Jul 16, 2020 18:10 Asia/Jakarta
  • Warga Muslim Kanada menentang aksi diskriminasi terhadap mereka. (dok)
    Warga Muslim Kanada menentang aksi diskriminasi terhadap mereka. (dok)

Edisi kali ini akan menyelisik tentang fenomena Islamophobia dan sentimen anti-Islam yang terus meningkat di Kanada dan Inggris.

Kanada adalah salah satu negara di Amerika Utara yang dihuni oleh sejumlah besar orang Muslim. Warga Muslim Kanada – sama seperti banyak Muslim di Barat – senantiasa menjadi sasaran serangan rasis dan sentimen anti-Islam. Statistik baru yang diterbitkan tentang kejahatan rasial di Kanada menunjukkan bahwa kejahatan yang berkaitan dengan Islamophobia pada 2017 naik secara signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.

Pada 2017, kejahatan karena kebencian agama dan rasial, seperti grafiti kebencian dan vandalisme di Kanada, meningkat sebesar 47 persen secara keseluruhan. Pada tahun itu, polisi mencatat 2.073 kejahatan rasial atau lebih banyak dibandingkan tahun 2016. Kasus kebencian terhadap warga Muslim, Yahudi, dan kulit hitam mencatat kenaikan yang paling tinggi dibandingkan kasus kejahatan kebencian lainnya.

Peningkatan terbesar tercatat di negara bagian Ontario dan Quebec. Pada 2016, jumlah kasus kejahatan rasial terhadap warga Muslim turun dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tetapi pada 2017, jumlah kasus kejahatan terhadap Muslim naik 150 persen dari tahun sebelumnya.

Direktur Eksekutif Dewan Nasional Muslim Kanada (NCCM), Ihsaan Gardee mengatakan, “2017 adalah tahun yang sangat sulit bagi komunitas Muslim Kanada. Pada 29 Januari 2017, serangan terbesar terhadap Muslim tercatat dalam sejarah Kanada, di mana 6 orang Muslim terbunuh saat beribadah di sebuah masjid di kota Quebec. Data yang baru dirilis ini menunjukkan bahwa pada Februari 2017, kejahatan terkait Islamophobia mencapai rekor tertinggi.”

Di antara negara bagian di Kanada, Ontario sebagai daerah terpadat di negara itu, mencatat peningkatan tertinggi kasus kejahatan di mana dari 612 kasus pada 2016 naik menjadi 1.023 kasus pada 2017 atau meningkat 67 persen. Negara bagian Quebec menduduki urutan kedua di Kanada dari segi peningkatan kasus kejahatan rasial. Menurut statistik, kejahatan ini meningkat dari 327 kasus pada 2016 naik menjadi 489 kasus pada 2017 atau tumbuh 50 persen di Quebec.

“Statistik ini memperlihatkan bahwa Islamophobia sedang menyebar luas di Kanada,” kata Ihsaan Gardee.

Statistik ini hanyalah puncak sebuah gunung es. Hampir dua pertiga kejahatan yang terkait dengan kebencian agama dan rasial tidak pernah dilaporkan karena berbagai alasan, termasuk ketakutan akan pembalasan, rasa malu, dan rasa pesimis bahwa polisi mungkin tidak mempercayainya.

Warga Muslim Kanada telah meningkatkan gerakan politik dan sosial untuk melawan sentimen anti-Islam pasca serangan di sebuah masjid di Quebec dan terbunuhnya enam orang Muslim.

Dewan Nasional Muslim Kanada (NCCM) dengan menerbitkan sebuah surat, meminta pemerintah untuk menetapkan tanggal 29 Januari sebagai "Hari Aksi Nasional untuk Melawan Kebencian dan Fanatisme.” Surat itu ditandatangani oleh 100 organisasi, kelompok, dan komunitas Islam termasuk Islamic Centre of Quebec (CCIQ). Penggalan surat tersebut berbunyi, “Tidak diragukan lagi, tanggal 29 Januari merupakan pengingat bagi komunitas Muslim dan banyak warga Kanada lainnya mengenai serangan besar di Masjid Kota Quebec.”

