Feb 02, 2020 17:30 Asia/Jakarta
  • Iman dan Tawakkal, Kunci Kemenangan Revolusi Islam

Di era kontemporer, sejumlah revolusi dan peristiwa besar mengguncang berbagai belahan dunia yang biasanya berujung pada perpindahan kekuasaan. Namun, Revolusi Islam Iran muncul dengan menolak ketergantungan pada kekuatan global dan satu-satunya sandarannya adalah bertawakkal kepada Allah Swt dan berpegang pada prinsip-prinsip Islam.

Revolusi yang dipimpin oleh seorang ulama besar ini, mencapai kemenangannya dengan bersandar pada nilai-nilai Islam. Itu pun terjadi ketika dua kekuatan super, Amerika Serikat dan Uni Soviet tidak mengira bahwa sebuah revolusi akan muncul di luar paham pemikiran dan hegemoni mereka.

Menurut paham komunis Soviet, agama merupakan faktor yang membuat bangsa-bangsa terlena dan lalai, sementara pemikiran liberal menganggap agama terpisah dari politik dan terbatas pada ibadah seseorang. Namun dengan lahirnya Revolusi Islam di Iran, dunia menyaksikan sebuah gerakan yang menjadikan iman dan tawakkal sebagai ujung tombak perlawanan.

Dalam hal ini, Imam Khomeini ra berkata, "… Allah Swt telah memberikan janji kemenangan kepada kalian, "Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu." Kuatkanlah pendirian kalian dan pertahankan kepalan tangan kalian, jangan takut terhadap kekuatan super manapun, jangan takut terhadap propaganda baik dari dalam maupun dari luar. Kita akan melangkah di jalan kita yaitu jalan Allah."

Iman dan tawakkal kepada Allah Swt menjadi kunci kemengangan Revolusi Islam dan menjadikan pilar-pilar sistem Republik Islam Iran tetap kuat dan eksis sampai hari ini. Sebenarnya, setiap individu yang bertawakkal kepada Tuhan dalam setiap usahanya, maka langkahnya tidak akan pernah goyah dan tekadnya tidak akan lemah. Masalah ini juga ditekankan oleh banyak ayat dan riwayat.

Dikisahkan bahwa rencana hijrah Nabi Musa as dan pengikutnya ke Palestina pada malam hari diketahui oleh Fir'aun. Dia kemudian memerintahkan bala tentaranya untuk menghalau gerakan masyarakat dan menghentikan Bani Israil sebelum mencapai tanah Palestina.

Fir'aun dan tentaranya mengejar rombongan Nabi Musa as. Ketika Bani Israil mencapai pantai Sungai Nil, mereka manyaksikan bala tentara Fir'aun yang siap menyergap dan membawa mereka kembali ke Mesir. Jeritan Bani Israil semakin keras dan mereka hampir mati karena ketakutan.

Bani Israil berkata kepada Musa as, "Wahai Musa! Tentara Fir'aun telah sampai di sini dan kita tidak punya kemampuan untuk melawan mereka, ada lautan di depan kita dan tentara musuh di belakang kita, apa yang harus kita lakukan?" Musa as berseru kepada kaumnya, "Janganlah kalian takut, 'Sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku.'"

Hal ini juga sering disinggung oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei. Ia berkata, "Republik Islam dengan bersandar pada kekuatan Ilahi dan dengan meyakini kekuatan partisipasi rakyat, tidak akan takut terhadap kekuatan manapun di dunia. Jika ada orang yang mengikuti jiwa rapuh Bani Israil yang berujar, 'sesungguhnya kita pasti binasa,' maka kita meneladani Nabi Musa as dengan berkata, 'Tidak, sesungguhnya Allah bersama kita dan Dia pasti akan memberi petunjuk kepada kita."

Revolusi Islam Iran memiliki banyak kemiripan dengan kebangkitan para nabi dan pengikutnya, di mana sarat akan nilai spiritual, iman, dan tawakkal kepada Allah Swt. Spiritualitas ini berasal dari keyakinan masyarakat Muslim Iran dan kepemimpinan bijak Imam Khomeini ra.

