Mengenal Para Ulama Besar Syiah (3)
Abu Jakfar Muhammad bin Ya'qub bin Ishaq al-Kulaini al-Razi, lebih dikenal dengan Syeikh Kulaini, meninggalkan banyak karya berharga dan salah satu yang paling fenomenal adalah kitab al-Kafi yang ditulisnya selama 20 tahun.
Kitab al-Kafi adalah kitab pertama dari empat kitab hadis rujukan Syiah (Kutub Arba'ah). Ia tidak hanya tercatat sebagai mahakarya Syeikh Kulaini, tapi di tengah masyarakat Islam, tidak ada kitab yang lebih terpercaya dari al-Kafi di bidang hadis.
Syeikh Kulaini adalah ulama besar Syiah pada abad ketiga hijriyah dan ia mendapat kepercayaan dari kalangan Syiah dan Sunni. Ia tercatat sebagai ilmuwan Muslim pertama yang mendapat gelar Tsiqah al-Islam (kepercayaan Islam).
Cendekiawan Muslim ini lahir pada periode kepemimpinan Imam Hasan al-Askari as dan hidup sezaman dengan empat orang wakil khusus Imam Mahdi as. Namun karena gerak-gerik mereka dibatasi dan dipantau oleh penguasa, Syeikh Kulaini memikul tanggung jawab budaya dan ilmiah kaum Syiah dan secara leluasa dapat menyebarkan ajaran Syiah Imamiyah dan pengetahuan Ahlul Bait.
Setelah menempuh jenjang pendidikan dasar di bawah asuhan sang ayah dan pamannya sendiri, Syeikh Kulaini melanjutkan studinya di kota Rey, Qum, Kufah, dan kemudian hijrah ke kota Baghdad untuk memperdalam ilmunya di bidang agama.
Pada masa itu, ia menyaksikan banyak upaya yang dilakukan oleh berbagai sekte untuk mendistorsi ajaran Islam. Ulama besar ini membulatkan tekadnya untuk menjaga ajaran Ahlul Bait dari penyimpangan dan menghabiskan hidupnya untuk menyampaikan kebenaran kepada umat.
Muhammad bin Ya'qub al-Kulaini selain al-Kāfi, juga memiliki karya lain yang juga mendapat banyak perhatian dari kalangan ulama dan ilmuan. Di antara karya-karyanya adalah kitab al-Rijal, ar-Radd 'ala al-Qaramithah, Rasa'il al-Aimmah as, Ta'bir al-Ru'ya, dan kumpulan syair tentang keutamaan Ahlul Bait as.
Namun, kitab al-Kafi merupakan mahakarya al-Kulaini di mana sampai sekarang masih menjadi referensi para ulama hadis, faqih, dan mujtahid besar Syiah dalam menyimpulkan hukum-hukum agama.
Syeikh al-Kulaini dalam kitab al-Kafi telah mengumpulkan 16.000 hadis dari Rasulullah Saw dan Ahlul Bait. Kitab ini terdiri atas tiga bagian yaitu, Ushul al-Kafi, Furu', dan Raudhah.
Ushul al-Kafi memuat riwayat mengenai persoalan akidah dan akhlak yang terdiri dari delapan kitab. Syeikh al-Kulaini dengan sangat teliti dan rasional, menukil berbagai riwayat yang berbicara tentang pentingnya akal dalam mengenal makrifat.
Ia kemudian menukil riwayat yang berbicara tentang keutamaan menuntut ilmu dan akhlak dalam mencari ilmu serta pentingnya ilmu untuk memperkuat basis akidah. Syeikh Kulaini selanjutnya menjabarkan prinpsip-prinsip utama akidah yaitu tauhid dan makrifatullah.
