Feb 06, 2020 18:00 Asia/Jakarta
  • Hari Quds Sedunia dicetuskan oleh Imam Khomeini ra dan diperingati setiap tahun di seluruh dunia.
    Hari Quds Sedunia dicetuskan oleh Imam Khomeini ra dan diperingati setiap tahun di seluruh dunia.

Republik Islam Iran – sebagai negara independen dan penyeru keadilan – berdasarkan konstitusinya mengemban risalah penting dalam mendukung dan membela bangsa-bangsa tertindas (kaum mustad'zfin) di dunia dan tetap berkomitmen untuk secara berani melaksanakan tanggung jawab historis ini.

Dalam perspektif Islam, membela hak-hak semua manusia terutama kaum tertindas dan lemah merupakan tugas utama bagi seluruh Muslim. Umat Islam tidak bisa acuh tak acuh terhadap kebahagiaan, kesenangan, dan hak-hak orang lain. Islam mengajarkan manusia untuk mencintai antar-sesama, membela nilai-nilai kemanusiaan, berupaya mewujudkan cita-cita kolektif umat manusia, serta membela keadilan, perdamaian, dan keamanan.

Atas dasar ideologi ini, Republik Islam Iran sejak awal kemenangan revolusi mencetuskan Hari Quds Sedunia untuk mendukung bangsa tertindas Palestina. Hari istimewa ini diumumkan oleh Bapak Pendiri Republik Islam Iran, Imam Khomeini ra.

Soal risalah membela negara-negara Muslim dan persatuan umat, Imam Khomeini berkata, "Membela saudara-saudara Muslim, negara-negara Islam, dan kehormatan kaum Muslim merupakan sebuah kewajiban dan kita harus mempersiapkan diri kita untuk tujuan Ilahi dan membela kaum Muslim, khususnya dalam kondisi dimana orang-orang Islam Palestina dan Lebanon yaitu Hizbullah dan kaum Muslim revolusioner yang tanah airnya dirampas, meminta pertolongan umat Islam dengan mengorbankan darah dan nyawa mereka."

"Kita dengan kekuatan materi dan spiritual harus melawan Israel dan para agresor serta bangkit melakukan perlawanan dan pengorbanan terhadap semua kekejaman dan penindasan. Kita harus bergegas menolong mereka dan memperkenalkan orang-orang yang berkompromi (dengan musuh) kepada umat," tegasnya.

Prinsip-prinsip ini juga tertuang dalam Konstitusi Republik Islam Iran. Salah satu amanat konstitusi Iran adalah membela kaum tertindas dunia khususnya umat Islam, seperti yang tercantum pada pasal 152 Konstitusi Republik Islam Iran.

Berdasarkan pasal 154, Republik Islam Iran menolak campur tangan dalam urusan internal bangsa-bangsa, tapi mendukung perlawanan sah kaum mustad'zfin untuk melawan para mustakbirin di seluruh dunia. Jadi, dukungan terhadap kaum tertindas merupakan sebuah masalah ideologis dan agama, yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam fiqih.

Ayatullah Sayid Ali Khamenei bersama para tamu peserta Konferensi PUIC di Tehran.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei menilai masalah Palestina sebagai isu utama dunia Islam.

"Membela Palestina adalah tugas semua dan tidak boleh berpikir bahwa melawan rezim Zionis adalah pekerjaan sia-sia, tapi dengan pertolongan Allah Swt, perjuangan anti-Israel akan membuahkan hasil, sebagaimana gerakan perlawanan sudah lebih maju dari tahun-tahun sebelumnya," ungkapnya dalam pertemuan dengan para peserta Konferensi Uni Parlemen Negara-Negara Anggota Organisasi Kerja Sama Islam ke-13 (PUIC) di Tehran pada 16 Januari 2018.

Tidak diragukan lagi, konspirasi Amerika Serikat mengenai Quds dan Yahudisasi Quds bukan hanya sebuah konspirasi terhadap Palestina, tetapi ini merupakan titik start untuk sebuah konspirasi besar yang dirancang oleh poros Amerika-Israel-Arab Saudi untuk mengubah perimbangan keamanan regional dan menguasai penuh dunia Islam.

Prakarsa Amerika yang mencakup Yahudisasi Quds dan penyerahan penuh kota suci ini kepada Israel, bertujuan untuk memperkuat pendudukan rezim Zionis dan menguasai penuh tanah Palestina. Secara bersamaan, AS juga ingin mengakhiri gerakan perlawanan anti-Barat di negara-negara Muslim. Konspirasi ini dimulai dengan memindahakn Kedutaan AS dari Tel Aviv ke kota Quds.

