Mengenal Para Ulama Besar Syiah (68)
Hari ini kami akan mengenalkan salah satu ulama besar Syiah di abad 14 Hijriah. Beliau adalah Ayatullah Sheikh Fadlullah Nouri.
Fadlullah Kajuri atau yang dikenal dengan Sheikh Fadlullah Nouri dilahirkan tahun 1259 H atau 1843 M di Nouri Mazandaran di Kajur. Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, Sheikh Fadlullah pergi ke Tehran dan setelah menyelesaikan pendidikannya di sana, beliau pergi ke Najaf, Irak. Selama di Hauzah Ilmiah Najaf, Sheikh Fadlullah belajar di bawah guru seperti Mirza Habibullah Rashti dan Sheikh Radhi. Kemudian belajar di bawah bimbingan Mirza Shirazi.
Dengan hijrahnya Mirza Shirazi pertama ke Samarra, ia pun berangkat ke Samarra bersama sejumlah besar murid Mirza. Karena Shiekh sangat dipercaya oleh Mirzai Pertama, dia ditugaskan olehnya untuk kembali ke Tehran dan mengarahkan urusan politik dan sosial Iran dari sana. Sesuai keinginan Mirza Agung, Sheikh Fadlullah Nouri memasuki Tehran pada tahun 1303 H ketika ia telah melewati dekade keempat hidupnya.
Di Tehran, Shiekh Fadlullah Nouri mengajar ilmu-ilmu Islam dan seminari (Hauzah Ilmiah) serta menulis buku-buku agama. Ia mendidik murid-muridnya yang kemudian memberikan pengaruh besar pada masyarakat Islam Iran. Di antara murid-muridnya, kita dapat menyebutkan Haji Sheikh Abdul Karim Hairi, yang mendirikan seminari Qom (Hauzah Ilmiah). Hauzah ilmiah yang kemudian menjadi salah satu hauzah ilmiah Syiah yang penting.
Sebagai wakil dari Mirza Shirazi yang agung, beliau sangat dihormati oleh para ulama, dan Mirza yang agung sangat percaya padanya sehingga dalam kasus pelarangan tembakau, dia menjadikan pembatalan fatwa larangan tersebut dengan syarat Sheikh Fadlullah mengesahkan pembatalan Kontrak Regei. Selain mahir dalam fiqih, usul fiqih, dan ilmu-ilmu agama lainnya, Sheikh Fadlullah Nouri juga ahli dalam bidang ilmu-ilmu lain dan memiliki pengetahuan yang baik tentang persoalan-persoalan masyarakat, sehingga kanselir dan perdana menteri saat itu biasa mengungkapkan persahabatan dan simpatinya kepadanya.
Salah satu tindakan terpenting Ayatullah Sheikh Fadlullah Nouri adalah mendukung revolusi konstitusi. Beliaulah yang mendorong Akhund Khorasani dan ulama Najaf lainnya untuk mendukung konstitusi dan memberikan sarana bagi kemenangan revolusi.
Ceritanya adalah bahwa orang-orang dan ulama Tehran menggelar konsentrasi di haram Abdul Adhim di kota Ray untuk memprotes situasi kacau di negara tersebut dan menuntut keadilan, protes ini menyebar ke kota-kota lain juga dan kekacauan pun terjadi hampir di seluruh negara. Namun Ain al-Dawlah, Perdana Menteri saat itu, tidak bersedia melaksanakan tuntutan rakyat dan sangat menentang protes tersebut, situasi tersebut berujung pada bentrokan dan pembunuhan, dan para ulama Tehran, termasuk Ayatullah Behbahani dan Tabatabaei, yang menyadari pengaruh Ayatullah Sheikh Fadlullah Nouri di kalangan masyarakat, ulama bahkan para abdi dalem, mereka memintanya untuk menemani mereka menuntut keadilan, Sheikh juga menerima permintaan masyarakat dan pergi ke Qom bersama para ulama dan banyak orang serta berkonsentrasi di makam Sayidah Masoumeh, semoga Tuhan memberkatinya dan memberinya kedamaian. Tuntutan terpenting para demonstran adalah penerapan aturan Islam dan pembentukan Gedung Kehakiman.
Ketika para intelektual kebarat-baratan bergabung dengan masyarakat dalam protes-protes ini dan mengubah tuntutan keadilan menjadi tuntutan konstitusionalisme, Sheikh yang sangat menyadari perbedaan antara kedua tuntutan tersebut memandang gerakan baru ini dengan curiga, namun ia tidak menentangnya dan dia tidak berhenti mendampingi rakyat sampai revolusi konstitusional dimenangkan dan Dewan Syura ditugaskan untuk menyusun konstitusi. Karena mayoritas anggota parlemen adalah kaum intelektual yang sering menjadi anggota Freemasonry, mereka tidak memperhatikan hukum dan aturan Islam saat menulis undang-undang tersebut.