“Dengan mengajak semua orang Kanada untuk bersatu melawan kebencian, kami mengirim pesan yang jelas kepada mereka yang mungkin berusaha untuk memecah orang-orang Kanada, dan pesan itu adalah bahwa terlepas dari apakah komunitas kami atau komunitas lain menjadi sasaran serangan kebencian, kita akan selalu bersama,” imbuh surat tersebut.

Islamophobia dan sentimen anti-Islam menyebar dari Eropa ke bagian lain dunia. Pemerintah – salah satunya pemerintah Inggris – dan media-media Eropa berada di garis depan dalam penyebaran Islamophobia dan sentimen anti-Islam di dunia.

Firma hukum Tell MAMA melaporkan 608 insiden yang terkait dengan Islamophobia di Inggris dalam enam bulan pertama tahun 2018. Dalam sebuah laporan yang meneliti insiden Islamophobia di Inggris dari Januari hingga Juni 2018, Tell MAMA mengatakan, “Selama periode itu, 608 kasus dari total 685 kasus serangan rasial di negara itu menargetkan orang Muslim, di mana 58 persen di antaranya adalah wanita Muslim.”

Dua pertiga dari insiden yang diverifikasi terjadi secara offline atau level jalanan. Insiden offline atau level jalanan berarti insiden itu terjadi secara langsung antara korban dan pelaku. Karena itu ada lebih banyak insiden jalanan yang dipicu oleh kebencian anti-Muslim yang dilaporkan ke Tell MAMA.

Kejahatan atau insiden yang diklasifikasikan sebagai 'online' terjadi di platform media sosial seperti Facebook atau Twitter, atau di platform berbasis Internet lainnya. Insiden online tercatat 207 kasus yang dilaporkan kepada Tell MAMA selema periode tersebut.

Menyusul perlakuan kasar dan rasis terhadap anak-anak pengungsi Suriah di Huddersfield, di mana videonya viral di media sosial, Dewan Muslim Inggris dan kelompok-kelompok Islam lainnya meminta pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn dan Perdana Menteri Inggris Theresa May, untuk memberikan definisi hukum yang tepat mengenai Islamophobia.

Dalam sebuah laporan yang diterbitkan oleh sekelompok anggota parlemen Inggris disebutkan bahwa Islamophobia berakar dari rasisme dan merupakan sebuah bentuk rasisme yang menargetkan orang Muslim dan simbol-simbol umat Islam.

Islamophobia di Inggris.

Sekretaris Jenderal Dewan Muslim Inggris, Harun Khan menyampaikan harapan bahwa para pemimpin politik Inggris akan mengakui pentingnya mendengarkan tuntutan masyarakat dan memberikan jawaban positif dengan mendefinisikan Islamophobia secara benar.

Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Inggris Victoria Atkins mengatakan pemerintah tidak membuat keputusan apapun tentang definisi Islamophobia. Dia sebelumnya mengatakan bahwa ada banyak definisi tentang Islamophobia dan meskipun pihaknya mengakui pasti ada kasus Islamophobia, tetapi mereka memandang tidak perlu untuk mendefinisikannya.

Posisi pemerintah Inggris ini sebenarnya merupakan bentuk lari dari tanggung jawab atas serangan-serangan anti-Islam dan tindakan kriminal. Namun, jika serangan serupa terjadi terhadap warga negara non-Muslim, baik Kristen atau Yahudi di Inggris dan Eropa, maka akan ada reaksi cepat dari dinas keamanan dan polisi. Jika korban dari tindakan rasis dan anti-Islam adalah orang Muslim, maka pemerintah dan lembaga keamanan memilih diam terhadap kejahatan ini.

Para aktivis masyarakat sipil berusaha memberikan definisi yang jelas tentang Islamophobia. Mereka ingin menjelaskan fakta bahwa meskipun umat Islam bukan berasal dari satu ras, tetapi perlakuan buruk terhadap mereka adalah bentuk rasisme yang nyata.

“Menentang Islamophobia atau memberikan definisi yang benar tentang istilah ini bukanlah hal yang baru," kata Profesor Salman Saeed dari University of Leeds dan Abdul Karim Vakil dari King's College London. (RM)

Tags