Imam Khomeini ra menjadikan jalan dan sirah para nabi sebagai teladannya dan mengawinkan spiritualitas dengan politik serta meletakkan metode baru perlawanan. Ia mampu – dengan tangan kosong dan tanpa meminta bantuan dari kekuatan dunia – mencetuskan sebuah revolusi besar di dunia. Sebuah revolusi yang bersandar pada ajaran agama dan bertujuan mencari keridhaan Tuhan.

Pada dasarnya lubuk hati Imam Khomeini ra dipenuhi oleh iman kepada Allah. Oleh karena itu, ucapan dan tindakannya mampu menembus lubuk hati masyarakat. Masyarakat Muslim Iran langsung menyambut seruan Imam Khomeini untuk bersama-sama menjaga agama dan memerangi kebusukan rezim Pahlavi.

Rakyat Iran terjun ke arena perlawanan dengan tangan kosong, tapi dengan hati yang dipenuhi oleh iman dan tawakkal kepada Allah. Mereka berhadap-hadapan dengan kekuatan rezim despotik yang disokong kekuatan militer dan mendapat dukungan dari kekuatan-kekuatan besar seperti Amerika dan beberapa negara Eropa.

Atas arahan Imam Khomeini, rakyat Iran menjadikan perjuangan Imam Husein as sebagai teladannya dalam menggulingkan rezim despotik Pahlavi. Aksi turun ke jalan-jalan yang paling besar juga berlangsung pada hari-hari besar seperti Tasu'a, Asyura, dan Arbain Imam Husein as. Keteladanan cucu Rasulullah Saw ini telah memperkuat semangat anti-kezaliman dan budaya mati syahid di tengah rakyat Iran.

Imam Khomeini ra dan Ayatullah Sayid Ali Khamenei.

Semangat ini tetap terpelihara di tengah rakyat revolusioner Iran dan ini dapat disaksikan dalam sejarah pertahanan suci ketika menghadapi serangan pasukan rezim Saddam. Dalam perang yang tidak seimbang ini, para pejuang Iran meraih kemenangan atas pasukan Saddam dengan iman dan tawakkal serta mengikuti arahan Imam Khomeini ra.

Semangat Huseini, iman, dan tawakkal tetap terpelihara di tengah rakyat Iran sampai hari ini. Ketika kabar syahidnya Komandan Pasukan Quds Letnan Jenderal Qasem Soleimani sampai ke telinga mereka, jutaan orang berhamburan ke jalan-jalan untuk menunjukkan kecintaan mereka kepada sosok mulia ini dan menyuarakan kebencian besar mereka terhadap terorisme negara AS.

Menjelang ulang tahun ke-41 Revolusi Islam, rakyat Iran dengan iman dan tawakkal terus mengukir kemajuan di berbagai bidang. Revolusi ini dibangun atas dasar iman kepada Allah Swt, ketaatan mutlak kepada-Nya, beriman kepada wahyu Ilahi, dan menggunakan wahyu itu sebagai landasan hukum. Revolusi yang bersandar pada agama Ilahi, tentu akan mematahkan semua kalkulasi kekuatan-kekuatan besar dunia.

Ayatullah Khamenei mengatakan, "Revolusi ini muncul lewat perantaraan rakyat, dengan tekad rakyat, dengan kekuatan revolusioner rakyat, dan dengan iman mereka. Dengan kekuatan itu, revolusi ini akan bertahan dan terus mengakar. Mereka tidak diliputi rasa takut, rakyat Iran yang tercinta melakukan perlawanan, dan mereka menjadi contoh dari ayat ini, "…ada orang-orang yang mengatakan, "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, "Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung." (QS. Ali Imran, ayat 173)

Kita selalu diancam, mereka selalu berkata tentang serangan militer, selalu berbicara tentang sanksi, tapi rakyat Iran tidak takut terhadap ancaman militer dan juga tidak takut terhadap sanksi, mereka tidak lumpuh dengan sanksi, tapi mereka tetap melanjutkan jalannya tanpa rasa takut dan dengan gagah berani." (RM)

Tags