Des 18, 2019 14:36 Asia/Jakarta
  • Aksi protes terhadap Geert Wilders.
    Aksi protes terhadap Geert Wilders.

Geert Wilders, politisi anti-Islam dari Belanda, melakukan kampanye besar-besaran untuk memicu gelombang anti-Islam di Eropa. Pemimpin partai garis keras Belanda ini di akun Twitter-nya pada 13 Juni 2018 menulis, "Pusat Penanggulangan Terorisme menyetujui pelaksanaan kontes kartun Muhammad di parlemen. Jadi, kita akan melaksanakannya."

"Pusat Penanggulangan Terorisme Belanda telah memberikan lampu hijau untuk pelaksanaan kontes tersebut dan perlombaan kemungkinan akan diadakan pada akhir tahun 2018," tambahnya. Politisi eksrem ini mengklaim kontes seperti ini menunjukkan kebebasan berekspresi di Belanda.

Kartunis Amerika, Bosch Fawstin – pemenang lomba karikatur Nabi Muhammad Saw di Texas pada Mei 2015 – rencananya akan menjadi juri untuk kontes di Belanda.

Wilders dikenal karena sikap-sikapnya yang selalu menyerang agama Islam. Dia menyerukan pembatasan kegiatan sosial warga Muslim dan penghapusan simbol-simbol Islam, termasuk masjid di Belanda dan negara-negara Eropa lainnya. Wilders sebelumnya menyerukan larangan al-Quran di Belanda.

Ketua Partai Kebebasan (PVV) – partai terbesar kedua di Parlemen Belanda – melakukan pelecehan terhadap kesucian Islam dengan kedok kebebasan berekspresi. Dia mulai dikenal di dunia pada tahun 2008 dengan memproduksi film anti-Islam yang disebut Fitna.

Film berdurasi 15 menit ini terdiri dari dua bagian, di mana tidak ada narasi verbal, dan film hanya menggabungkan potongan-potongan video dari berbagai film televisi atau kliping koran.

Film Fitna menggambarkan kaum Muslim sebagai pengobar kekerasan. Di bagian pertama, ayat-ayat al-Quran ditayangkan dan segera setelah itu, disusul dengan adegan memilukan seperti serangan 11 September, eksekusi wanita Afghanistan oleh Taliban, pemboman Madrid, pemenggalan kepala, dan banyak lagi. Bagian kedua film menyoroti kehidupan warga Muslim di Eropa.

Produksi dan penayangan film ini disambut dengan gelombang protes dan kritikan dari umat Islam dan para penyeru kebebasan di dunia.

Harry de Winter, seorang produser Yahudi di televisi Belanda, memprotes penayangan film Fitna. Dalam artikelnya di surat kabar de Volkskrant, ia menulis, "Jika Wilders berbicara tentang orang Yahudi seperti apa yang dia katakan tentang orang Muslim, dengan kata lain, jika dia menganjurkan kanisah itu harus ditutup dan para rabi dideportasi, maka seluruh negara akan bangkit sebagai pembalasan atas tindakan anti-Semit.

Tetapi di Belanda dan banyak negara Eropa lainnya, pemerintah Eropa dan kelompok anti-Islam, menjustifikasi penghinaan Wilders terhadap al-Quran dan kesucian Islam dalam konteks kebebasan berekspresi."

Sebaliknya, pemerintah Barat – yang mengaku menghormati kebebasan berekspresi – mencap warga Muslim yang memprotes penghinaan terhadap agamanya sebagai ekstremis dan pengobar kekerasan.

Para pemimpin Barat mengaitkan aksi teroris – yang mengaku dirinya Muslim – dengan ajaran Islam dan al-Quran, sampai-sampai sejumlah politisi, seniman, dan tokoh Prancis menyerukan penghapusan beberapa bagian dari ayat-ayat al-Quran.