Ini bukan sebuah hal baru, tapi sebuah proyek yang dilaksanakan secara bertahap yang dimulai sejak penandatanganan Perjanjian Camp David, di mana menghasilkan kompromi antara Mesir dan Israel. Proses ini dilanjutkan oleh beberapa faksi Palestina pro-kompromi di Oslo, Norwegia, tetapi mereka pada akhirnya menyadari bahwa sikap kompromi tidak akan membuahkan hasil.

Sejak dulu, AS dan sekutunya berusaha memarginalkan masalah Palestina dan memperlemah poros perlawanan serta menyibukkan negara-negara Muslim dengan tantangan internal dan konflik panjang.

Seorang pengamat isu-isu internasional, Ali Asghar Zargar menuturkan, "Israel menyusun dan melaksanakan berbagai proyek yang disebut 'permainan besar di Timur Tengah' selama empat tahun terakhir. Tujuan asli proyek ini adalah memperlemah pengaruh Iran di Asia Barat. Menurut beberapa dokumen yang bocor, Israel bahkan mengkaji strategi 'mendistribusikan ancaman' di perbatasan Iran dan semua skenario ini disusun oleh Tel Aviv dengan dukungan dana dari Riyadh."

Skenario ini dijalankan dengan membentuk kelompok teroris Daesh yang bertujuan menggulingkan pemerintah dan memecah wilayah Suriah, Irak, dan Lebanon. Namun, transformasi dalam beberapa tahun terakhir telah mengubah arah konspirasi ini, dan perkembangan yang terjadi di Suriah dan Irak sekarang tidak lagi berpihak pada Amerika dan rezim Zionis.

Seorang pengamat dunia Islam, Saadollah Zarei menerangkan, "Perlawanan dan intifadah telah menghidupkan isu Palestina sebagai masalah utama dunia Islam serta tidak membiarkan cita-cita Palestina dilupakan dengan pengumuman berbagai prakarsa kompromi."

Zionis ingin dunia percaya bahwa rakyat Palestina adalah pengungsi yang harus hidup tanpa tanah air, dan itulah sebabnya mereka mencitrakan gerakan perlawanan sebagai terorisme serta melakukan upaya panjang untuk menundukkan rakyat Palestina lewat prakarsa-prakarsa kompromi.

Namun, kubu perlawanan membuktikan bahwa mereka mampu mengalahkan prakarsa Amerika-Zionis. Sejauh ini prakarsa mereka selalu gagal dan diabaikan. Fron perlawanan memiliki kemampuan untuk menggagalkan prakarsa-prakarsa lain yang diperkenalkan oleh Amerika-Zionis. Kemenangan berturut-turut kubu perlawanan telah berhasil membebaskan bagian-bagian penting dunia Islam dari kendali Amerika dan rezim Zionis.

Saadollah Zarei menuturkan, "Israel akhirnya menyadari bahwa pasukan perlawanan di kawasan mampu mengalahkan kelompok teroris bentukan Barat dalam waktu singkat. Dari kemenangan ini, ada banyak kelompok dari Pakistan, Afghanistan, Iran, Irak, Suriah, Lebanon, dan beberapa tempat lain yang lahir untuk front perlawanan. Brigade Fatimiyun dari Afghanistan, brigade Zainabiyun dari Pakistan, dan brigade Heidariyun dari Irak memandang perang melawan Israel lebih manis dari perang menumpas Daesh."

Republik Islam Iran percaya bahwa perdamaian yang adil dan menyeluruh di Asia Barat, tidak akan tercipta kecuali dengan menggelar referendum untuk mengakhiri pendudukan tanah Palestina dan mengembalikan hak-hak bangsa ini termasuk hak menentukan nasibnya sendiri, hak kepulangan pengungsi ke tanah airnya, dan hak mendirikan negara merdeka Palestina dengan ibukota Quds. Referendum ini harus diikuti oleh semua etnis dan penduduk asli tanah Palestina termasuk Muslim, Kristen, dan Yahudi.

Membela kaum tertindas merupakan indikasi dari kebangkitan bangsa-bangsa, dan bangsa Iran merasa bangga karena menjadi pelopor di jalan ini dan sampai sekarang masih teguh membela kaum tertindas di dunia. Selama 41 tahun terakhir, Republik Islam Iran tidak pernah mengabaikan tanggung jawab kemanusiaan dan Islamnya dalam membela kaum tertindas. (RM)

Tags