fathimah binti al-Husein yang lebih dikenal dengan Fathimah Shaghirah, anak perempuan paling kecil Imam Husein as dari ibu Ummu Ishaq binti Thalhah atau Shah Zanan. Sekaitan dengan usia beliau ketika gugur syahid ada yang menyebut 3, 4, 5 dan 7 tahun. Imam Husein as sangat menyayanginya dan Ruqayah juga sangat dekat dengan ayahnya.
Ruqayah as bersama ayah, saudara, paman dan keluarga Nabi Muhammad Saw pergi ke Karbala. Setelah syahadah Imam Husein as dan para sahabatnya, Ruqayah as bersama keluarga Imam Husein as dan rombongan ditawan oleh pasukan Yazid. Mereka digiring dari Kufah hingga Syam.
Selama di Syam, Ruqayah as setiap harinya menangis karena ditinggal ayahnya dan senantisa mencari ayahnya. Banyak yang menukil bahwa ketika berada di sebuah tempat reruntuhan di Syam, Ruqayah as melihat kepala ayahnya dan berbicara dengannya. Setelah itu beliau mencium biri ayahnya dan pingsan akibat terlalu banyak menangis. Ketika orang di sekelilingnya berusaha menggerakkannya, mereka menemukannya telah meninggal pada 5 Shafar 61 HQ.
Kini, makam suci Ruqayah di Damaskus, Suriah menjadi tempat ziarah Syiah. Makam suci ini terletak 300 meter timur laut masjid Umawi.
Ditekan Rezim Baath Irak, Imam Khomeini Pindah ke Kuwait
41 tahun yang lalu, tanggal 12 Mehr 1357 HS, Imam Khomeini pindah ke Kuwait akibat ditekan rezim Baath Irak.
Setelah diasingkan ke Najaf, Irak Imam Khomeini tetap meneriakkan dengan lantang kebenaran dan perjuangannya melawan kezaliman rezim Pahlevi lewat pidato dan pesan tertulis ke Iran. Imam memanfaatkan dua cara ini untuk mengungkap kebobrokan rezim Pahlevi.
Di Hauzah Ilmiah Najaf sendiri Imam Khomeini mengajar filsafat politik tentang pemerintahan Islam dengan tema Wilayah Faqih bersamaan dengan mata kuliah fiqih dan ushul fiqih. Beliau mendidik dan membimbing banyak murid selama di sana. Hasil dari aktvitas beliau di Najaf adalah semakin tercerahkannya seluruh kalangan masyarakat. Dari sini, rezim Pahlevi mengirim delegasi khusus ke Baghdad untuk melakukan pembicaraan dengan para pejabat negara ini. Tujuan mereka meminta pemerintah Irak membatasi gerak-gerik Imam Khomeini ra.
Rezim Baath Irak menerima permintaan itu dan pada 2 Mehr 1357 HS, rumah beliau dikepung oleh pasukan keamanan dan segala aktivitas dikontrol oleh mereka. Setelah membatasi gerak-gerik beliau, Imam Khomeini bermaksud meninggalkan negara ini menuju Kuwait. Tapi negara Kuwait berusaha mencegah masuknya Imam ke negara mereka dengan alasan berusaha mempertahankan hubungannya dengan rezim Shah Pahlevi. Dengan demikian, pada 12 Mehr 1357 HS, setelah berhenti sebentar perbatasan Basrah, beliau kemudian mengalihkan perjalanannya ke Baghdad dan sehari setelahnya Imam berangkat ke Paris.
Gedung Parlemen Rusia Diduduki Pemberontak
26 tahun yang lalu, tanggal 4 Oktober 1993, para pemberontak Rusia yang menduduki gedung parlemen Rusia atau "Gedung Putih", menyerah setelah sepuluh jam dikepung oleh pasukan tank baja.
Para pemberontak itu dipimpin oleh Wapres Aleksander Rutskoi dan Pemimpin Parlemen Ruslan Khasbulatov. Presiden Rusia saat itu, Boris Yeltsin, sebelumnya baru lolos dari impeachment dari parlemen Rusia (Duma).
Ia kemudian membubarkan parlemen pada tanggal 21 September dan menyatakan akan mengadakan pemilu. Rutskoi, Khasbulatov, dan anggota parlemen garis keras lainnya menanggapi pembubaran ini dengan menduduki gedung parlemen dan memilih Rutskoi sebagai Presiden Rusia yang baru. Yeltsin kemudian mengirimkan pasukan yang mengepung gedung parlemen itu yang berakhir dengan serangan tank. Para pemberontak akhirnya menyerah dan ditahan.
Pada Desember 1993, diadakan pemilihan umum untuk memilih anggota parlemen. Dalam sebuah referendum, disahkan pula undang-undang Rusia yang baru, yang memberikan kekuasaan eksekutif yang lebih luas kepada Yeltsin dan mengurangi otoritas Duma. Setelah memimpin selama satu dekade secara kontroversial, akhirnya pada tahun 1999, Yeltsin mengundurkan diri dan digantikan oleh Vladimir Putin.