Tekanan terhadap Muslim di Prancis Meningkat
Prancis mendapat sorotan tajam karena menolak mengutuk penerbitan kartun yang menghina Nabi Muhammad SAW oleh Majalah Satir, Charlie Hebdo, pada September 2020.
Peristiwa ini memancing kemarahan di banyak negara mayoritas Muslim dan memunculkan seruan untuk memboikot barang-barang Prancis. Selain itu, pernyataan Presiden Emmanuel Macron mengenai Islam juga telah memicu kemarahan bagi negara-negara mayoritas Muslim.
Macron menyatakan akan melawan segala bentuk 'separatisme Islam', pasca peristiwa pemenggalan seorang guru bernama Samuel Paty di luar Paris, awal Oktober 2020.
Samuel Paty, 47 tahun, dibunuh dan dipenggal pada 16 Oktober 2020 di Conflans-Sainte-Honorine, di pinggiran Paris, oleh seorang pengungsi Chechnya yang berusia 18 tahun setelah dia dikecam karena menunjukkan kartun penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW kepada murid-muridnya dalam diskusi tentang kebebasan berekspresi di kelas.
Ketegangan semakin meningkat di Prancis setelah langkah keras pemerintah Paris terhadap umat Muslim pasca pembunuhan Paty teresbut. Pernyataan kontroversial Presiden Macron tentang Muslim juga memicu kecaman tajam dari para pemimpin dan aktivis Muslim dari seluruh dunia.
Tak lama setelah itu, aksi teror terjadi di Gereja Notre Dame, kota Nice, Prancis pada Kamis, 29 Oktober 2020 yang menewaskan tiga orang.
Seorang imigran Tunisia bernama Brahim Aouissaoui menyerang Gereja Notre Dame di Nice. Dalam serangan itu, Aouissaoui menggorok leher penjaga Gereja, memenggal kepala seorang perempuan berusia 60 tahun dan melukai hingga parah seorang perempuan berusia 44 tahun hingga meninggal.
Aouissaoui pun telah ditangkap. Dalam penangkapan itu, polisi menembaknya. Saat ini, Aouissaoui tengah dirawat di rumah sakit dalam keadaan kritis.
Buntut dari serangan itu, Prancis pun menaikkan statusnya menjadi darurat. Presiden Macron mengatakan, Prancis akan mengerahkan ribuan tentara lagi untuk melindungi situs-situs penting, seperti tempat ibadah dan sekolah, karena peringatan keamanan negara dinaikkan ke level tertinggi.
Sayangnya, beberapa pihak termasuk Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Macron berusaha mengaitkan aksi teror di Prancis dengan Islam. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan tekanan terhadap Muslim di negara-negara Eropa dan Amerika. Islam adalah agama yang mengajarkan perdamaian dan mengecam keras aksi teror dan pembunuhan. (RA)