Jan 02, 2020 17:57 Asia/Jakarta
  • Kitab Divan Fakhruddin Iraqi
    Kitab Divan Fakhruddin Iraqi

Sheikh Fakhruddin Ibrahim Bozorgmehr bin Abdul Ghafar Hamedani, yang dikenal sebagai Fakhruddin Iraqi termasuk salah satu penyair dan sufi besar Persia abad ketujuh H atau abad ke-13 M.

Dia adalah putra Abdul Ghafar Komajani, yang lahir di daerah Komajan yang berada di sekitar kota Hamadan. Tidak ada konsensus di antara para peneliti tentang tanggal kelahirannya. Ada yang menyebutkan tahun 592, tapi ada juga yang mengatakan tahun  610 H. Tapi kebanyakan cendekiawan mengutip kelahiran Fakhruddin Iraqi tahun 610 H (1213 M), Misalnya, Profesor Sa'id Nafisi dalam karyanya pengantar karya puisi mistikus dan penyair besar ini mengungkapkan bahwa Fakhruddin Iraqi lahir dan dibesarkan di keluarga ilmuwan. 

Di usia lima tahun ia mampu menghafal Al-Quran selama sembilan bulan dan mampu melantunkan  syair yang indah. Ketika masih berusia 8 tahun, dia sudah terkenal di Hamadan. Setelah menyelesaikan pendidikan Alqurannya, Irak pergi ke Hamedan untuk melanjutkan pendidikannya.

Di usia tujuh belas tahun, Fakhruddin sudah menguasai berbagai ilmu keislaman dan mulai mengajar di Hamadan. Pengetahuannya yang tinggi menyebabkan ia mampu mengajar literatur induk yang dikenal cukup sulit seperti komentar tentang Tafsir Al-Kabir Fakhruddin Razi, Isyarat Ibnu Sina, dan Maalim Al-Tanzil karya Abu Muhammad Shamkhai.

 

Fakhruddin Iraqi

 

Para sejarawan mencatat perjalanan Fakhruddin Irak ke Multan India untuk bergabung dengan lingkaran Sheikh Bahauddin Zakaria Akwali. Sebagian besar cendekiawan mengutip deskripsi terperinci dari Profesor Saeed Nafisi dalam kata pengantar kumpulan syair Fakhruddin Iraqi.

Nafisi menjelaskan, “Fakhruddin Iraqi mengajar di sebuah sekolah di Hamadan sekitar 627 atau 628 H (1230 M). Ketika itu sekelompok Qalandar memasuki ruang kuliahnya dan membaca puisi sufistik. Ketika mereka mendendangkan puisi-puisinya, muncul kegelisahan di dalam diri Fakhruddin Iraqi. Kemudian mengangkat kepalanya dan bergabung dengan kelompok darwis mengumandangkan puisi-puisi sufistik,".

Fakhruddin Iraqi melakukan perjalanan ke India dengan para Qalandar dan darwis melalui Isfahan. Ketika mereka tiba di kota Multan, mereka menetap di rumah Syekh Bahauddin Zakaria, pendiri dinasti Suhrawardiyah Multan. Sheikh Baha'uddin Zakaria melihat potensi besar dalam diri Fakhruddin Irak, terutama kemampuan spiritualnya dan memintanya untuk tinggal di daerah itu.

Tetapi Fakhruddin Iraqi, yang masih sangat muda terpesona dengan kegairahan dan perilaku Qalandar, menolak tinggal di Multan dan melanjutkan perjalanan pergi ke Delhi dan Somnath dengan orang-orang Qalandar itu. Setelah tinggal di sana sebentar, ia melakukan perjalanan, tetapi dilanda badai. Iraqi terpisah dari Qalandar. Akhrinya ia kembali ke Multan sendirian.

Fakhruddin muda pergi ke rumah Baha'uddin Zakaria, dan dia disambut dengan hangat. Sejak saat itu, fase baru kehidupan Fakhruddin Iraqi dimulai bersama dengan Sheikh Bahá'uddin Zakaria. Sheikh Bahauddin Zakaria menjadikan Fakhruddin sebagai salah satu murid khususnya. Bahkan setelah beberapa saat menikahi putrinya, yang melahirkan seorang putra bernama Kabiruddin. Kelak ia menjadi murid dan khalifahnya.

Fakhruddin Iraqi memasuki Multan pada 650 H (1251 M) dan menghabiskan hampir seperempat hidupnya di daerah itu. Selama tinggal di Multan, ia menjalani kehidupan yang nyaman di bawah naungan Sheikh Bahaddin Zakaria. Tapi, ketika Sheikh Baha'uddin Zakaria meninggal dunia, muncul gelombang badai menerjang kehidupannya akibat kedengkian orang-orang di sekitarnya.

Kondisi Multan yang tidak kondusif menyebabkan dia terpaksa meninggalkan daerah itu untuk menuju Mekah melalui Oman. Setelah melakukan perjalanan ke Mekah dan Madinah, Fakhruddin yang saat itu berusia  sekitar 60 tahun melakukan perjalanan ke Konya dengan sekelompok orang dari Syam melalui Oman, Bahrain dan Damaskus, kemudian ke Rum (sekarang Turki). Fakhruddin Iraqi bergabung dengan kuliah Sheikh Sadr al-Din al-Qunawi di kota Konya, pada saat yang sama ia menyusun karyanya  berjudul "Lamaat".

Selain menghadiri kuliah Sheikh Sadr al-Din al-Qunawi, Fakhruddin juga bergaul dengan beberapa sufi besar seperti Maulavi, Syams dan Sheikh Saeed Furgani. Selama tinggal di Konya, ia juga mengunjungi lingkaran Jalaluddin Balkhi Rumi dan menjadi perhatiannya. Bahkan sebagian penulis mengungkapkan, Fakhruddin dibuatkan Khanqah dan menjadi pimpinannya. 

Kira-kira pada waktu itulah ia menulis kitab Eshgh Nameh. Irak tetap berada di Khanqah sampai 675 H (1276 M), ketika Mu'iddin Parvaneh terbunuh. Setelah peristiwa ini, ia tinggal di Turki untuk sementara waktu dan kemudian pergi ke Suriah untuk bertemu dengan para tokoh sufi di sana.

Terlepas dari banyak perjalanan dalam hidupnya dan berbagai tokoh besar yang ditemuinya, tapi bagi Fakhruddin Sheikh Bahauddin Zakaria dan Sheikh Sadr al-Din Qunawi yang paling mempengaruhi kehidupannnya. ia juga tidak memutus hubungan dengan Multan yang sangat memengaruhi perkembangan mental dan spiritualnya.  Karena alasan ini, ia tidak memutuskan kontak dengan mereka bahkan setelah meninggalkan Multan dan dihubungi oleh putranya, Kabiruddin, yang menjadi Khalifah Suhrawardiyah.

Fakhruddin pergi ke Suriah dan menetap di Damaskus. Enam bulan setelah dia tinggal di sana, putranya, Kabiruddin bergabung dengan sang ayah dan tetap berada di sana sampai akhir kehidupan Iraqi.

Fakhruddin Iraqi meninggal dunia pada usia 78 atau 82 setelah menderita penyakit parah dan dimakamkan di Jabal al-Salihiyah, Damaskus, di belakang makam Muhyuddin Ibn Arabi, tetapi tidak ada jejak kuburannya hari ini.(PH)