Pesona Iran yang Mendunia (107)
Nūr ad-Dīn 'Abd ar-Rahmān Jāmī memiliki puluhan karya dalam bentuk buku dan artikel dalam bahasa Persia dan Arab, termasuk dalam bidang sastra yang melambungkan namanya sebagai penyair terkemuka Muslim Iran, sekaligus sufi besar.
Sebagaimana penyair dan penulis lainnya, Jami memberikan perhatian khusus terhadap masalah etika termasuk dalam karya sastranya. Dia menggunakan puisi dan prosa untuk mempromosikan nilai-nilai moralitas dengan dukungan agama dan budaya lokal. Pendekatan Jami ini tampak jelas dalam karyanya di Baharestan.
Dia berusaha untuk mengungkapkan wacana akhlak dalam kehidupan manusia dari masalah menghindari korupsi dan untuk mencapai kesempurnaan sejati demi mencari keridhaan Allah swt. Dia menganggap menjauhi keserakahan, dan menjaga diri dengan qanaah atau merasa cukup sebagai bagian penting dari ajaran akhlaknya.
Dalam beberapa kasus, ia mengutuk dunia dan keterikatan manusia dengannya. Jami dalam Baharestan menyerukan semua orang untuk melakukan kebajikan seperti kerendahan hati, kesucian, pengabdian dan pengorbanan yang disampaikan dalam bentuk anekdot, petuah, dan peribahasa, cerita dan sejenisnya, sehingga pembaca bisa menikmati karyanya dan menyerap isinya.
Pandangan Jami dalam masalah etika berakar dari ajaran Islam dan budaya nasional Persia. Ia mengambil sumber pemikirannya dari Alquran, Sunah Rasulullah Saw dan pemikiran Islam yang dipelajarinya, terutama tasawuf. Ia memandang pusat etika sebagai pengembangan jiwa manusia dan diri batiniah, melalui penyucian diri untuk mendekati pintu ilahi.
Masalah pendidikan menjadi salah satu tema penting yang diangkat Jami dalam kitab Baharestan. Bahkan salah satu tujuan utamanya menciptakan karya tersebut. Meskipun Jami memiliki pandangan khusus dalam wacana pendidikannya, tetapi tidak bisa dipungkiri ia mengikuti pandangan Imam Mohammad al-Ghazali dalam wacana pendidikannya. Masalah pendidikan yang diangkat di Baharestan sejalan dengan perspektif pendidikan Imam Mohammad Ghazali tentang tiga aspek keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Tema-tema pendidikannya sebagian besar didasarkan pada masalah keadilan, perhatian terhadap masyarakat, ilmu pengetahuan, hikmah, dan pergaulan yang baik. Semua pelajaran akhlaknya ini disampaikan dengan cara yang mengesankan setiap para pembaca.
Baharestan merupakan salah satu karya terkemuka Jami yang ditulis dengan gaya Golestan Sa'adi. Tingginya pengaruh kitab Golestan Sa'adi di tengah masyarakat Iran menjadikannya sebagai salah satu buku teks untuk pembaca sastra Farsi setelah abad ke-7 Hq, sehingga banyak panulis setelahnya yang mengikuti gaya Saadi. Moeinuddin Juwaini dalam karyanya Negarestan, Kharestan atau Raudhah Khulud karya Majid Khaufi, Baharestan Jami dan Parishan Qaani adalah beberapa karya yang mengikuti gaya Golestan Saadi.
Para pengikuti karya Saadi dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama adalah penulis yang secara eksplisit meniru Saadi, bahkan mengutip kalimat yang mirip dengan Saadi seperti yang dilakukan Jami dalam Baharestan.
Kelompok kedua, karya yang menyerap gaya Golestan dengan menciptakan karya prosa yang bercampur dengan anekdot yang tertib, dan mengakui karya mereka mengikuti gaya Golestan. Kelompok ketiga adalah para penulis yang telah dipengaruhi oleh Golestan dalam beberapa cara, tapi tidak mengadopsi gaya tersebut dan menyerapnya sebagai inspirasi dan dikombinasikan secara elektik dengan gaya lain.
Baharestan termasuk karya Jami yang melanjutkan manifestasi tradisi emosional manusia dari Saadi yang diekspresikan melalui peribahasa halus dan petuah bijak dalam bentuk anekdot lembut dan suguhan yang manis dan menawan. Kitab Baharestan tampak lebih sederhana dari yang diharapkan. Mungkin, salah satu alasannya karena karya ini didedikasikan untuk pendidikan anak-anak dan cucunya .
Di awal buku, Jami mengatakan bahwa karena putranya Ziauddin Youssef sedang mempelajari sastra. Lalu ia menulis Baharestan dengan mengikuti pola Golestan dan menyerahkannya kepada Sultan Hussein Bayqara yang berkuasa saat itu. Tampaknya, Itulah sebabnya itu Baharestan ditulis dalam bahasa yang lebih sederhana dari yang diharapkan.
Baharestan disusun dalam delapan bab dengan pendahuluan dan akhir. Jami menggabungkan potongan prosa dan puisi dalam bukunya tersbeut. Puisi dalam Bahrestan menggunakan bahasa Farsi dan Arab, tapi jumlah puisi berbahasa Arab kurang dari Farsi.
Semua bait, menurut Jami, adalah miliknya sendiri. Panjang amsal dalam Baharestan tidak sama dengan Golestan. Ada yang pendek dan ada yang panjang.
Meskipun Jami menulis Baharestan untuk meningkatkan kemampuan sastra putranya Ziauddin Youssef yang masih belia ketika itu, tetapi tujuan sebenaranyanya adalah untuk mengekspresikan pikiran dan idenya dalam bahasa yang sederhana, termasuk menyampaikan kritik sosial. Walaupun Baharestan bukan buku tasawuf, tapi nuansa dan spirit tasawuf sangat kental terasa.
Secara umum, Baharestan Jami mungkin belum mencapai kualitas Golestan Saadi dalam hal soliditas narasi dalam ekspresi yang indah dan suasana yang hidup. Tapi Jami memberikan ivonasi lain dalam pembacaan yang kontekstual denga perspektif ilmiah daripada menulis tema sosial, sastra, sufisme, dan kritik puisi.
Jami wafat pada tanggal delapan belas Muharram tahun 898 H (1492 M) dalam usia delapan puluh satu tahun dan dimakamkan di Herat, saat itu masuk salah satu kota besar Khorasan Raya. Beliau dimakamkan di samping makam Saaduddin Kashghari, dan makamnya dikenal sebagai "Takht-e Mazar"(PH)