Pemerintah Barat berulang kali berbicara tentang Islam moderat dalam menyikapi gerakan anti-Islam di wilayah mereka. Jika maksud mereka dari Islam moderat adalah memerangi organisasi-organisasi yang membunuh atas nama agama dan mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan, moral, hati nurani, dan Islam, maka setiap orang yang berakal sehat, tidak akan menentang kampanye semacam ini.

Pemerintah Barat sengaja menargetkan Islam dan kaum Muslim, serta mencoba menghubungkan setiap tindakan teroris dengan agama Islam. Tetapi kebijakan ini merusak norma-norma hidup damai dan kerukunan, yang ingin dibangun lewat program integrasi Eropa.

Kebangkitan dan pertumbuhan partai sayap kanan ekstrem seperti Partai Kebebasan di Belanda, telah menimbulkan bahaya dan ancaman serius bagi masyarakat Barat dan seluruh umat manusia.

Tindakan teror atas nama apa pun dan oleh siapa pun, tetap harus disebut teror dan terkutuk. Untuk itu, istilah terorisme perlu didefinisikan secara fair dan benar. Maraknya kegiatan teroris oleh orang-orang Kristen dalam beberapa tahun terakhir, tidak mengarah pada diskusi tentang istilah "Kristen moderat."

Gerakan Islamophobia dan rasis berkembang di Inggris dalam beberapa tahun terakhir.

Kekerasan dan terorisme yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina – terlepas dari semua resolusi yang diadopsi oleh PBB dan dikecam oleh publik dunia – belum mampu memunculkan istilah "Yahudi moderat."

Pada dasarnya, Barat sedang melancarkan perang lunak melawan Islam dengan membenarkan penghinaan kesucian Islam dalam konteks kebebasan berekspresi dan membatasi kaum Muslim dari menjalankan ajaran agamanya, dengan dalih melawan ekstremisme dan mempromosikan Islam moderat.

Munculnya partai sayap kanan dan anti-Islam di Eropa serta upaya untuk menghapus simbol-simbol Islam di benua itu, membuktikan sebuah fakta bahwa gerakan anti-Islam juga sedang berkembang di tengah partai-partai kanan moderat Eropa.

Dewan Muslim Inggris dalam sebuah surat terbuka kepada partai konservatif negara itu, meminta mereka untuk membentuk sebuah komite independen untuk menyelidiki gerakan Islamophobia di internal partai. Dewan mengungkapkan bahwa kasus-kasus Islamophobia di internal Partai Konservatif Inggris telah menjadi sebuah pemandangan rutin.

"Kami mendesak Presiden Partai Konservatif, Brandon Lewis untuk memastikan bahwa kaum rasis dan fanatik, tidak memiliki tempat di Partai Konservatif," kata surat tersebut.

Dewan Muslim Inggris meminta Partai Konservatif untuk meluncurkan penyelidikan independen, mempublikasikan daftar insiden, melembagakan program pendidikan, dan membuat komitmen publik untuk menghapus kefanatikan.

Lord Sheikh, anggota Parlemen Inggris, juga menulis surat terbuka kepada Perdana Menteri Theresa May, yang menyerukan penyelidikan independen terhadap sikap anti-Islam di kalangan anggota Partai Konservatif.

"Sebagai Perdana Menteri Inggris, saya mendorong Anda untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesegera mungkin dan melakukan penyelidikan independen. Kita perlu menyelidiki kasus-kasus perilaku Islamophobia dan bertindak sesegera mungkin," tulisnya.

Studi yang dilakukan di tengah masyarakat Eropa menunjukkan bahwa pemikiran anti-Islam sedang berkembang di Eropa. Hal ini dipicu oleh kebijakan anti-Islam yang diadopsi oleh para pemimpin Eropa, serta citra negatif tentang Islam dan Muslim yang disajikan oleh media-media Barat. Salah satu buktinya adalah meningkatnya serangan rasis dan gangguan terhadap warga Muslim di sebagian besar negara Eropa. (RM)