Di kitab al-Hujjah, Syeikh Kulaini mengumpulkan hadis-hadis yang berbicara tentang kenabian dan imamah. Bagian lain dari Ushul al-Kafi membahas masalah akhlak dan pendidikan seperti tawadhu', kesabaran, qana'ah, perkara ghibah, keutamaan doa, keutamaan al-Quran, adab berinteraksi, dan lain-lain. Bab ini memuat pelajaran yang sangat menarik dan bisa dimanfaatkan untuk umum.
Furu' al-Kafi memuat riwayat-riwayat mengenai masalah fikih seperti shalat, zakat, puasa, haji, dan lain sebagainya. Mempelajari kitab Furu' al-Kafi membutuhkan keahlian khusus dan ia biasanya menjadi rujukan para ulama fiqih.
Bagian ketiga al-Kafi disebut Raudhah, yang memuat 597 hadis mengenai beragam tema seperti khutbah dan surat para imam maksum, nasihat, cerita-cerita, dan materi sejarah. Karena keragaman temanya, ia disebut Raudhah atau taman.
Syeikh Kulaini yang pernah merasakan era kepemimpinan Imam Hasan Askari dan empat wakil khusus Imam Mahdi as, memiliki kesempatan menukil riwayat dengan perantaraan yang lebih singkat. Sebagian dari riwayat al-Kafi bahkan dinukilnya melalui tiga perantara dan ini menjadi salah satu keistimewaan kitab tersebut.
Al-Kafi memilih kata yang singkat dan jelas dalam penulisan tema hadis sehingga kandungannya mudah ditangkap oleh pembaca. Penukilan hadis dan riwayat dilakukan tanpa intervensi penulis, adapun keterangan penulis tentang hadis benar-benar ditulis terpisah.
Syeikh Kulaini dalam kitabnya meletakkan urutan riwayat dari yang mudah dipahami dan jelas sampai kategori yang sulit dan rumit. Salah satu keistimewaan al-Kafi adalah al-Kulaini menukil silsilah perawi dari setiap hadis sampai kepada imam maksum as.
Syeikh al-Kulaini mengumpulkan riwayat al-Kafi berdasarkan kaidah tidak adanya pertentangan hadis dengan kandungan al-Quran. Kehati-hatian dan perhatiannya yang besar dalam menerima nukilan hadis membuat sebagian orang berpendapat akan kesahihan semua riwayat yang terdapat dalam kitab ini.
Sekelompok ulama Syiah meyakini keshahihan seluruh riwayat yang dimuat kitab al-Kafi, sekelompok lain percaya bahwa sebagian riwayat dalam kitab itu tergolong lemah.
Syeikh al-Kulaini dalam mukaddimah kitab al-Kafi menulis bahwa sebuah riwayat dikategorikan shahih dan benar ketika ia sejalan dengan al-Quran. Mengenai kitab al-Kafi, Syeikh Mufid berkata, "Kitab ini adalah kitab terbaik Syiah yang memiliki fadhilah yang sangat besar. Para ulama kita memanfaatkan kitab ini melebihi kitab-kitab lain." Muhammad Taqi Majlisi menulis, "Kitab al-Kafi dari semua kitab Ushul adalah yang terlengkap dan terbaik yang disusun oleh mazhab Syiah Imamiyah."
Syeikh al-Kulaini meninggal dunia pada bulan Sya'ban tahun 328 H, bertepatan dengan awal dimulainya masa ghaibah panjang Imam Mahdi as di kota Baghdad pada usia 70 tahun. Ia dimakamkan di Bab al-Kufah, Irak yang terletak di bagian timur Sungai Tigris dan makamnya masih diramaikan oleh peziarah sampai hari ini.
Rasulullah Saw dalam sebuah hadis bersabda, "Luqman berpesan kepada putranya, 'Wahai anakku! Duduklah selalu di majelis para ulama dan dengarkalah kata-kata ahli hikmah dengan penuh perhatian. Dengan cahaya hikmah itu, Allah Swt akan menghidupkan hati yang mati sebagaimana Dia menghidupkan tanah yang mati (kering) dengan hujan lebat.'" (RM)