Di sisi lain, Sheikh Fadlullah Nouri dan ulama lainnya ingin menaati prinsip-prinsip Islam dan menjadikan mazhab Syiah diakuti di Iran. Para ahli mengajukan rancangan undang-undang ke parlemen untuk mengubah undang-undang tersebut, namun mayoritas freemasonry di parlemen menolak rancangan undang-undang tersebut. Akhirnya, setelah adanya tekanan dari para ulama Najaf dan upaya Sheikh Fadlullah Nouri, amandemen konstitusi disetujui. Dalam amandemen ini, agama resmi negara, Islam dan mazhab Syiah, dan hak ulama syiah untuk mengawasi hukum diakui.
Terlepas dari pengakuan agama Syiah bagi negara tersebut dalam amandemen konstitusi, pers yang berafiliasi dengan Loji Masonik (Freemasonry), dengan dalih kebebasan berbicara, membiarkan diri mereka menghina hal-hal suci Islam dan secara terbuka mengejek para imam Syiah, aturan dan ritual Islam. Hal ini menimbulkan ketidakpuasan para ulama dan umat, dan dari sinilah Ayatullah Sheikh Fadlullah Nouri menyadari bahwa undang-undang yang telah disahkan tidak ada jaminan pelaksanaannya. Faktanya, kaum konstitusionalis menginginkan kendali mereka sendiri atas masyarakat, bukan kendali atas aturan-aturan Islam
Mulai saat ini, Sheikh Fadlullah Nouri dan para sahabatnya menuntut agar konstitusi terikat pada hukum. Penerapan syariat Islam yang semula diinginkan oleh masyarakat dan ulama, namun kini mereka melihat tuntutan tersebut telah menyimpang, sehingga mereka ingin memperbaikinya.
Tuntutan legitimasi tidak hanya dilakukan di Tehran dan Sheikh Fadlullah Nouri, tetapi di seluruh Iran, para ulama dan umat beragama menginginkannya, namun propaganda para konstitusionalis membuat suasana menjadi berdebu dan membuat sebagian orang yang berhati sederhana menentang para ulama. Untuk pencerahan lebih lanjut, Sheikh dan beberapa temannya menggelar konsentrasi di makam suci Hazrat Abdul Adhim di kota Ray. Dia menyatakan dengan sangat serius bahwa dia sama sekali tidak menentang konstitusi dan membatasi monarki, tetapi menganggap keberadaan hukum perlu dan diperlukan untuk mereformasi urusan dan menerapkan keadilan. Namun di negara Islam, undang-undang tersebut harus undang-undang agama, atau paling tidak sesuai dengan ajaran agama, bukannya Islam diabaikan dan penguasa menjadi diktator baru.
Pencerahan Sheikh dan kawan-kawan tersebut sedikit demi sedikit menghilangkan debu hasutan, sehingga para konstitusionalis tidak punya pilihan lain selain menyetujuinya dan menyatakan bahwa kata “konstitusional” tidak bertentangan dengan agama dan aturan syariah. Dengan pengumuman ini, Sheikh Fadlullah dan kawan-kawan mengakhiri aksi konsentrasinya dan kembali ke kota, namun dalam praktiknya para konstitusionalis masih mengikuti jalur yang sama seperti sebelumnya.
Kali ini mereka berupaya merendahkan martabat Sheikh Fadlullah Nouri di mata masyarakat. Untuk itu, atas nama ulama Najaf, mereka memalsukan telegraf dan mengumumkan bahwa Sheikh telah turun dari pangkat ijtihad karena adanya gangguan dalam urusan umat Islam. Meskipun Sheikh tidak bertindak melawan kaum konstitusionalis pada periode ini, namun propaganda negatif ini menyebabkan beberapa orang berusaha meneror Sheokh, yang tentu saja tidak berhasil.
Sepeninggal Muzaffar al-Din Shah, Mohammad Ali Shah menghancurkan Dewan Nasional dengan bantuan militer Rusia serta membubarkan kaum konstitusionalis, namun tidak butuh waktu lama bagi kaum konstitusionalis untuk merebut kembali Tehran. Para pemimpin penakluk Tehran membentuk sebuah dewan dan menyebutnya sebagai dewan tertinggi. Mereka memilih putra Muhammad Ali Shah, yakni Ahmad Shah, untuk naik takhta dan membagi posisi pemerintahan di antara mereka sendiri, dan sebagai langkah pertama, mereka bermaksud membalas dendam pada penentang konstitusi. Mohammad Ali Shah bersembunyi di kedutaan Rusia dan para penentang konstitusi masing-masing mengambil nyawa mereka dan melarikan diri, tetapi Sheikh Fadlullah Nouri tetap tinggal di rumahnya di Tehran dan menolak untuk berada di bawah bendera kafir untuk menyelamatkan nyawanya.
Akhirnya kaum konstitusionalis menyerang rumah Sheikh Fadlullah Nouri dan membawanya ke kantor polisi. Sheikh dipenjara di kantor polisi selama beberapa hari, dan kemudian, ketika tiang gantungan dan persiapan eksekusi dipresentasikan di alun-alun pada malam sebelumnya, mereka menjatuhkan hukuman mati padanya di pengadilan palsu. Ayatullah Sheikh Fadlullah Nouri digantung pada 9 Mordad 1288 Hs bertepatan dengan 13 Rajab 1327 H (1909 M) di Tehran.